PENYAKIT ANTRAKS
1.
Agen
Penyakt
Agen penyakit
antraks yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis adalah organisme
berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak bergerak, dan mampu
membentuk spora . Di bawah mikroskop, bakteri terlihat
seperti batang yang besar. Namun, dalam tanah, di mana mereka tinggal,
organisme antraks ada dalam bentuk aktif yang disebut spora. Spora ini sangat
kuat dan sulit untuk dihancurkan. Spora telah dikenal untuk bertahan hidup di
tanah selama 48 tahun. Penyebaran spora
anthrax dapat melalui berbagai macam cara baik secara biologic mauoun mekanik,
antara lain melalui hewan pemakan bangkai tercemar, makanan atau minuman
tercemar dan air mengalir yang tercemar
2.
Sumber
Infeksi
Sumber infeksi yang utama adalah setiap bahan yang
berasal dari hewan yang mati karena antraks. Antraksbiasa ditularkan kepada
manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan
seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular anthrax. Lalat
mempunyai peran penting dalam menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada
situasi wabah hebat di daerah endemis. Lalat memakan cairan tubuh bangkai
ternak terjangkit antraks dan kemudian mendepositkan feses atau muntahan yang
mengandung kontaminan kuman dalam jumlah besar pada helai daun pepohonan dan
semak-semak di sekitarnya yang kemudian termakan oleh hewan
3.
Host
Host
pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan ternak itu sendiri. Manusia yang
terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung dengan hewan sakit,
Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput dan
lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari
hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi
daging hewan yang sakit/mati dan produknya karena. Penularan dari manusia ke
manusia jarang terjadi
4.
Spesies
Rentan
Menurut penelitian,
kerentanan hewan terhadap antraks dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai
berikut:
a. Hewan-hewan
pemamah biak, terutama sapi dan domba, kemudian kuda, rusa, kerbau dan pemamah
biak liar lain, juga marmut dan mencit (mouse) sangat rentan.
b. Babi tidak begitu rentan.
c. Anjing,
kucing, tikus (rat) dan sebagian besar bangsa burung, relatif tidak rentan
tetapi dapat diinfeksi secara buatan.
d. Hewan-hewan berdarah dingin sama sekali
tidak rentan (not affected)
5.
Cara
Penularan
Penularan dan penyebaran antraks ada beberapa cara
yaitu:
a. Penularan dari hewan ke hewan atau ke manusia
Anthrax tidak bisa ditularkan oleh hewan yang satu ke hewan yang lainnya
atau dari manusia ke manusia secara langsung. Penularan dapat terjadi bila
hewan atau manusia lewat cairan tubuh yang mengandung kuman anthrax atau oleh
spora yang ada disekelilingnya
b. Penularan melalui spora
Basil anthrax berada dan berkerumun di dalam berbagai jaringan hewan sakit,
keadaan seperti ini kuman akan dikeluarkan dari tubuh melalui sekresi dan
ekskresi selama sakit atau menjelang kematiannya. Spora dengan cepat akan
terbentuk dan lebih lanjut mencemari tanah atau objek lain di sekitarnya. Bila
terjadi hal yang demikian, maka akan menjadi sulit untuk memusnahkan sporayang
sudah terlanjur terbentuk sehingga tersebar mencemari lingkungan
c.
Penularan melalui hewan dan pakan ternak
Rumput yang dipangkas untuk pakan ternak sangat potensial sebagai pembawa
spora dan berisiko menularkan anthrax dari satu daerah ke daerah lain. Ketika
rumput untuk pakan ternak semakin kritis, pemotongan rumput biasanya cenderung
semakin ke pangkal batang yang berdekatan dengan tanah.Dengan demikian, ada
tanah yang terbawa pada rumput tersebut. Bila tanah tersebut mengandung spora
anthrax, maka akan menjadi sumber pencemaran di daerah tempat tinggal peternak
tersebut
d.
Penularan
melalui konsentrat atau bahan pakan dari hewan
Infeksi terjadi karena telah digunakan imbuhan pakan hewan yang terdiri
atas tepung tulang mentah yang berasal dari hewan yang tertular anthrax.
Sebelum pakan diberikan ke ternak harus dilakukan pemanasan terlebih dahulu.
Pemanasan dilakukan pada suhu 130° C agar kuman anthrax bisa mati
6.
Bagaimana
Cara Masuk ke Host yang Baru
Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan
memperbanyak diri, maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan
spora diperlukan keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus
vegetatif terjadi dalam lingkungan rendah oksigen dari induk semang terinfeksi,
dan dalam tubuh induk semang organisme tersebut secara khas berada dalam bentuk
vegetatif. Begitu berada di luar tubuh induk semang, spora mulai terbentuk
dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara, kemudian spora terhirup
atau menempel pada host dan pada produk hasil ternak, dapat juga memalui
perantara lalat
7.
Gejala
Penyakit
Dikenal beberapa bentuk anthraks, yaitu bentuk perakut, akut dan kronis.
a. Anthraks bentuk perakut gejala penyakitnya sangat
mendadak dan segera terjadi kematian karena ada pendarahan otak. Gejala
tersebut berupa sesak nafas, gemetar kemudian hewan rebah. Pada beberapa kasus
menunjukkan gejala kejang pada sapi, domba dan kambing, mungkin terjadi
kematian tanpa menunjukkan gejala-gejala penyakit sebelumnya.
b. Antraks bentuk akut pada sapi, kuda dan domba.
Gejala-gejala penyakitnya mula-mula demam, penderita gelisah, depresi, susah
bernafas, detak jantung frekuen dan lemah, kejang, dan kemudian penderita
segara mati. Selama sakit berlangsung, demamnya dapat mencapai 41,50C,
ruminasi berhenti, produksi susu berkurang, pada ternak yang sedang bunting
mungkin terjadi keguguran. Dari lubang-lubang alami mungkin terjadi eksreta
berdarah. Gejala anthraks poda kuda dapat berupa demam, kedinginan, kolik yang
berat, tidak ada nafsu makan, depresi hebat, otot-otot lemah, diare berdarah,
bengkak di daerah leher, dada, perut bagian bawah, dan di bagian kelamin luar.
Kematian pada kuda biasanya terjadi sehari atau lebih lama bila dibandingkan
dengan anthraks pada ruminansia.
c. Antraks bentuk kronis biasanya terdapat pada babi,
tetapi kadang-kadang terdapat juga pada sapi, kuda dan anjing dengan lesi lokal
yang terbatas pada lidah dan tenggorokan. Pada satu kelompok babi yang mendapat
infeksi, beberapa babi diantaranya mungkin mati karena antraks akut tanpa
menunjukan gejala penyakit sebelum nya. Beberapa babi yang lain menunjukan
pembengkakan yang cepat pada tenggorokan, yang pada beberapa kasus menyebabkan
kematian karena lemas. Kebanyakan babi dalam kelompok itu mati karena anthraks
kronis yang ringan, yang berangsur-angsur akan sembuh. Bila babi tersebut
disembelih, pada kelanjar limfa servikal dan tonsil terdapat infeksi anthraks.
8.
Cara
keluar dari Infeksi
Keluar dari infeksi dapat
dilakukan dengan pengobatan pada hewan sakit diberikan suntikan anti serum
dengan dosis kuratif 100-150 ml untuk hewan besar dan 50-100 ml untuk hewan
kecil. Penyuntikan antiserum homolog adalah IV atau SC, sedang yang heterolog
SC. Jika perlu penyuntikan pengobatan dapat diulangi secukupnya. Lebih dini
pemakaian serum diselenggarakan sesudah timbul gejala-gejala sakit, lebih besar
kemungkinan untuk diperoleh hasil yang baik. Hewan sakit atau yang sekandang dengan hewan sakit,
diberi suntikan pencegahan dengan antiserum. Pemberian antiserum untuk tujuan
pengobatan dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotik. Cara lain yang
dapat dilakukan dengan memusanahan hewan yang terserang kemudian dibakar dan
dikubur setelah itu tanah diberi kapur
9.
Pelaporan, Pencegahan,
Pengendalian dan Pemberantasan
a.
Pencegahan, Perlakuan terhadap hewan yang dinyatakan berpenyakit anthraks
dilarang keras untuk dipotong.Bagi daerah bebas anthraks, tindakan pencegahan
di dasarkan pada pengaturan yang ketat terhadap pemasukan hewan kedaerah
tersebut. Anthraks pada hewan ternak dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksinasi
dilakukan pada semua hewan ternak di daerah enzootik anthraks setiap tahun
sekali, disertai cara-cara pengawasan dan pengendalian yang ketat.
b.
Pengendalian dan Pemberantasan, Disamping pengobatan dan pengebalan, perlu
cara-cara pengendalian khusus untuk penahan penyakit dan mencegah
perluasannya.Tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
(1)
Hewan-hewan yang, menderita anthraks harus diasingkan sedemikian rupa sehingga
tidak dapat kontak dengan hewan-hewan lain
(2)
Pengasingan tersebut sedapat mungkin dikandang atau ditempat dimana hewan
tersebut didapati sakit. Didekat tempat itu digali lubang sedalam 2 -2,5 meter,
untuk menampung sisa makanan dan feses dari kandang hewan yang sakit
(3)
Setelah penderita mati, sembuh atau setelah lubang itu terisi sampai 60 cm,
lubang itu di penuhi dengan tanah yang segar
(4)
Dilarang menyembelih hewan-hewan yang sakit
(5)
Hewan-hewan tersangka tidak boleh meninggalkan halaman dimana ia berdiam sedangkan
hewan-hewan yang lain tidak boleh dibawa ketempat itu
(6)
Jika diantara hewan-hewan yang tersangka tersebut timbul gejala-gejala
penyakit, maka hewan-hewan yang sakit tersebut diasingkan menurut cara seperti
ditentukan dalam a
(7)
Jika diantara hewan-hewan yang tersangka dalam waktu 14 hari tidak ada yang
sakit, hewan-hewan tersebut dibebaskan kembali
(8)
Di pintu-pintu yang menuju halaman, dimana hewan-hewan yang sakit atau
tersangka sakit diasingkan dipasang papan bertuliskan "Penyakit Hewan
Menular Anthraks" disertai nama penyakit yang dimengerti didaerah itu
(9)
Bangkai hewan yang mati karena anthraks harus segera dibinasakan dengan dibakar
habis atau dikubur dalam-dalam
(10)
Setelah penderita mati atau sembuh, kandang dan semua perlengkapan yang
tercemar harus dihapus hamakan
(11)
Kandang dari bambu atau alang-alang dan semua alat-alat yang tidak dapat
diidentifikasi, harus dibakar
(12)
Dalam satu daerah, penyakit dianggap telah berlalu setelah lewat masa 14 hari
sejak matinya atau sembuhnya penderita terakhir
(13)
Untuk mencegah perluasan penyakit melalui serangga, dipakai obat-obat pembunuh
serangga
(14)
Hewan yang mati karena anthraks dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan
bangkai
(15)
Tindakan sanitasi umum terhadap manusia yang kontak dengan hewan penderita
penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit.
c.
Pelaporan, Laporan kejadian penyakit anthraks berisi informasi selengkap
mungkin, disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan dan Dirjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, yang dilengkapi dengan pengisian formulir yang telah
ditentukan, seperti
(1)
Laporan Dinas Peternakan atau Dinas yang berwenang ke Pemerintah Daerah, dan ke
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Deptan RI, mengenai
terdapatnya kejadian anthraks
(2)
Mengirim bahan-bahan pemeriksaan penyakit ke laboratorium yang berwenang untuk
peneguhan adanya penyakit
(3)
Pernyataan tentang terdapatnya/bebasnya suatu daerah terhadap Anthraks oleh
Kepala Pemerintah Daerah setelah adanya peneguhan teknis
DAFTAR
PUSTAKA
http://keswan.ditjennak.pertanian.go.id/index.php/blog/read/berita/penyakit-anthrax
diakses 11 Desember 2015
http://mypotik.blogspot.com/2010/03/penyakit-antraks-adalah-disebabkan.html,
diakses 11 desember 2015.fom e-book
http://www.immunizationinfo.org/vaccines/anthrax,
diakses 11 maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar