Kamis, 21 Januari 2016

Makalah Praktikum Manajemen Ternak Unggas (fakultas peternakan Universitas Jambi)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang ada sebelumnya. Salah satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain. Pakan sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan produksi  ternak. Pengelolaan ayam petelur yang baik sangat penting untuk mempeoleh tingkat produksi telur yang tinggi
Dalam usaha peternakan, pakan merupakan komponen utama dan menyumbang sekitar 60 – 70% dari total biaya produksi.Oleh karena itu perlu diterapkan teknologi pengolahan pakan yang efisien untuk meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan sehingga pemanfaatannya pada ternak menjadi optimal. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan enzim sebagai feed suplemen yang berfungsi untuk memecah komponen serat kasar menjadi produk yang lebih sederhana, yang dapat diserap langsung oleh ternak
1.2. Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakanya praktikum ini adalah untuk menambah pemahaman praktikan mengenai pemeliharaan ayam petelur, menyusun ransum, pemanfaatan enzim cairan rumen dan mengamati konsumsi ransum danjumlah produksi telur ayam petelur yang diberi ransum dengan penambahan enzim cairan rumen




1.3. Manfaat

Adapun manfaat praktikum ini adalah praktikan mampu menyusun ransum, memanfatankan enzim cairan rumen dan mengetahui pengaruh pemberian ransum dengan penambahan cairan rumen terhadap konsumsi dan produksi ayam petelur







































BAB II
MATERI DAN METODA

2.1.  Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi ternak unggas  dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 Oktober 2015 di laboratorium Fakultas Peternakan universitas Jambi kemudin dilanjutkan setiap hari dari hari Jumat tanggal 23 Oktober sampai 29 Oktober 2015 di Kandang ayam petelur Fakultas Peternakan Universitas Jambi
2.2. Materi
Adapun alat yang digunakan adalah botol, mesin cuci, sentrifugasi, tabung sentifus, rak tabung sentrifus, plastik, terpal, dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah cairan rumen sapi dari rumah potong hewan sebanyak 1 liter, amonium sulfat sebanyak 380 kg/litr, aquades 100 ml, jagung halus, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, bungkil inti sawit, poles, minyak sayur, dan top mix
2.3. Metoda

Enzim cairan Rumen
Cairan rumen sapi diambil dari rumah potong hewan sebanyak 20 liter, kemudian cairan rumen disaring menggunakan mesin cuci, kemudian endapan yang diperoleh ditambahkan dengan amonium sulfat seabnyak 380 kg/liter kemudian cairan rumen yang telah tercampur didiamkan selama 24 jam, sehingga diperoleh endpan dan supernatan, kemudian supernatan dibuang, kemudian endapan diambil dan disentrifus sehingga akan diperoleh enzim, kemudian ditambah aquades 100 ml/1 liter cairan rumen




Menyusun Ransum

Bahan berupa jagung halus, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, bungkil inti sawit, poles, minyak sayur, dan top mix di timbang sesuai denagan formulasi sehingga mencapai 3500 gram, kemudian bahan yang telah ditimbang dicampur sampai homogen,setelah itu enzim cairan rumen ditambahkan kedalam ransum sebanyak 0%,0,5%,1%,1,5%, dan 2% kemudian dimasukan kedalam plastik untuk kemudian diberikan  kepada ayam petelur
Pemeliharaan Ayam Petelur
Pemeliharaan ayam petelur dilaksanakan selama satu minggu , ayam yang dipelihara sebanyak 5 ekor perkelompok. Dalam pemeliharaan ayam diberikan makan pada pagi sekita pukul 07.00 sampai 08.00 dan pada sore hari pukul 16.00 sampai pukul 15.00, Kemudian setiap produksi telur ditimbang dan dicatat setiap hari, Sedangkan untuk pakan diberikan  sebanyak 500 gram perhari dengan 250 gra pagi hari dan 250 gram pada sore hari, sedangkan air minum diberikad secara ad libitum
















BAB III
PEMBAHASAN

3.1.  Enzim Cairan Rumen

 Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme-perantara dari sel (Wirahadikusumah, 2001). Pada praktikum ini menggunakan enzim cairan rumen. Cairan rumen diambil dari rumah potong hewan. Kemudian enzim diperoleh melaui sentrifugasi cairan rumen dengan beberapa tahap yang akhirnya diperoleh enzim. Cairan rumen sapi, selain mengandung mikroba rumen dan enzim-enzim yang disekresikan oleh mikroba rumen, juga mengandung zat-zat makanan hasil perombakan mikroba rumen dan enzim, serta vitamin-vitamin dan mineral-mineral yang larut dalam cairan rumen. Pemisahan cairan rumen dengan sentrifugasi akan menghasilkan bahan padatan yang berasal dari selsel mikroba dan nutrien yang larut di dalam cairan rumen. Bahan tersebut kaya akan protein, asam amino, vitamin dan mineral. Komposisi asam amino, mineral dan vitamin dalam endapan cairan rumen seperti halnya enzim-enzim, juga tergantung dari
perlakuan pakan yang diberikan. Dalam cairan rumen tersebut terdapat enzim selulase, xilanase, amilase, mannase, da pitase. Hal ini sesuai dengan pendapat Cairan rumen yang diperoleh dari rumah potong hewan kaya akan kandungan enzim pendegradasi serat dan vitamin. Cairan rumen mengandung enzim α-amilase, galaktosidase, hemiselulase, selulase, dan xilanase (Williams dan Withers, 1992). Rumen diakui sebagai sumber enzim pendegradasi polisakarida. Polisakarida dihidrolisis dalam rumen disebabkan karena pengaruh sinergis dan interaksi dari komplek mikroorganisme, terutama selulase dan xilanase ( Trinci et al., 1994).



3.2. Menyusun Ransum

Pakan sangat dibutuhkan untuk produktivitas ayam petelur. Pada praktikum ini pakan disusun dengan penambahan enzim cairan rumen sesuai denagan perlakuan. Bahan pakan disusun dengan beberapa bahan yaitu jagung halus, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, bungkil inti sawit, poles, minyak sayur, dan top mix. Berikut persentase jumlah bahan pakan yang digunakan
Tabel 1. Persentase Bahan Penyusun ransum
Bahan
Persentase
Jumlah ( gr)
jgung halus
40%
1400
b.kedelai
15%
525
tepung ikan
10%
350
dedak halus
11%
385
b.inti sawit
10%
350
poles
8%
280
minyak sayur
5%
175
top mix
1%
35
jumlah
100%
3500





            Pakan sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan produksi  ternak. Pakan yang baik dan sesuai kebutuhan akan berpengaruh baik terhadap produksi ternak. Sehingga bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan seperti peptisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Sesuai dengan pemdapat Bahri et,al., (2006) yang menyatakan campuran ransum pada ternak tidak boleh diimbuhi dengan antibotik, pestisida, mikotosin dan hormon yang berpotensi mampu beresidu ke manusia yang akan menimbulakan dampak negarif kepada manusia yang mengkonsumsinya
Selain bahan penyusun ransum diatas, ransum yang telah disusun kemudian ditambahkan dengan enzim cairan rumen yang telah dibuat sesuai dengan perlakuan

Tabel 2. Penambahan Enzim Cairan Rumen dalam Ransum
Ransum Perlakuan
Persentase (%)
Jumlah (ml)
R0
0
0
R1
0,5
1,75
R2
1
3,50
R3
1,5
5,25
R4
2
7


 Penambahan enzim cairan rumen pada bahan pakan atau ransum unggas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.  Sumber enzim yang murah dan dapat dimanfaatkan dengan mudah melalui enzim dari cairan rumen sapi asal rumah potong hewan (RPH). Berdasarkan laporan Lee et al. (2002) diketahui bahwa cairan rumen mengandung enzim selulase, amilase, protease, xilanase, mannanase, dan fitase. Enzim-enzim ini dalam rumen menyebabkan efektivitas pencernaan dan  efisiensi penggunaan pakan pada ternak ruminansia lebih tinggi dibanding ternak unggas, terutama penggunaan bahan pakan berserat kasar tinggi
           
3.3.  pemeliharaan Ayam Petelur

Ransum yang telah disusun dan ditambahkan enzim cairan rumen yang diberikan sesuai perlakuan diberikan kepada ayam petelur. Ransum dberikan 3500 gram perkelompok. Ayam petelur yang dipelihara sebanyak 5 ekor perkelompok. Pakan diberikan setiap pagi pada pukulu 07.00 sampai 08.00 WIB dan pada sore hari pada pukul 16.00 sampai 17.00 WIB. Setiap pemberian pakan diberikan 250 gram dengan masing-masing 50 gram per ekor ayam. Dalam sehari masing-masing ayam diberi 100 gram per ekor per hari. Selain pemberian pakan, produksi telur yang dihasilkan setiap hari di timbang dan dicatat sehingga diperoleh data perkelompok seperti berikut
Tabel 3. Produksi Telur dengan perlakuan R0 (0 ml enzim)
Hari/ tanggal

Berat Telur


T01
T02
T03
T04
Jumat (23/10/2015)
180
165
110
55
jumlah telur
3
3
2
1
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
60
55
55
5
Sabtu (24/10/2015)
175
130
112
175
jumlah telur
3
3
2
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
58,3
43,3
56,0
58,3
Minggu (25/10/2015)
120
230
225
110
jumlah telur
2
4
5
2
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
60
57,5
45
55
Senin (26/10/2015)
115
220
155
110
jumlah telur
2
4
3
2
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
57,5
55
51,7
55
Selasa (27/10/2015)
110
210
239
195
jumlah telur
2
4
4
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
55,0
52,5
59,8
65
Rabu (28/10/2015)
175
185
229
180
jumlah telur
3
3
4
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
58,3
61,7
57,3
60
Kamis (29/10/2015)
225
295
280
190
jumlah telur
4
5
5
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
56,3
59
56
63,3
Total Telur
19
26
25
17
Total berat rata-rata telur
57,9
55,2
54,0
59,7

Tabel 4. Produksi Telur dengan perlakuan R1 (1,75 ml enzim)
Hari/ tanggal

Berat Telur

T11
T12
T13
T14
Jumat (23/10/2015)
190
290
55
180
jumlah telur
3
5
1
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
63,3
58
55
60
Sabtu (24/10/2015)
235
175
175
175
jumlah telur
4
3
3
2
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
58,8
58,3
58,3
87,5
Minggu (25/10/2015)
215
250
55
190
jumlah telur
4
4
1
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
53,8
62,5
55
63,3
Senin (26/10/2015)
305
250
0
255
jumlah telur
5
4
0
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
61
62,5
0
63,8
Selasa (27/10/2015)
295
175
60
250
jumlah telur
5
3
1
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
59
58,3
60
62,5
Rabu (28/10/2015)
115
185
60
255
jumlah telur
2
3
1
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
57,5
61,7
60
63,8
Kamis (29/10/2015)
305
295
160
245
jumlah telur
5
5
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
61
59
53,3
61,3
Total Telur
28
27
10
24
Total berat rata-rata telur
59,3
60,0
56,5
64,6

Tabel 5. Produksi Telur dengan perlakuan R2 (3,5 ml enzim)
Hari/ tanggal

Berat Telur


T21
T22
T23
T24
Jumat (23/10/2015)
170
230
210
225
jumlah telur
3
4
4
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
56,7
57,5
52,5
56,3
Sabtu (24/10/2015)
105
220
195
235
jumlah telur
2
4
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
52,5
55
65
58,8
Minggu (25/10/2015)
115
220
235
120
jumlah telur
2
4
4
2
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
57,5
55
58,8
60
Senin (26/10/2015)
165
225
175
230
jumlah telur
3
4
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
55
56,3
58,3
57,5
Selasa (27/10/2015)
225
235
255
305
jumlah telur
4
4
4
5
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
56,3
58,75
63,8
61
Rabu (28/10/2015)
165
125
310
235
jumlah telur
3
2
5
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
55
62,5
62
58,8
Kamis (29/10/2015)
175
180
215
240
jumlah telur
3
3
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
58,3
60
71,7
60
Total Telur
20
25
26
27
Total berat rata-rata telur
56
57,4
61,3
58,9

Tabel 6. Produksi Telur dengan perlakuan R3 (5,25 ml enzim)
Hari/ tanggal

Berat Telur


T31
T32
T33
T34
Jumat (23/10/2015)
240
125
235
155
jumlah telur
4
2
4
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
60
62,5
58,75
51,7
Sabtu (24/10/2015)
240
175
115
160
jumlah telur
4
3
2
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
60,0
58,3
57,5
53,3
Minggu (25/10/2015)
200
240
170
105
jumlah telur
3
4
3
2
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
66,7
60
56,7
52,5
Senin (26/10/2015)
255
240
240
170
jumlah telur
4
4
4
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
63,8
60
60
56,7
Selasa (27/10/2015)
195
250
180
190
jumlah telur
3
4
3
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
65
62,5
60
63,3
Rabu (28/10/2015)
265
190
220
255
jumlah telur
4
3
4
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
66,3
63,3
55,0
63,8
Kamis (29/10/2015)
200
310
180
250
jumlah telur
3
5
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
66,7
62
60
62,5
Total Telur
25
25
23
22
Total berat rata-rata telur
63,8
61,2
58,3
58,4

Tabel 7. Produksi Telur dengan perlakuan R4 (7 ml enzim)
Hari/ tanggal
Berat Total

T41
T42
T43
T44
Jumat (23/10/2015)
210
185
225
180
jumlah telur
4
3
4
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata


56,3
60
Sabtu (24/10/2015)
215
255
240
175
jumlah telur
3
4
4
2
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
71,7
63,8
60,0
87,5
Minggu (25/10/2015)
265
240
300
190
jumlah telur
4
4
5
3
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
66,3
60,0
60,0
63,3
Senin (26/10/2015)
225
135
165
255
jumlah telur
3
2
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
75,0
67,5
55,0
63,8
Selasa (27/10/2015)
160
225
245
250
jumlah telur
4
4
4
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
32
45
49
50
Rabu (28/10/2015)
300
175
245
255
jumlah telur
5
3
4
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
60,0
58,3
61,3
63,8
Kamis (29/10/2015)
245
125
180
245
jumlah telur
3
2
3
4
jumlah ternak
5
5
5
5
berat rata-rata
81,7
62,5
60,0
61,3
Total Telur
26
22
27
24
Total berat rata-rata telur
62,3
60,9
59,3
64,6

            Dari tabel diatas dapat dilihat pada perlakuan R0,R1,R2,R3, dan R4 hasil berat telur tidak berbeda nyata. Berat telur dan ukuran telur berbeda-beda, akan tetapi antara berat dan ukuran telur saling berhubungan. Berdasarkan beratnya, telur ayam ras dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 1). Jumbo, dengan berat 65g per butir, 2). Ekstra besar, dengan berat 60-65g per butir, 3). Besar, dengan berat 55-60g per butir, 4). Sedang, dengan berat 50-55g per butir, 5). Kecil, dengan berat 45-50g per butir, dan kecil sekali, dengan berat di bawah 45g per butir (Sarwono, 1994)
            Panambahan enzim cairan rumen kedalam pakan ayam petelur dapat menmbah enzim yang dapat bertindak sebagai biokatalisator, pada praktikum ini penambahan enzim dengan berbdeda pelakuan yaitu 0, 1,5,3,5,5,25,dan 7 ml hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dalam produksi jumlah telur dan berat telur. Pada jumlah telur yang dihasilkan pada tiap perlakuan juga tidak berbeda nyata dengan ulangan lain kecuali pada perlakuan R1 ulangan T13 dimana telur yang dihasilkan hanya 10 telur yang menandakan bahwa produksinya paling sedikit. Hal ini didugak arena banyak faktor yang mempengaruhi produksinya rendah seperti pakan, stress, lingkungan, penyakit, kondisi kandang. Hal ini didukung dengan pendapat Anggorodi (1994) mengemukakan bahwa besarnya telur di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk sifat genetic, tingkat dewasa kelamin, umur, obat-obatan,dan makanan sehari-hari. Faktor makanan terpenting yang diketahui mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam pakan. Selanjutnya di jelaskan, bahwa di samping ransum yang berkualitas baik juga air minum turut berpengaruh terhadap ukuran besar telur, dimana pada ayam kekurangan air minum akan mempengaruhi organ reproduksinya.


























BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

            Kesimpulan dari praktikum nutrisi ternak unggas adalaha penambahan enzim cairan rumen dalam pakan yang disusun sesuai kebutuhan untuk ayam petelur dengan perlakua R0,R1,R2,R3, dan R4 diperoleh hasil jumlah telur dan rata-rata bobot telur tidak berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah produksi telur tiap kelompok berbeda dapat dipengaruhi oleh faktor lain terutama pakan, lingkungan,kandang,umur, dan penyakit


5.2. Saran

Adapun saran penulis adalah praktikum sebaiknya lebih terarah kemudian praktikan didampingi dan semua anggota kelompok saling bekerjasama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...