BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anatomi Alat Pencernaan
Ternak adalah hewan yang dengan
sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan
manusia. Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam
saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan
tubuh
Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang
memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub
ordo Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan
ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum.
Selain itu hewan ruminansia juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa
disebut memamah biak. Contoh hewan ruminansia yaitu sapi, domba, kambing dan
rusa (Hakim. 2009)
Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian
besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya
dikategorikan sebagai serat kasar. Sistem pencernaan (tractus digestivus)
terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa yang terentang dari mulut sampai
ke anus. Fungsinya adalah memasukan makanan, menggiling, mencerna dan menyerap
makanan serta mengeluarkan buangannya yang berbentuk padat. Sistem pencernaan
mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih
sederhana hingga dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun
senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme
Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
Susu
merupakan bahan pakan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan hasil
dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.Susu merupakan hasil sekresi
kelenjar ambing atau kelenjar mamae. Susu yang
merupakan salah satu bahan makanan alami yang paling sempurna yang digunakan
untuk bahan utama makanan yang sangat komplit . Susu adalah sumber makanan
utama bagi semua hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula digunakan untuk kehidupan sehari hari
Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan
kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna
susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli atau tidak, dan juga
bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga
susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontinu. Dan seharusnya
komponen susu tersebut seharusnya tidak dikurangi komponen-komponennya atau
ditambah bahan-bahan lain sehingga mutu atau kualitas susu tersebut tetap
terjaga
Pemeriksaan Komposisi Air Susu
Susu merupakan hasil sekresi
kelenjar ambing atau kelenjar mamae. Susu yang merupakan
salah satu bahan makanan alami yang paling sempurna yang digunakan untuk bahan
utama makanan yang sangat komplit . Susu adalah sumber makanan utama bagi semua
hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula
digunakan untuk kehidupan sehari hari
Pada umumnya
bentuk Susu berupa cairan yang diproduksi oleh kelenjar ambing hewan mamalia
betina dengan warna putih kekuning-kuningan yang tidak tembus cahaya, mempunyai
rasa sedikit manis berasal dari laktosa dan bau yang khasberasal dari lemak
susu, bersih, dan kosistensinya homogen tanpa ada bentuk gumpalan. Susu murni
merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena
komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang
tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia sangat
berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan
dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia
Komposisi utama susu terdiri dari
protein, lemak, laktosa dan mineral. Sedangkan perbandingan susu manusia
denagan susu sapi berbeda dlam kandungan protein, laktosa dan mineral. Pada
susu sapi kandungan protein dan whey adlah 4:1. Susu domba lebih kaya lemak dan
protein dari pada susu kambing. Susu sapi sebanding dengan susus kerbau
Mikrobiologi susu
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk
kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop makhluk-makhluk kecil itu disebut
dengan mikroorganisme, mikroba, protista atau jasad renik. Peran mikroorganisme
didalam kehidupan ternak dan manusia ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu
nutrient, tersedianya air, pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi ion Hidrogen
(pH), dan pengaruh oksigen. Susu merupakan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh
lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi
yang tinggi dan seimbang. Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba, baik
mikroba yang patogen maupun mikroba non patogen. Ada berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan
langsung dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan
metode hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
Susu tersusun oleh zat-zat makanan dengan
proporsi yang seimbang. Susu disusun oleh zat utama yang berupa air, protein,
lemak, karbohidrat, mineral – mineral dan vitamin-vitamin. Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh
bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada
suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia
sangat berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan dan dapat menjadi toksik atau racun bagi
tubuh manusia
Pemalsuan pada susu yang sangat mudah dijumpai
adalah dengan menambahkan susu dengan air. Hal ini akan menambah volum dari
susu tersebut dan susu akan dihargai dengan sedikit lebih mahal. Selain
penambahan air, peningkatan volum susu juga dapat dilakukan dengan penambahan
air tajin, susu kaleng, santan , bahkan soda kue. Pemalsuan dengan menggunakan
susu kaleng emmiliki kelebihan diantaranya bau yang harum susu serta warna yang
relatif tidak jauh berbeda dengan susu asli. Selain untuk menambahkan volum,
pemalsuan juga digunakan untuk mempertahankan sifat susu. Pemalsuan seperti ini
dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam susu
1.2
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilaksanakanya praktikum Produksi
ternak perah ini adalah agar praktikan mengetahui fungsi dan letak dari organ pencernaan
ruminansia, mengetahui bagaimana cara pemeriksaan kesegaran air susu,
mengetahui bagaimana pemeriksaan komposisi air susu, mengetahui mikrobiologi
susu, dan mengetahui pemeriksaan pemalsuan air susu. Sedangkan manfaat dari
praktikum produksi ternak perah adalah praktikan mengetahui letak dan fungsi
organ pencernaan ruminansia, mengetahui bagaimana cara memeriksa kesegaran air
susu dengan uji sensorik,uji kebersihan,uji alkohol dan uji masak, mengetahui
cara pemeriksaan komposisi berat jenis dan kadar bahan kering susu, mengetahui
bagaimana menghitung mikroba didalam susu, dan mengetahui cara pemeriksaan
pemalsuan air susu
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut bali (2011), mikroba dalam rumen mampu mensintesis asam amino
terdiri dari nonprotein nitrogen seperti urea dan amoniak
Menurut biologiginz (2010), saluran pencernaan hewan memamahbiak terdiri
atas rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, sekum, usu besar, dan
anus
Menurut darmono (2005), rumen merupakan lambung pencerna yang sangat
penting karena terdapat mikroflora dan mikrofauna yang berperan dalam mencerna
dan metabolisme. Aktifitas rumrn yang paling penting adaalah proses fermentasi
makanan oleh mikrtoba yang mengubah karbohidrat menjadi VFA, methan,
karbondioksida, dan sel mikroba itu sendiri. VFA adalah asam butirat yang
merupakan sumber energi
Menurut Praseno (2003), Unsur pakan yang tidak dapat dicerna dalam perangkat
digesti lainnya, biasanya akan mengalami fermentasi dalam sekum, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh hewan tersebut
Menurut Praseno (2003), Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti
dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue
Menurut sutardi (2005)
,proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis didalam mulut,
secara fermentatif (oleh enzim-enzim yang berasal dari mikroba rumen) dan secara
hidrolisis (oleh enzim-enzim induk semang)
Menutut darmono (2005), sistem pencernaan ruminansia sedikit lebih rumit
daripada hewan mamlia. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek yang
terdiri dari 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum yang
berhubungan dengan usus
Menurut Susilorini
(2007), Susu merupakan bahan pakan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan
hasil dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Susu merupakan hasil sekresi
kelenjar ambing atau mamae dari hasil ternak. Susu diperoleh dari pemerahan ambing
mamalia yang sehat mengandung Lemak, Protein, Laktosa serta berbagai jenis garam
dan vitamin
Menurut
Eirry (2005) Susu banyak dikonsumsi oleh memasyarakat, dalam susunan menu
sehari-hari susu dipakai sebagai bahan panga npenyempurnaan yakni dalam makanan
empat sehat lima sempurna
Menurut Aak (2000), Secara umum penelitian susu adalah salah satu
diantaranya pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji
warna, apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli,
dan juga bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut
sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontiniu
Menurut Fazri (2002), warna susu segar berkisar dari putih kebiruan
sampai kuning keemasan bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan
dalam susu
soemarno (2004),
bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan
asam volatile dan lemak dalam susu
Menurut sudono (2005), cita rasa makanan lainyang mungkin dimakan
oleh sapi perah betina akan masuk ke dalam susu dan lemak susunya. Hal lain
yang mempengaruhi konsentrasi susu adalah karena adanya penambahan
air,gula,tepung dan lain-lain
Menurut Rachmawan
(2001), susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung
laktosa dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu
didiamkan beberapa jam atau susu didinginkan
Sudono (2001), yang menyatakan susu sapi merupakan air susu pemerahan yang
berkualitas tinggi, rasa manis dan tidak dicemaari bau, kotoran dan obat-obatan
serta warnanya putih kekuning-kuningan
Menurut Buckle
(2003), endapan halus pada dinding tabung maka sampel susu tersebut asam dan
hasil uji positif bahwasannya molekul susu sudah pecah. Hal ini disebabkan oleh
aktifitas mikroorganisme yang bersifat labil
Menurut Setyohadi
(2003), angka reduktase adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna
biru metilen menjadi putih, yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik
dengan jumlah organisme yang ada
Menurut Buckle
(2003), Uji reduksi dapat menunjukkan tingkat kegiatan bakteri sehingga dapat
memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu yang dapat dicerna dan tidak
untuk kegunaan tertentu
Menurut Hadiwiyoto (2005), Peningkatan
reduksi susu disebabkan oleh bakteri tumbuh dalam susu memerlukan oksigen dan
menghasilkan subtansi-subtansi pereduksi yang memungkinkan
penurunan perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi
negatif. Kecepatan penurunanya tergantung jumlah dan macam bakteri serta
dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri
Menurut
Allen D, Tilman (2004), Sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam
cawan khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C,
sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan
berat
Menurut
Bearkley (2000 ), apabila susu makin
encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan
demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar. Berat
jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan.
Menurut
Ressang dan Nasution (2000), Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil
dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh
memadatnya lemak
Menurut Aksi
Agraris Kanisius (2001), semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi
pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat
Menurut Asep (2003) Suhu yang terbaik untuk
membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius
Menurut Dewi (2008), sampel yang
diambil di metode tuang adalah sebanyak 0,1 ml atau 1 ml yang telah di encerkan
Menurut Edi
(2008), Dalam metode tuang,pengenceran sampel harus dilakukan secara decimal
Menurut
Ashley (2006) ,Pelarut yang digunakan dalam penghitungan mikroba adalah pepton
water 0,1%
Menurut Rian
(2011), Dalam penghitungan mikroba di dalam susu,ada 2 cara yang dapat
dilakukan.Yaitu metode tuang dan metode sebar atau permukaan.
Menurut Gobel (2008), Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran
yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu
suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan
baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi
selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah
koloni yang berjumlah 30- 300 koloni
Menurut Agus dan Esti (2011 ), bahan
pemeriksaan harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak
sehingga tidak dapat dihitung. Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah
antara 30-300 koloni pada tiap lempeng pembiakan
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Produksi Terna Perah ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal
2674629185726 pukul 07.30 sampai dengan
selesai di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi
3.2. Materi
Anatomi
Alat Pencernaan
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alat atau organ pencernaan
ruminansia kambing dan alkohol, sedangkan alat yang diguanakan adalah cutter,
terpal, ember, dan sarung tangan
Pemeriksaan
Kesegaran Air Susu
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum kesegaran air susu adalah susu, alkohol,
larutan biru metilan dan Bakteri asam laktat atau EM-4. Sedangkan alat yang
digunakan adalah tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas beker, pipet,
pembakar bunsen, kapas, kertas saring, corong, tabung reduktase, alat penangas
air
Pemeriksaan
Komposisi Air Susu
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan komposisi air susu adalah susu
sedangkan alat yang digunakan adalah gelas ukur, laktodensimeter, termometer,
cawan gelas berpenutup, timbangan analitik, oven, penjepit dan eksikator
Mikrobiologi susu
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum
mikrobiologi adalah susu, pepton water,
agar , sedangkat alat yang digunakan adalah, cawan pentri, gelas ukur, pipet steril,
inkubator, ose bengkok
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
Adapun bahan yang digunakan pada
pemeriksaan pemalsuan air susu adalah susu, larutan asam asetat, larutan lugol,
larutan paraphenildiamin 2%, dan larutan hydrogen peroksida. Sedangkan alat
yang digunakan adalah laktodensumeter, termometer, tabung reaksi, labu
enlenmeyer, mikroskop, objek gass, cover glass, corong, kapas, pipet, dan
pembakar bunsen
3.3.
Metoda
Anatomi
Alat Pencernaan
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum ini
adalah, praktikan mempersiapkan semua bahan, kemudian alat pencernaan kambing
di buka, kemudian asisten dosen menjelaskan mengenai fungsi dan letak masing
masing alat pencernaan tersebut
Pemeriksaan
Kesegaran Air Susu
Adapun
metoda yang digunakan pada pemeriksaan kesegaran air susu, pada uji sensorik
atau organoleptik adalah tuangakan 10 ml susu kedalam tabung reaksi lalu amati
uji warna dengan melihat warna susu, uji bau dengan mencium aroma susu, uji
kekentalan dengan memiringkan tabung reaksi kemudian ditegakkan kembali dan
amati susu yang menempel pada dinding tabung reaksi, uji rasa dengan cara
mencicipi sampel susu tersebut. Pada uji sensorik dengan metode saring, siapkan
gelas beker lalu letakan corong kedalam gelas beker, lalu letakkan kapas di
dalam corong kemudian saring susu diatas kapas tersebut, amati kotoran yang
tertinggal. Pada uji Alkohol, masukan 3 ml sampel susu lalu tambahkan alkohol
3m sesuai perlakuan, kemudian homogenkan lalu amati susu pecah atau tidak, bila
susu pecah berarti susu tersebut asam dan hasil uji positif, jika susu tidak
pecah berarti hasil negatif, susu tersebut baik. Pada uji didih atau uji masak,
masukan 5 ml susu kedalam tabung reaksi lalu panaskan sampai mendidih, kemudian
amati sampel susu tersebut, jika terdapat butiran dan susu tidak homogen
berarti susu pecah atau rusak dan hasil uji positif, bila susu tetap homogen berarti
susu masih baik dan hasil uji negatif. Pada uji reduktase dengan biru metilen,
masukan 1 ml biru metilen kedalam tabung reaksi , lalu
tambahkan 10 tetes EM-4 kemudian tambahkan susu sampai mencapai 2/3 tabung kemudian tutup tabung
reaksi dengan kapas, lalu homogenkan membentuk angka delapan, kemudian masukan
kedalam alat penangas selama 4-5 jam, lalu amati perubahan jika warna berubah menjadi putih berarti susu
baik, jika warna tidak berubah atau tetap berwarna biru berarti sampel susu
rusak
Pemeriksaan
Komposisi Air Susu
Adapun metoda yang digunakan pada
pemeriksaan komposisi air susu adalah, pada pengukuran berat jenis pertama susu
dimasukan ke dalam gelas ukur, kemudian celupkan laktodensimeter, lalu baca
skala yang tertera dan catat suhu laktodensimeter, kemudian ukur suhu sampel
susu dengan cara mencelupkan termometer kedalam gelas ukur. Pada pengukuran
kadar bahan kering pertama keringkan cawan dan tutupnya didalam oven 102° C
selama 10 menit, kemudian keluarkan dan masukan kedalam eksikator, kemudian
setelah dingin timbang dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian masukan
3 ml susu kedalam cawan, timbang kembali sampel dan cawan lalu masukan lagi
kedalam oven 102° selama 1 jam, kemudian keluarkan dan masukan kedalam
eksikator dan timbang
Mikrobiologi susu
Adapun metoda yang digunakan pada
praktikum mikrobiologi susu adalah dengan metode tuang yaitu: beri
label pada botol atau tabung reaksi yang berisi larutan pengencer dan cawan
petri. Lakukan pengenceran sampel secara decimal 10-1 - 10-10 . Ambil sampel 0,1 atau 1 ml yang telah diencerkan
dan masukkan ke dalam cawan petri. Tuangkan media agar cair (suhu 44-45 derajat
Celcius)sebanyak 12-15 ml untuk setiap cawan petri(penuangan ini tidak boleh
lebih dari 15 menit).Selama penungan media tutup cawan tidak boleh dibuka
terlalu lebar.Segera setelah penuangan media agar cair,goyangkan cawan
membentuk angka 8 diatas meja untuk menyebarkan sel mikroba.Biarkan sampai
media agar memadat.Setelah agar memadat,masukkan cawan petri kedalam incubator
dengan posisi terbalik selama 24-36 jam pada suhu 30-32derajat Celcius.Untuk
metode sebar tuangkan 15 ml agar cair kedalam cawan petri dan biarkan memadat. Pipet
sampel yang sudah diencerkan 0,1 ml dan dituangkan di atas agar yang sudah
memadat.Sebarkan larutan sampel ke seluruh permukaan agar dengan menggunakan
ose bengkok.Biarkan sampel mongering selama 15 menit,kemudian cawan petri
dibalik dan di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 30-32derajat Celcius.Lakukan
penghitungan koloni yang terdapat dalam agar.
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
Adapun
metode yang digunakan pada pemeriksaan pemalsuan air susu yaitu pada pembuktian
penambahan air sama dengan perlakuan pada praktikum pengukuran berat jenis susu
pada komposisi susu. Pada pembuktian penambahan santan secara mikroskopis bersihkan gelas objek, kemudian tambahkan 1
tetes susu kemudian tutup dengan covert glass, kemudiaan amati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Pada pembuktian penambahan pati secara
kimia, masukan 10 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml asam
asetat. Panaskan tabung reaksi kemudian sampel susu disaring. Kemudian
tambahkan 4 tetes lygol kedalam filtrate, kemudian amati perubahn warna. Pada
pembuktian penambahan susu masak dengan uji stroch masukan 5 ml sampel susu
kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2%.
Tambahkan 1-4 tetes larutan hydrogen peroksida. Kemudian amati perubahan warna
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aatomi Alat Pencernaan
Alat pencernaan (Apparatus
digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius)
dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat
pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak
(polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan
kijang, kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara
lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung
jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa,
dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan
yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang
merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam
non-ruminansia. Saluran pencernaan ruminansia pada umumnya di mulai dari
mulut,oesofagus,lambung (rumen,retikulu,omasum dan abomasum),usus halus
(duodenum,jejunum dan illeum), usus besar (cecum,kolon dan rektum), lalu anus
Gambar 1. Alat pencernaan ruminansia
dari gambar
tersebut, saluran pencernaan ruminansia terdiri dari mulut, esophagus, lambung,
usus halus, usus besar dan anus. Hal ini didukung oleh pendapat biologiginz (2010), saluran pencernaan hewan memamahbiak terdiri atas
rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, sekum, usu besar, dan anus
1.
Mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan
oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat
saliva. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan
disebarkan ke dalam cavitas oral
2.
Esophagus
Merupakan saluran yang
menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus
setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep,
yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan).
Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat
berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan
dapat berjalan menuju lambung
3.
Rumen
Kapasitas rumen pada
ternak ruminansia dewasa mencapai 80% dari total kapasitas perut ruminansia,
sedangkan pada ternak ruminansia baru lahir perkembangan rumen belum sempurna
kapasitasnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada anak ternak ruminansia yang baru
lahir belum diberikan pakan yang berserat karena masih belum ada pencernaan
fermentatif dan mikroba rumen belum tumbuh. Pencernaan pada ternak ruminansia
yang baru lahir hanya berupa pencernaan enzimatik. Namun setelah ternak
tersebut berumur dua bulan ukuran rumen sudah baik dan mikroba rumen sudah
dalam jumlah yang cukup untuk mencerna bahan berserat.
Gambar 2. Rumen
Menurut bali (2011), mikroba dalam rumen mampu mensintesis asam amino
terdiri dari nonprotein nitrogen seperti urea dan amoniak. Mikroba pada rumen
merupakan mikroba yang berasal dari susu yang diberikan induk saat masa
menyusui maupun mikroba yang berasal dari bahan lainJumlah mikroba rumen
terbesar adalah bakteri. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan
aktifitas populasi mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer,
tekanan osmotik, kandungan bahan kering dan potensial oksidasi reduksi cairan
rumen. Adanya bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan
ruminansia dapat mencerna bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi.
4.
Retikulum
Retikulum sering
disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum
adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Kompartemen
ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung intersekting
ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai permukaan
sarang lebah (Frandson, 1992 Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan
tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum
dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi
tercampur. Fungsinya untuk menyaring benda – benda asing seperti paku,plastic
dan lain lain
Gambar 3. Retikulum
5.
Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya
berbuku-buku Omasum merupaka suatu organ seferis yang terisi oleh lamina
muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa yang
menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan
menggiling hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati).
Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal
hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi dalam
keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil
Gambar 4. Omasum
6.
Abomasum
Abomasum sering juga
disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk
mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam
yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan
jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah
kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini
berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh
abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan
HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk
pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik
Gambar 5. Abomasum
Abomasum terletak ventral dari
omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen (Frandson,1992). Pakan
dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri. Karena kerja mikroba itu,
makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya menyerap nutriennya menjadi
lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu
(Campbell, 2003)
7.
Usus Halus
Usus halus terbagi atas
3 bagian, yaitu: deudenum, jejenum, dan ileum, berdasarkan pada perbedaan -
perbedaan struktural histologis/mikroskopis. Duodenum merupakan bagian yang
pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum,
yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus
halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar
atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari rongga
abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1992).
Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil
digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003)
8.
Usus Besar
Usus besar terdiri dari
sekum yang terdiri dari bagian bagian yang naik, mendatar,dan turun. Didalam
usus besar terjadi penyerapan air dan VFA
9.
Anus
Anus merupakan bagian
terminal dari sistem pencernaan. Rectum merupakan lubang tempat keluanya
fesesdari tibuh. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinter rectum
membuka dan menutup anus. Otot sspinter yang menyusun rejtum ada 2 yaiyu ioto
polos dan oto lurik
Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
Susu merupakan bahan pakan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan hasil
dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Susu merupakan hasil sekresi
kelenjar ambing atau mamae dari hasil ternak. Susu diperoleh dari pemerahan ambing
mamalia yang sehat mengandung Lemak, Protein, Laktosa serta berbagai jenis garam
dan vitamin (Susilorini, 2007). Susu banyak dikonsumsi oleh memasyarakat,
dalam susunan menu sehari-hari susu dipakai sebagai bahan panga npenyempurnaan yakni
dalam makanan empat sehat lima sempurna (Eirry, 2005). Dari defenisi diatas betapa
susu sngat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menurut Aak (2000) Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya
pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna,
apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli, dan
juga bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut
sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontiniu
1.
Uji sensorik atau uji
organoleptik
a.
Uji warna
Kelompok
|
Sampel susu
|
Hasil warna
|
A1
|
A
|
Putih susu
|
A2
|
B
|
Putih susu
|
A3
|
A
|
Putih susu
|
A4
|
B
|
Putih susu
|
A5
|
A
|
Putih susu
|
A6
|
A
|
Putih susu
|
A7
|
A
|
Putih susu
|
A8
|
B
|
Putih susu
|
A9
|
B
|
Putih susu
|
A10
|
A
|
Putih susu
|
Tabel 1. Hasil uji warna
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
hasil uji warna pada pemeriksaan kesegaran air susu adalah berwarna putih. Hasil ini
sesuai dengan pernyataan Fazri (2002), yang menyatakan bahwa warna susu
segar berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan bergantung jenis
hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan dalam susu
b.
Uji bau
Kelompok
|
Sampel susu
|
Hasil bau
|
A1
|
A
|
Berbau susu
|
A2
|
B
|
Berbau susu
|
A3
|
A
|
Berbau susu
|
A4
|
B
|
Berbau susu
|
A5
|
A
|
Berbau susu
|
A6
|
A
|
Berbau susu
|
A7
|
A
|
Berbau susu
|
A8
|
B
|
Berbau susu
|
A9
|
B
|
Berbau susu
|
A10
|
A
|
Berbau susu
|
Tabel 2.
Hasil uji bau
Dari uji bau yang telah
dilaksanakan didapatkan hasil susu tersebut dengan berbau susu seperti susu
kental manis ini berati susu tersebut normal, hal ini juga sesuai dengan
pernyataan soemarno (2004), yang menyatakan bahwa bau/ aroma/ flavour susu
segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan asam volatile dan lemak
dalam susu
c.
Uji kekentalan
Kelompok
|
Sampel susu
|
Hasil
|
A1
|
A
|
Kental
|
A2
|
B
|
Kental
|
A3
|
A
|
Kental
|
A4
|
B
|
Kental
|
A5
|
A
|
Kental
|
A6
|
A
|
Encer
|
A7
|
A
|
Kental
|
A8
|
B
|
Encer
|
A9
|
B
|
Encer
|
A10
|
A
|
Encer
|
Tabel 3.
Hasil uji kekentalan
Uji kekentalan dilakukan dengan
memiringkan teabung reaksi,kemudian ditegakkan dengan memiringkan tabung
reaksi , kemudian ditegakkan kembali dan hasil yang didapat adalah susu
tersebut memiliki keadaan yang encer .Ini berarti terjadi penambahan air
atau pengurangan lemak susu, hal ini sesuai dengan pernyataan sudono (2005),
yang menyatakan cita rasa makanan lainyang mungkin dimakan oleh sapi perah
betina akan masuk ke dalam susu dan lemak susunya. Hal lain yang mempengaruhi
konsentrasi susu adalah karena adanya penambahan air,gula,tepung dan lain-lain
d.
Uji rasa
Kelompok
|
Sampel susu
|
Hasil
|
A1
|
A
|
Agak manis
|
A2
|
B
|
Agak manis
|
A3
|
A
|
Agak manis
|
A4
|
B
|
Agak manis
|
A5
|
A
|
Agak manis
|
A6
|
A
|
Agak manis
|
A7
|
A
|
Agak manis
|
A8
|
B
|
Manis
|
A9
|
B
|
Manis
|
A10
|
A
|
Manis
|
Tabel 4. Hasil uji rasa
Hasilnya adalah susu
tersbut memiliki rasa agak manis berarti susu tersebut meliki rasa agak
manis berarti susu tersebut normal hasil ini sesuai dengan pernyataan Rachmawan
(2001) yang menyatakan susu segar yang normal berasa agak manis karena
mengandung laktosa dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika
susu didiamkan beberapa jam atau susu didinginkan
2.
Uji kebersihan dengan metode saring
Kelompok
|
Sampel susu
|
Hasil
|
A1
|
A
|
Bersih
|
A2
|
B
|
Bersih
|
A3
|
A
|
Bersih
|
A4
|
B
|
Bersih
|
A5
|
A
|
Bersih
|
A6
|
A
|
Bersih
|
A7
|
A
|
Bersih
|
A8
|
B
|
Sedikit kotor
|
A9
|
B
|
Bersih
|
A10
|
A
|
bersih
|
Tabel 5. Hasil uji kebersihan
Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa sampel susu bersih hal ini sesuai dengan pendapat Sudono (2001),
yang menyatakan susu sapi merupakan air susu pemerahan yang berkualitas tinggi,
rasa manis dan tidak dicemaari bau, kotoran dan obat-obatan serta warnanya
putih kekuning-kuningan, sedangkn yang sedikit kotor mungkin terkontaminsi oleh
bulu ternak sendiri maupun kesalahan dalam pemerahan susu
3.
Uji alkohol
Kelompok
|
Perlakuan
|
Sampel susu
|
|
Hasil
|
|
|
A1
|
3 ml alkohol 68%
|
A
|
|
_
|
|
|
A2
|
3 ml alkohol 70%
|
B
|
|
+
|
|
|
A3
|
3 ml alkohol 75%
|
A
|
|
+
|
|
|
A4
|
3 ml alkohol 96%
|
A
|
|
_
|
|
|
A5
|
Double alkohol
|
A
|
|
_
|
|
|
A6
|
3 ml alkohol 68%
|
A
|
|
_
|
|
|
A7
|
3 ml alkohol 70%
|
A
|
|
_
|
|
|
A8
|
3 ml alkohol 75%
|
B
|
|
_
|
|
|
A9
|
3 ml alkohol 90%
|
B
|
|
_
|
|
|
A10
|
Double alkohol
|
A
|
|
_
|
|
|
Tabel 6. Hasil
uji alkohol
+ susu pecah
-
Susu tidak pecah
Hasil yang diperoleh pada
uji alcohol adalah terdapat susu yang pecah, ditandai dengan endapan halus yang
menempel pada dinding tabung dan susu tersebutbersifat asam serta hasil
uji dinyatakan positif, hasil ini sesuai dengan pernyataan Buckle (2003), yang
menyatakan endapan halus pada dinding tabung maka sampel susu tersebut asam dan
hasil uji positif bahwasannya molekul susu sudah pecah. Hal ini disebabkan oleh
aktifitas mikroorganisme yang bersifat labil
4.
Uji didih atau uji masak
Kelompok
|
Sampel susu
|
|
Hasil
|
|
A1
|
A
|
|
_
|
|
A2
|
B
|
|
+
|
|
A3
|
A
|
|
-
|
|
A4
|
B
|
|
-
|
|
A5
|
A
|
|
-
|
|
A6
|
A
|
|
|
|
A7
|
A
|
|
|
|
A8
|
B
|
|
|
|
A9
|
B
|
|
|
|
A10
|
A
|
|
|
|
Tabel 7. Hasil Uji didih atau uji masak
+
susu pecah
-
Susu tidak pecah
Adapun hasil
yang diperoleh pada uji didih adalah terdapat satu sampel susu yang positif, hasil ini sesuai dengan pernyataan Yamamoto,
(2004) dan Jaser (2000), yang
menyatakan bahwa uji didih merupakan suatu uji yang mana
susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai susu tersebut mendidih kemudian
dilakukan suatu penilaian yang mana penilaian ini dilakukan dengan melihat
keadaan dari susu tersebut apakah tetap homogen atau pecah seperti
butir-butiran. Bila terdapat butir-butiran dan susu tidak homogen
berarti susu pecah (susu rusak) dan hasil uji positif. Bila susu tetap homogen
berarti susu masih baik (normal) dan uji negative
5.
Uji reduktase dengan biru metilen
Kelompok
|
Sampel susu
|
Perlakuan
|
|
Hasil
|
|
A1
|
A
|
1 ml biru metilen
|
|
putih
|
|
A2
|
B
|
10 tetes EM4,1ml biru metilen
|
|
biru
|
|
A3
|
A
|
10 tetes EM4, 1ml biru metilen
|
|
putih
|
|
A4
|
B
|
10 tetes EM4 1 ml biru metilen
|
|
putih
|
|
A5
|
A
|
60 tetes EM 4, 1ml biru metilen
|
|
putih
|
|
A6
|
A
|
1 ml biru metilen
|
|
putih
|
|
A7
|
A
|
10 tetes EM4,1ml biru metilen
|
|
Putih kekuningan
|
|
A8
|
B
|
Susu pasterisasi
1 ml biru metilen
|
|
Putih susu, dipermukaan biru
|
|
A9
|
B
|
15 tetes EM4 1 ml biru metilen
|
|
Putih kebiruan
|
|
A10
|
A
|
20 tetes EM4 1 ml biru metilen
|
|
Putih kekuningan
|
|
Tabel 8. Hasil uji reduktase
Adapun hasil yang diperoleh pada uji reduktase
menggunakan biru metilen adalah ada satu sampel yang tidak terjadi peerubahan
warna hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Setyohadi (2003), yang menyatakan angka reduktase
adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna biru metilen menjadi
putih, yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah
organisme yang ada Uji reduksi dapat menunjukkan tingkat kegiatan bakteri
sehingga dapat memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu yang dapat
dicerna dan tidak untuk kegunaan tertentu (Buckle, 2003). Peningkatan reduksi
susu disebabkan oleh bakteri tumbuh dalam susu memerlukan oksigen dan
menghasilkan subtansi-subtansi pereduksi yang memungkinkan
penurunan perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi
negatif. Kecepatan penurunanya tergantung jumlah dan macam bakteri serta
dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri (Hadiwiyoto, 2005)
Pemeriksaan Komposisi Air Susu
Komposisi air susu adalah air,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu dapat digunakan baik dalam
bentuk aslinya. Komposisi utama susu terdiri dari protein, lemak, laktosa, dan
mineral. Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya
sebagai satu kesatuan maupun dari bagian-bagiannya
1.
Pengukuran Berat Jenis
Kelompok
|
Suhu tera
Laktodensimeter
|
Suhu
Sampel
|
Suhu
laktodensimeter
|
Berat
Jenis
|
A1
|
1,026
|
30
|
20
|
1,028
|
A2
|
1,010
|
29
|
20
|
1,0118
|
A3
|
1,012
|
30
|
20
|
1,014
|
A4
|
1,030
|
30
|
20
|
1,004
|
A5
|
1,000
|
25
|
20
|
1,001
|
A6
|
1,026
|
30
|
20
|
1,026
|
A7
|
1.000
|
30
|
20
|
1.002
|
A8
|
1,019
|
27,5
|
20
|
1.0205
|
A9
|
1,012
|
31
|
20
|
1.0142
|
A10
|
1,002
|
30
|
20
|
1,004
|
Tabel 9.
Hasil pengukuran berat jenis
Hasil pengukuran, setiap
kelompok berbeda. Untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar
bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula
berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi
Agraris Kanisius, (2001). Dimana hasil yang didapat ini adalah termasuk dalam
golongan normal, karena untuk susu sapi berat jenisnya diatas 1,027. Ada factor
yang mempengaruhi dari BJ susu menurut pendapat dari Bearkley (2000 ),
berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam
masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau
lebih rendah dari pada standar. Berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu
dibiarkan. Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat
jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak
(Ressang dan Nasution, 2000 ).
2.
Pengukuran Kadar Bahan Kering
Kelompok
|
G1
|
G2
|
G3
|
BK (%)
|
A1
|
23,8
|
25,66
|
24,28
|
46,51
|
A2
|
23,54
|
26,72
|
26,00
|
77,35
|
A3
|
21,02
|
23,75
|
23,32
|
84,24
|
A4
|
21,53
|
24,24
|
23,63
|
77,49
|
A5
|
23,15
|
25,82
|
25,16
|
75,89
|
A6
|
23,24
|
26,07
|
25,46
|
78,94
|
A7
|
23,17
|
26,04
|
25,43
|
74,84
|
A8
|
22,63
|
25,38
|
24,79
|
78,54
|
A9
|
22,95
|
24,98
|
24,15
|
83,91
|
A10
|
22,76
|
24,04
|
23,27
|
39,84
|
Tabel 10.
Hasil pengukuran kadar bahan kering
Sampel susu ditimbang
dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan
menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan
sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat (Allen D,
Tilman, 2004)
Mikrobiologi susu
Menurut Rian (2011), Dalam
penghitungan mikroba di dalam susu,ada 2 cara yang dapat dilakukan.Yaitu metode
tuang dan metode sebar atau permukaan. Pada metode perhitungan
cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk
konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di
hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang).
Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan
koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel,
2008). bahan pemeriksaan harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni
terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung. Hasil hitungan yang dapat
diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap lempeng pembiakan ( Agus,
Esti, 2011 ). Oleh karena itu pada praktikum ini digunakan pengenceran 10-6
sampai 10-10
Dalam metode tuang,pengenceran
sampel harus dilakukan secara decimal (edi,2008). Pelarut yang digunakan dalam
penghitungan mikroba adalah pepton water 0,1%.(Ashley,2006). Sampel diencerkan
sebnyak 1ml setiap tabung, hal ini sesuai dengan pendapat Dewi (2008), yang
menyatakan sampel yang diambil di metode tuang adalah sebanyak 0,1 ml atau 1 ml
yang telah di encerkan
Kelompok
|
Metode Cawan
|
Faktor pengencer
|
Jumlah mikroba
|
Hasil
|
1
|
tuang
|
10-6
|
6
|
6 x106
|
2
|
sebar
|
10-8
|
23
|
23 x107
|
3
|
tuang
|
10-8
|
124
|
124 x108
|
4
|
sebar
|
10-8
|
84
|
84 x109
|
5
|
tuang
|
10-8
|
2000
|
2000 x1010
|
6
|
tuang
|
10-8
|
15
|
15 x106
|
7
|
sebar
|
10-8
|
16
|
16 x107
|
8
|
tuang
|
10-8
|
236
|
236 x108
|
9
|
sebar
|
10-8
|
15
|
15 x109
|
10
|
tuang
|
10-8
|
6576
|
6576 x1010
|
Tabel 11. Hasil
perhitungan mikroba
Suhu yang terbaik untuk
membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius.(asep,2003).Berdasarka
perhitungan, dapat dikatakan berhasil karena bila kuarang dari 30 untuk alasan
statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300 kemungkinan ada koloni yang
terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan metode ini
perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang hidup saja,
dapat menghitung jasad renik lain sekaligus serta mengidentifikasi dan
mengisolasi jasad renik mengetahui pertumbuhan jasad renik tersebut namun
kekurangannya butuh waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi yang berbeda
menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan media yang padat kering agar metode
berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak menunjukan hasil sebenarnya
karena sel mungkin membuat koloni lain.
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
1.
Pembuktian penambahan air
Kelompok
|
Suhu tera
Laktodensimeter
|
Suhu
Sampel
|
Suhu
laktodensimeter
|
Berat
Jenis
|
hasil
|
A1
|
1,026
|
30
|
20
|
1,028
|
-
|
A2
|
1,010
|
29
|
20
|
1,0118
|
+
|
A3
|
1,012
|
30
|
20
|
1,014
|
+
|
A4
|
1,030
|
30
|
20
|
1,004
|
+
|
A5
|
1,000
|
25
|
20
|
1,001
|
+
|
A6
|
1,026
|
30
|
20
|
1,026
|
+
|
A7
|
1.000
|
30
|
20
|
1.002
|
+
|
A8
|
1,019
|
27,5
|
20
|
1.0205
|
+
|
A9
|
1,012
|
31
|
20
|
1.0142
|
+
|
A10
|
1,002
|
30
|
20
|
1,004
|
+
|
Tabel
12. Pembuktian penambahan air
+ (penambahan air)
- (tidak ada penambahan air)
Hasil pengukuran, setiap kelompok berbeda. Untuk
menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin
tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula
sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi Agraris Kanisius, (2001).
Dimana hasil yang didapat ini adalah termasuk dalam golongan normal, karena
untuk susu sapi berat jenisnya diatas 1,027. Ada factor yang mempengaruhi dari
BJ susu menurut pendapat dari Bearkley (2000 ), berpendapat bahwa apabila susu
makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan
demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar. Berat
jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan. Berat jenis dekat pada saat
pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini
disebabkan oleh memadatnya lemak (Ressang dan Nasution, 2000 ).
2.
Pembutian penambahan santan secara mikroskopik
3.
Pembuktian penambahan pati
kelompok
|
Sampel
susu
|
Hasil
|
A1
|
A dan C
|
Kuning,ungu
|
A2
|
B
|
Kuning
|
A3
|
D
|
Biru
|
A4
|
E
|
Kuning
|
A5
|
F
|
kuning
|
A6
|
A
|
kuning
|
A7
|
B
|
Biru
|
A8
|
C
|
Kuning
|
A9
|
E
|
Biru
|
A10
|
F
|
Biru
|
Tabel 13.
Pembuktian penambahan pati
4.
Pembuktian penambahan susu masak dengan uji storch
kelompok
|
Sampel
susu
|
Hasil
|
A1
|
A dan C
|
Tetap
putih
|
A2
|
B
|
Tetap
putih
|
A3
|
D
|
Tetap
putih
|
A4
|
E
|
Tetap
putih
|
A5
|
F
|
Tetap
putih
|
A6
|
A
|
Kuning
|
A7
|
B
|
Kuning
|
A8
|
C
|
Kuning
|
A9
|
E
|
Biru
|
A10
|
F
|
Biru
|
Tabel 14. Pembuktian penambahan susu masak dengan uji storch
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Pemeriksaan
Komposisi air susu
Pengukuran
Berat Jenis
1. BJ = BJ
Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
= 1,026 + ( 30 – 20 ) × 0,0002
= 1,028
2. BJ = BJ
Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
= 1,010 + ( 29 – 20 ) × 0,0002
= 1,0118
3. BJ = BJ
Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
= 1,012 + ( 30 – 20 ) × 0,0002
= 1,014
4. BJ = BJ
Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
= 1,030 + ( 30 – 20 ) × 0,0002
= 1,004
5. BJ = BJ
Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
= 1,000 + ( 25 – 20 ) × 0,0002
= 1,001
Pengukuran
Kadar Bahan Kering
1.
Kadar BK (%) =
=
= 46,51 %
2.
Kadar BK (%) =
=
= 77,35 %
3.
Kadar BK (%) =
=
= 84,24 %
4. Kadar BK (%) =
=
= 77,49 %
5.
Kadar BK (%) =
=
= 75,89 %
Mikrobiologi
susu
1. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
6 ×
=
6×106
2. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
23 ×
=
23×107
3. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
124 ×
=
124×108
4. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
84 ×
=
84×109
5. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
2000 ×
=
2000×1010
6. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
15 ×
=
15×106
7. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
16 ×
=
16×107
8. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
236 ×
=
236×108
9. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
15 ×
=
15×109
10. Koloni per ml = jumlah koloni ×
=
6576 ×
=
6576×1010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar