Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Semester Produksi Ternak Perah (PTP) Fakultas Peternakan Universitas Jambi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Anatomi Alat Pencernaan
Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh
Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak. Contoh hewan ruminansia yaitu sapi, domba, kambing dan rusa (Hakim. 2009)
Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukan makanan, menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme
Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
            Susu merupakan bahan pakan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan hasil dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing atau kelenjar mamae. Susu yang merupakan salah satu bahan makanan alami yang paling sempurna yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit . Susu adalah sumber makanan utama bagi semua hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula  digunakan untuk kehidupan sehari hari
            Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli atau tidak, dan juga bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontinu. Dan seharusnya komponen susu tersebut seharusnya tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain sehingga mutu atau kualitas susu tersebut tetap terjaga

Pemeriksaan Komposisi Air Susu
            Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing atau kelenjar mamae. Susu yang merupakan salah satu bahan makanan alami yang paling sempurna yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit . Susu adalah sumber makanan utama bagi semua hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula  digunakan untuk kehidupan sehari hari
Pada umumnya bentuk Susu berupa cairan yang diproduksi oleh kelenjar ambing hewan mamalia betina dengan warna putih kekuning-kuningan yang tidak tembus cahaya, mempunyai rasa sedikit manis berasal dari laktosa dan bau yang khasberasal dari lemak susu, bersih, dan kosistensinya homogen tanpa ada bentuk gumpalan. Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia sangat berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan  dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia
Komposisi utama susu terdiri dari protein, lemak, laktosa dan mineral. Sedangkan perbandingan susu manusia denagan susu sapi berbeda dlam kandungan protein, laktosa dan mineral. Pada susu sapi kandungan protein dan whey adlah 4:1. Susu domba lebih kaya lemak dan protein dari pada susu kambing. Susu sapi sebanding dengan susus kerbau


Mikrobiologi susu
              Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop makhluk-makhluk kecil itu disebut dengan mikroorganisme, mikroba, protista atau jasad renik. Peran mikroorganisme didalam kehidupan ternak dan manusia ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu nutrient, tersedianya air, pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi ion Hidrogen (pH), dan pengaruh oksigen. Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi  karena mengandung hampir semua zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi yang tinggi dan seimbang. Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba, baik mikroba yang patogen maupun mikroba non patogen. Ada berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar

Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
            Susu tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi yang seimbang. Susu disusun oleh zat utama yang berupa air, protein, lemak, karbohidrat, mineral – mineral dan vitamin-vitamin. Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia sangat berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan  dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia
            Pemalsuan pada susu yang sangat mudah dijumpai adalah dengan menambahkan susu dengan air. Hal ini akan menambah volum dari susu tersebut dan susu akan dihargai dengan sedikit lebih mahal. Selain penambahan air, peningkatan volum susu juga dapat dilakukan dengan penambahan air tajin, susu kaleng, santan , bahkan soda kue. Pemalsuan dengan menggunakan susu kaleng emmiliki kelebihan diantaranya bau yang harum susu serta warna yang relatif tidak jauh berbeda dengan susu asli. Selain untuk menambahkan volum, pemalsuan juga digunakan untuk mempertahankan sifat susu. Pemalsuan seperti ini dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam susu

1.2              Tujuan dan Manfaat

            Tujuan dilaksanakanya praktikum Produksi ternak perah ini adalah agar praktikan mengetahui  fungsi dan letak dari organ pencernaan ruminansia, mengetahui bagaimana cara pemeriksaan kesegaran air susu, mengetahui bagaimana pemeriksaan komposisi air susu, mengetahui mikrobiologi susu, dan mengetahui pemeriksaan pemalsuan air susu. Sedangkan manfaat dari praktikum produksi ternak perah adalah praktikan mengetahui letak dan fungsi organ pencernaan ruminansia, mengetahui bagaimana cara memeriksa kesegaran air susu dengan uji sensorik,uji kebersihan,uji alkohol dan uji masak, mengetahui cara pemeriksaan komposisi berat jenis dan kadar bahan kering susu, mengetahui bagaimana menghitung mikroba didalam susu, dan mengetahui cara pemeriksaan pemalsuan air susu












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut bali (2011), mikroba dalam rumen mampu mensintesis asam amino terdiri dari nonprotein nitrogen seperti urea dan amoniak
Menurut biologiginz (2010), saluran pencernaan hewan memamahbiak terdiri atas rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, sekum, usu besar, dan anus
Menurut darmono (2005), rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena terdapat mikroflora dan mikrofauna yang berperan dalam mencerna dan metabolisme. Aktifitas rumrn yang paling penting adaalah proses fermentasi makanan oleh mikrtoba yang mengubah karbohidrat menjadi VFA, methan, karbondioksida, dan sel mikroba itu sendiri. VFA adalah asam butirat yang merupakan sumber energi
Menurut Praseno (2003), Unsur pakan yang tidak dapat dicerna dalam perangkat digesti lainnya, biasanya akan mengalami fermentasi dalam sekum, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan tersebut
Menurut Praseno (2003), Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue
            Menurut sutardi (2005) ,proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis didalam mulut, secara fermentatif (oleh enzim-enzim yang berasal dari mikroba rumen) dan secara hidrolisis (oleh enzim-enzim induk semang)
Menutut darmono (2005), sistem pencernaan ruminansia sedikit lebih rumit daripada hewan mamlia. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek yang terdiri dari 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan dengan usus
Menurut Susilorini (2007), Susu merupakan bahan pakan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan hasil dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing atau mamae dari hasil ternak. Susu diperoleh dari pemerahan ambing mamalia yang sehat mengandung Lemak, Protein, Laktosa serta berbagai jenis garam dan vitamin
Menurut Eirry (2005) Susu banyak dikonsumsi oleh memasyarakat, dalam susunan menu sehari-hari susu dipakai sebagai bahan panga npenyempurnaan yakni dalam makanan empat sehat lima sempurna
            Menurut Aak (2000), Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli, dan juga bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontiniu
Menurut Fazri (2002), warna susu segar berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan dalam susu
soemarno (2004), bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan asam volatile dan lemak dalam susu
Menurut sudono (2005), cita rasa makanan lainyang mungkin dimakan oleh sapi perah betina akan masuk ke dalam susu dan lemak susunya. Hal lain yang mempengaruhi konsentrasi susu adalah karena adanya penambahan air,gula,tepung dan lain-lain
Menurut Rachmawan (2001), susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung laktosa dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan beberapa jam atau susu didinginkan
Sudono (2001), yang menyatakan susu sapi merupakan air susu pemerahan yang berkualitas tinggi, rasa manis dan tidak dicemaari bau, kotoran dan obat-obatan serta warnanya putih kekuning-kuningan
Menurut Buckle (2003), endapan halus pada dinding tabung maka sampel susu tersebut asam dan hasil uji positif bahwasannya molekul susu sudah pecah. Hal ini disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme yang bersifat labil
Menurut Setyohadi (2003), angka reduktase adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna biru metilen menjadi putih, yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah organisme yang ada
Menurut Buckle (2003), Uji reduksi dapat menunjukkan tingkat kegiatan bakteri sehingga dapat memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu yang dapat dicerna dan tidak untuk kegunaan tertentu
Menurut Hadiwiyoto (2005), Peningkatan reduksi susu disebabkan oleh bakteri tumbuh dalam susu memerlukan oksigen dan menghasilkan subtansi-subtansi pereduksi yang   memungkinkan penurunan perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi negatif. Kecepatan penurunanya tergantung jumlah dan macam bakteri serta dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri
Menurut Allen D, Tilman (2004), Sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat
Menurut Bearkley  (2000 ), apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar. Berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan.
Menurut Ressang dan Nasution (2000), Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak
Menurut Aksi Agraris Kanisius (2001), semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat
Menurut  Asep (2003) Suhu yang terbaik untuk membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius
Menurut Dewi (2008), sampel yang diambil di metode tuang adalah sebanyak 0,1 ml atau 1 ml yang telah di encerkan

Menurut Edi (2008), Dalam metode tuang,pengenceran sampel harus dilakukan secara decimal
Menurut Ashley (2006) ,Pelarut yang digunakan dalam penghitungan mikroba adalah pepton water 0,1%
Menurut Rian (2011), Dalam penghitungan mikroba di dalam susu,ada 2 cara yang dapat dilakukan.Yaitu metode tuang dan metode sebar atau permukaan.
Menurut Gobel (2008), Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni
Menurut  Agus dan Esti (2011 ), bahan pemeriksaan harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung. Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap lempeng pembiakan










BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum Produksi Terna Perah ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 2674629185726  pukul 07.30 sampai dengan selesai di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi

3.2.  Materi
Anatomi Alat Pencernaan
            Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alat atau organ pencernaan ruminansia kambing dan alkohol, sedangkan alat yang diguanakan adalah cutter, terpal, ember, dan sarung tangan

Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
             Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kesegaran air susu adalah susu, alkohol, larutan biru metilan dan Bakteri asam laktat atau EM-4. Sedangkan alat yang digunakan adalah tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas beker, pipet, pembakar bunsen, kapas, kertas saring, corong, tabung reduktase, alat penangas air

Pemeriksaan Komposisi Air Susu
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan komposisi air susu adalah susu sedangkan alat yang digunakan adalah gelas ukur, laktodensimeter, termometer, cawan gelas berpenutup, timbangan analitik, oven, penjepit dan eksikator
           
Mikrobiologi susu
            Adapun bahan yang digunakan pada praktikum mikrobiologi  adalah susu, pepton water, agar , sedangkat alat yang digunakan adalah, cawan pentri, gelas ukur, pipet steril, inkubator, ose bengkok

Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
            Adapun bahan yang digunakan pada pemeriksaan pemalsuan air susu adalah susu, larutan asam asetat, larutan lugol, larutan paraphenildiamin 2%, dan larutan hydrogen peroksida. Sedangkan alat yang digunakan adalah laktodensumeter, termometer, tabung reaksi, labu enlenmeyer, mikroskop, objek gass, cover glass, corong, kapas, pipet, dan pembakar bunsen


3.3. Metoda
Anatomi Alat Pencernaan
            Adapun metoda yang digunakan pada praktikum ini adalah, praktikan mempersiapkan semua bahan, kemudian alat pencernaan kambing di buka, kemudian asisten dosen menjelaskan mengenai fungsi dan letak masing masing alat pencernaan tersebut
Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
            Adapun metoda yang digunakan pada pemeriksaan kesegaran air susu, pada uji sensorik atau organoleptik adalah tuangakan 10 ml susu kedalam tabung reaksi lalu amati uji warna dengan melihat warna susu, uji bau dengan mencium aroma susu, uji kekentalan dengan memiringkan tabung reaksi kemudian ditegakkan kembali dan amati susu yang menempel pada dinding tabung reaksi, uji rasa dengan cara mencicipi sampel susu tersebut. Pada uji sensorik dengan metode saring, siapkan gelas beker lalu letakan corong kedalam gelas beker, lalu letakkan kapas di dalam corong kemudian saring susu diatas kapas tersebut, amati kotoran yang tertinggal. Pada uji Alkohol, masukan 3 ml sampel susu lalu tambahkan alkohol 3m sesuai perlakuan, kemudian homogenkan lalu amati susu pecah atau tidak, bila susu pecah berarti susu tersebut asam dan hasil uji positif, jika susu tidak pecah berarti hasil negatif, susu tersebut baik. Pada uji didih atau uji masak, masukan 5 ml susu kedalam tabung reaksi lalu panaskan sampai mendidih, kemudian amati sampel susu tersebut, jika terdapat butiran dan susu tidak homogen berarti susu pecah atau rusak dan hasil uji positif, bila susu tetap homogen berarti susu masih baik dan hasil uji negatif. Pada uji reduktase dengan biru metilen, masukan  1 ml  biru metilen kedalam tabung reaksi , lalu tambahkan 10 tetes EM-4 kemudian tambahkan susu sampai  mencapai 2/3 tabung kemudian tutup tabung reaksi dengan kapas, lalu homogenkan membentuk angka delapan, kemudian masukan kedalam alat penangas selama 4-5 jam, lalu amati perubahan  jika warna berubah menjadi putih berarti susu baik, jika warna tidak berubah atau tetap berwarna biru berarti sampel susu rusak

Pemeriksaan Komposisi Air Susu
            Adapun metoda yang digunakan pada pemeriksaan komposisi air susu adalah, pada pengukuran berat jenis pertama susu dimasukan ke dalam gelas ukur, kemudian celupkan laktodensimeter, lalu baca skala yang tertera dan catat suhu laktodensimeter, kemudian ukur suhu sampel susu dengan cara mencelupkan termometer kedalam gelas ukur. Pada pengukuran kadar bahan kering pertama keringkan cawan dan tutupnya didalam oven 102° C selama 10 menit, kemudian keluarkan dan masukan kedalam eksikator, kemudian setelah dingin timbang dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian masukan 3 ml susu kedalam cawan, timbang kembali sampel dan cawan lalu masukan lagi kedalam oven 102° selama 1 jam, kemudian keluarkan dan masukan kedalam eksikator dan timbang

Mikrobiologi susu
            Adapun metoda yang digunakan pada praktikum mikrobiologi susu adalah dengan metode tuang yaitu: beri label pada botol atau tabung reaksi yang berisi larutan pengencer dan cawan petri. Lakukan pengenceran sampel secara decimal  10-1 - 10-10 . Ambil sampel 0,1 atau 1 ml yang telah diencerkan dan masukkan ke dalam cawan petri. Tuangkan media agar cair (suhu 44-45 derajat Celcius)sebanyak 12-15 ml untuk setiap cawan petri(penuangan ini tidak boleh lebih dari 15 menit).Selama penungan media tutup cawan tidak boleh dibuka terlalu lebar.Segera setelah penuangan media agar cair,goyangkan cawan membentuk angka 8 diatas meja untuk menyebarkan sel mikroba.Biarkan sampai media agar memadat.Setelah agar memadat,masukkan cawan petri kedalam incubator dengan posisi terbalik selama 24-36 jam pada suhu 30-32derajat Celcius.Untuk metode sebar tuangkan 15 ml agar cair kedalam cawan petri dan biarkan memadat. Pipet sampel yang sudah diencerkan 0,1 ml dan dituangkan di atas agar yang sudah memadat.Sebarkan larutan sampel ke seluruh permukaan agar dengan menggunakan ose bengkok.Biarkan sampel mongering selama 15 menit,kemudian cawan petri dibalik dan di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 30-32derajat Celcius.Lakukan penghitungan koloni yang terdapat dalam agar.


Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu

            Adapun metode yang digunakan pada pemeriksaan pemalsuan air susu yaitu pada pembuktian penambahan air sama dengan perlakuan pada praktikum pengukuran berat jenis susu pada komposisi susu. Pada pembuktian penambahan santan secara mikroskopis  bersihkan gelas objek, kemudian tambahkan 1 tetes susu kemudian tutup dengan covert glass, kemudiaan amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Pada pembuktian penambahan pati secara kimia, masukan 10 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml asam asetat. Panaskan tabung reaksi kemudian sampel susu disaring. Kemudian tambahkan 4 tetes lygol kedalam filtrate, kemudian amati perubahn warna. Pada pembuktian penambahan susu masak dengan uji stroch masukan 5 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2%. Tambahkan 1-4 tetes larutan hydrogen peroksida. Kemudian amati perubahan warna








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Aatomi Alat Pencernaan
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-ruminansia. Saluran pencernaan ruminansia pada umumnya di mulai dari mulut,oesofagus,lambung (rumen,retikulu,omasum dan abomasum),usus halus (duodenum,jejunum dan illeum), usus besar (cecum,kolon dan rektum), lalu anus






Gambar 1. Alat pencernaan ruminansia

            dari gambar tersebut, saluran pencernaan ruminansia terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Hal ini didukung oleh pendapat biologiginz (2010), saluran pencernaan hewan memamahbiak terdiri atas rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, sekum, usu besar, dan anus
1.        Mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral
2.        Esophagus

Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung

3.        Rumen

Kapasitas rumen pada ternak ruminansia dewasa mencapai 80% dari total kapasitas perut ruminansia, sedangkan pada ternak ruminansia baru lahir perkembangan rumen belum sempurna kapasitasnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada anak ternak ruminansia yang baru lahir belum diberikan pakan yang berserat karena masih belum ada pencernaan fermentatif dan mikroba rumen belum tumbuh. Pencernaan pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya berupa pencernaan enzimatik. Namun setelah ternak tersebut berumur dua bulan ukuran rumen sudah baik dan mikroba rumen sudah dalam jumlah yang cukup untuk mencerna bahan berserat.








Gambar 2. Rumen

Menurut bali (2011), mikroba dalam rumen mampu mensintesis asam amino terdiri dari nonprotein nitrogen seperti urea dan amoniak. Mikroba pada rumen merupakan mikroba yang berasal dari susu yang diberikan induk saat masa menyusui maupun mikroba yang berasal dari bahan lainJumlah mikroba rumen terbesar adalah bakteri. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmotik, kandungan bahan kering dan potensial oksidasi reduksi cairan rumen. Adanya bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi.
4.        Retikulum

Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung intersekting ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai permukaan sarang lebah (Frandson, 1992 Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur. Fungsinya untuk menyaring benda – benda asing seperti paku,plastic dan lain lain








Gambar 3. Retikulum

5.        Omasum

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku Omasum merupaka suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa yang menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan menggiling hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati). Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi dalam keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil










Gambar 4. Omasum

6.        Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik









Gambar 5. Abomasum

Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen (Frandson,1992). Pakan dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri. Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya menyerap nutriennya menjadi lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003)



7.        Usus Halus

Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu: deudenum, jejenum, dan ileum, berdasarkan pada perbedaan - perbedaan struktural histologis/mikroskopis. Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003)

8.        Usus Besar

Usus besar terdiri dari sekum yang terdiri dari bagian bagian yang naik, mendatar,dan turun. Didalam usus besar terjadi penyerapan air dan VFA

9.        Anus

Anus merupakan bagian terminal dari sistem pencernaan. Rectum merupakan lubang tempat keluanya fesesdari tibuh. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinter rectum membuka dan menutup anus. Otot sspinter yang menyusun rejtum ada 2 yaiyu ioto polos dan oto lurik

Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
                        Susu merupakan bahan pakan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan hasil dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing atau mamae dari hasil ternak. Susu diperoleh dari pemerahan ambing mamalia yang sehat mengandung Lemak, Protein, Laktosa serta berbagai jenis garam dan vitamin (Susilorini, 2007). Susu banyak dikonsumsi oleh memasyarakat, dalam susunan menu sehari-hari susu dipakai sebagai bahan panga npenyempurnaan yakni dalam makanan empat sehat lima sempurna (Eirry, 2005). Dari defenisi diatas betapa susu sngat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menurut Aak (2000) Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli, dan juga bau susu tersebut, kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh dengan cara kontiniu

1.      Uji sensorik atau uji  organoleptik
a.       Uji warna
Kelompok
Sampel susu
Hasil warna
A1
A
Putih susu
A2
B
Putih susu
A3
A
Putih susu
A4
B
Putih susu
A5
A
Putih susu
A6
A
Putih susu
A7
A
Putih susu
A8
B
Putih susu
A9
B
Putih susu
A10
A
Putih susu
Tabel 1. Hasil uji warna

      Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil uji warna pada pemeriksaan kesegaran air susu adalah berwarna putih. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Fazri (2002), yang menyatakan bahwa warna susu segar berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan dalam susu

b.      Uji bau
Kelompok
Sampel susu
Hasil bau
A1
A
Berbau susu
A2
B
Berbau susu
A3
A
Berbau susu
A4
B
Berbau susu
A5
A
Berbau susu
A6
A
Berbau susu
A7
A
Berbau susu
A8
B
Berbau susu
A9
B
Berbau susu
A10
A
Berbau susu
Tabel 2. Hasil uji bau

      Dari uji bau yang telah dilaksanakan didapatkan hasil susu tersebut dengan berbau susu seperti susu kental manis ini berati susu tersebut normal, hal ini juga sesuai dengan pernyataan soemarno (2004), yang   menyatakan bahwa bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan asam volatile dan lemak dalam susu

c.       Uji kekentalan
Kelompok
Sampel susu
Hasil
A1
A
Kental
A2
B
Kental
A3
A
Kental
A4
B
Kental
A5
A
Kental
A6
A
Encer
A7
A
Kental
A8
B
Encer
A9
B
Encer
A10
A
Encer
Tabel 3. Hasil uji kekentalan

      Uji kekentalan dilakukan dengan memiringkan teabung reaksi,kemudian ditegakkan  dengan memiringkan tabung reaksi , kemudian ditegakkan kembali dan hasil yang didapat adalah susu tersebut memiliki keadaan yang encer .Ini berarti terjadi penambahan air  atau pengurangan lemak susu, hal ini sesuai dengan pernyataan sudono (2005), yang menyatakan cita rasa makanan lainyang mungkin dimakan oleh sapi perah betina akan masuk ke dalam susu dan lemak susunya. Hal lain yang mempengaruhi konsentrasi susu adalah karena adanya penambahan air,gula,tepung dan lain-lain

d.      Uji rasa
Kelompok
Sampel susu
Hasil
A1
A
Agak manis
A2
B
Agak manis
A3
A
Agak manis
A4
B
Agak manis
A5
A
Agak manis
A6
A
Agak manis
A7
A
Agak manis
A8
B
Manis
A9
B
Manis
A10
A
Manis
Tabel 4. Hasil uji rasa

      Hasilnya adalah  susu tersbut memiliki  rasa agak manis berarti susu tersebut meliki rasa agak manis berarti susu tersebut normal hasil ini sesuai dengan pernyataan Rachmawan (2001) yang menyatakan susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung laktosa dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan beberapa jam atau susu didinginkan

2.      Uji kebersihan dengan metode saring
Kelompok
Sampel susu
Hasil
A1
A
Bersih
A2
B
Bersih
A3
A
Bersih
A4
B
Bersih
A5
A
Bersih
A6
A
Bersih
A7
A
Bersih
A8
B
Sedikit kotor
A9
B
Bersih
A10
A
bersih
            Tabel 5. Hasil uji kebersihan

            Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel susu bersih hal ini sesuai dengan pendapat Sudono (2001), yang menyatakan susu sapi merupakan air susu pemerahan yang berkualitas tinggi, rasa manis dan tidak dicemaari bau, kotoran dan obat-obatan serta warnanya putih kekuning-kuningan, sedangkn yang sedikit kotor mungkin terkontaminsi oleh bulu ternak sendiri maupun kesalahan dalam pemerahan susu

3.      Uji alkohol
Kelompok
Perlakuan
Sampel susu

Hasil

A1
3 ml alkohol 68%
A

_

A2
3 ml alkohol 70%
B

+

A3
3 ml alkohol 75%
A

+

A4
3 ml alkohol 96%
A

_

A5
Double alkohol
A

_

A6
3 ml alkohol 68%
A

_

A7
3 ml alkohol 70%
A

_

A8
3 ml alkohol 75%
B

_

A9
3 ml alkohol 90%
B

_

A10
Double alkohol
A

_








  Tabel 6. Hasil uji alkohol
            +  susu pecah
-          Susu tidak pecah

            Hasil yang diperoleh pada uji alcohol adalah terdapat susu yang pecah, ditandai dengan endapan halus yang menempel pada dinding tabung  dan susu tersebutbersifat asam serta hasil uji dinyatakan positif, hasil ini sesuai dengan pernyataan Buckle (2003), yang menyatakan endapan halus pada dinding tabung maka sampel susu tersebut asam dan hasil uji positif bahwasannya molekul susu sudah pecah. Hal ini disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme yang bersifat labil

4.      Uji didih atau uji masak
Kelompok
Sampel susu

Hasil

A1
A

_

A2
B

+

A3
A

-

A4
B

-

A5
A

-

A6
A



A7
A



A8
B



A9
B



A10
A



     Tabel 7. Hasil Uji didih atau uji masak
            +  susu pecah
-          Susu tidak pecah

                        Adapun hasil yang diperoleh  pada uji didih adalah terdapat satu sampel  susu  yang positif,  hasil ini sesuai dengan pernyataan  Yamamoto, (2004) dan Jaser (2000), yang menyatakan bahwa uji didih merupakan  suatu uji yang mana susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai susu tersebut mendidih kemudian dilakukan suatu penilaian yang mana penilaian ini dilakukan dengan melihat keadaan dari susu tersebut apakah tetap homogen atau pecah seperti butir-butiran. Bila terdapat butir-butiran dan susu tidak homogen berarti susu pecah (susu rusak) dan hasil uji positif. Bila susu tetap homogen berarti susu masih baik (normal) dan uji negative

5.      Uji reduktase dengan biru metilen
Kelompok
Sampel susu
Perlakuan

Hasil

A1
A
1 ml biru metilen

putih

A2
B
10 tetes EM4,1ml biru metilen

biru

A3
A
10 tetes EM4, 1ml biru metilen

putih

A4
B
10 tetes EM4 1 ml biru metilen

putih

A5
A
60 tetes EM 4, 1ml biru metilen

putih

A6
A
1 ml biru metilen

putih

A7
A
10 tetes EM4,1ml biru metilen

Putih kekuningan

A8
B
Susu pasterisasi  1 ml biru metilen

Putih susu, dipermukaan biru

A9
B
15 tetes EM4 1 ml biru metilen

Putih kebiruan

A10
A
20 tetes EM4 1 ml biru metilen

Putih kekuningan

            Tabel 8. Hasil uji reduktase

Adapun hasil yang diperoleh pada uji reduktase menggunakan biru metilen adalah ada satu sampel yang tidak terjadi peerubahan warna hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Setyohadi (2003), yang menyatakan angka reduktase adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna biru metilen menjadi putih, yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah organisme yang ada Uji reduksi dapat menunjukkan tingkat kegiatan bakteri sehingga dapat memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu yang dapat dicerna dan tidak untuk kegunaan tertentu (Buckle, 2003). Peningkatan reduksi susu disebabkan oleh bakteri tumbuh dalam susu memerlukan oksigen dan menghasilkan subtansi-subtansi pereduksi yang   memungkinkan penurunan perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi negatif. Kecepatan penurunanya tergantung jumlah dan macam bakteri serta dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri (Hadiwiyoto, 2005)

Pemeriksaan Komposisi Air Susu
            Komposisi air susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya. Komposisi utama susu terdiri dari protein, lemak, laktosa, dan mineral. Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan maupun dari bagian-bagiannya
1.      Pengukuran Berat Jenis
Kelompok
Suhu tera Laktodensimeter
Suhu Sampel
Suhu laktodensimeter

Berat Jenis
A1
1,026
30
20
1,028
A2
1,010
29
20
1,0118
A3
1,012
30
20
1,014
A4
1,030
30
20
1,004
A5
1,000
25
20
1,001
A6
1,026
30
20
1,026
A7
1.000
30
20
1.002
A8
1,019
27,5
20
1.0205
A9
1,012
31
20
1.0142
A10
1,002
30
20
1,004
Tabel 9. Hasil pengukuran berat jenis
            Hasil pengukuran, setiap kelompok berbeda. Untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi Agraris Kanisius, (2001). Dimana hasil yang didapat ini adalah termasuk dalam golongan normal, karena untuk susu sapi berat jenisnya diatas 1,027. Ada factor yang mempengaruhi dari BJ susu menurut pendapat dari Bearkley (2000 ), berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar. Berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan. Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak (Ressang dan Nasution, 2000 ).

2.      Pengukuran Kadar Bahan Kering
Kelompok
G1
G2
G3
BK (%)
A1
23,8
25,66
24,28
46,51
A2
23,54
26,72
26,00
77,35
A3
21,02
23,75
23,32
84,24
A4
21,53
24,24
23,63
77,49
A5
23,15
25,82
25,16
75,89
A6
23,24
26,07
25,46
78,94
A7
23,17
26,04
25,43
74,84
A8
22,63
25,38
24,79
78,54
A9
22,95
24,98
24,15
83,91
A10
22,76
24,04
23,27
39,84
Tabel 10. Hasil pengukuran kadar bahan kering

            Sampel susu ditimbang dahulu sebelum diletakkan didalam cawan khusus yang dipanaskan dengan menggunakan oven dengan temperature ± 1050C, sampel dipanaskan sampai sampel susu tersebut tidak lagi mengalami penurunan berat (Allen D, Tilman, 2004)

Mikrobiologi susu
Menurut Rian (2011), Dalam penghitungan mikroba di dalam susu,ada 2 cara yang dapat dilakukan.Yaitu metode tuang dan metode sebar atau permukaan. Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008). bahan pemeriksaan harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung. Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap lempeng pembiakan ( Agus, Esti, 2011 ). Oleh karena itu pada praktikum ini digunakan pengenceran 10-6 sampai 10-10
Dalam metode tuang,pengenceran sampel harus dilakukan secara decimal (edi,2008). Pelarut yang digunakan dalam penghitungan mikroba adalah pepton water 0,1%.(Ashley,2006). Sampel diencerkan sebnyak 1ml setiap tabung, hal ini sesuai dengan pendapat Dewi (2008), yang menyatakan sampel yang diambil di metode tuang adalah sebanyak 0,1 ml atau 1 ml yang telah di encerkan

Kelompok
Metode Cawan
Faktor pengencer
Jumlah mikroba
Hasil
1
tuang
10-6
6
6 x106
2
sebar
10-8
23
23 x107
3
tuang
10-8
124
124 x108
4
sebar
10-8
84
84 x109
5
tuang
10-8
2000
2000 x1010
6
tuang
10-8
15
15 x106
7
sebar
10-8
16
16 x107
8
tuang
10-8
236
236 x108
9
sebar
10-8
15
15 x109
10
tuang
10-8
6576
6576 x1010
Tabel 11. Hasil perhitungan mikroba

Suhu yang terbaik untuk membiakkan bakteri dalam susu adalah antara 30-32 derajat Celcius.(asep,2003).Berdasarka perhitungan, dapat dikatakan berhasil karena bila kuarang dari 30 untuk alasan statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300 kemungkinan ada koloni yang terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan metode ini perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang hidup saja, dapat menghitung jasad renik lain sekaligus serta mengidentifikasi dan mengisolasi jasad renik mengetahui pertumbuhan jasad renik tersebut namun kekurangannya butuh waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi yang berbeda menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan media yang padat kering agar metode berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak menunjukan hasil sebenarnya karena sel mungkin membuat koloni lain.


Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
1.        Pembuktian penambahan air
Kelompok
Suhu tera Laktodensimeter
Suhu Sampel
Suhu laktodensimeter

Berat Jenis

hasil
A1
1,026
30
20
1,028
-
A2
1,010
29
20
1,0118
+
A3
1,012
30
20
1,014
+
A4
1,030
30
20
1,004
+
A5
1,000
25
20
1,001
+
A6
1,026
30
20
1,026
+
A7
1.000
30
20
1.002
+
A8
1,019
27,5
20
1.0205
+
A9
1,012
31
20
1.0142
+
A10
1,002
30
20
1,004
+
            Tabel 12. Pembuktian penambahan air
+ (penambahan air)
- (tidak ada penambahan air)

Hasil pengukuran, setiap kelompok berbeda. Untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya, semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi Agraris Kanisius, (2001). Dimana hasil yang didapat ini adalah termasuk dalam golongan normal, karena untuk susu sapi berat jenisnya diatas 1,027. Ada factor yang mempengaruhi dari BJ susu menurut pendapat dari Bearkley (2000 ), berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar. Berat jenis berubah-ubah menurut lamanya susu dibiarkan. Berat jenis dekat pada saat pemerahan lebih kecil dari pada berat jenis jauh dari saat pemerahan. Hal ini disebabkan oleh memadatnya lemak (Ressang dan Nasution, 2000 ).

2.        Pembutian penambahan santan secara mikroskopik

3.        Pembuktian penambahan pati

kelompok
Sampel susu
Hasil
A1
A dan C
Kuning,ungu
A2
B
Kuning
A3
D
Biru
A4
E
Kuning
A5
F
kuning
A6
A
kuning
A7
B
Biru
A8
C
Kuning
A9
E
Biru
A10
F
Biru
Tabel 13. Pembuktian penambahan pati
4.        Pembuktian penambahan susu masak dengan uji storch

kelompok
Sampel susu
Hasil
A1
A dan C
Tetap putih
A2
B
Tetap putih
A3
D
Tetap putih
A4
E
Tetap putih
A5
F
Tetap putih
A6
A
Kuning
A7
B
Kuning
A8
C
Kuning
A9
E
Biru
A10
F
Biru
       Tabel 14. Pembuktian penambahan susu masak dengan uji storch





















LAMPIRAN

PERHITUNGAN
Pemeriksaan Komposisi air susu
Pengukuran Berat Jenis
1. BJ = BJ Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
            = 1,026 + ( 30 – 20 ) × 0,0002
            = 1,028
2. BJ = BJ Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
            = 1,010 + ( 29 – 20 ) × 0,0002
            = 1,0118
3. BJ = BJ Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
            = 1,012 + ( 30 – 20 ) × 0,0002
            = 1,014
4. BJ = BJ Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
            = 1,030 + ( 30 – 20 ) × 0,0002
            = 1,004
5. BJ = BJ Campuran + ( Suhu susu – Suhu Laktodensimeter) × 0,0002
            = 1,000 + ( 25 – 20 ) × 0,0002
            = 1,001

Pengukuran Kadar Bahan Kering
1. Kadar BK (%)         = 
                                     =
                                     = 46,51 %
2. Kadar BK (%)         = 
                                     =
                                     = 77,35 %
3. Kadar BK (%)         = 
                                     =
                                     = 84,24 %
 4. Kadar BK (%)        = 
                                     =
                                     = 77,49 %
5. Kadar BK (%)         = 
                                     =
                                     = 75,89 %

Mikrobiologi susu
1. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 6 ×
                                    = 6×106
2. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 23 ×
                                    = 23×107
3. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 124 ×
                                    = 124×108
4. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 84 ×
                                    = 84×109
5. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 2000 ×
                                    = 2000×1010
6. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 15 ×
                                    = 15×106
7. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 16 ×
                                    = 16×107
8. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 236 ×
                                    = 236×108
9. Koloni per ml          = jumlah koloni ×
                                    = 15 ×
                                    = 15×109
10. Koloni per ml        = jumlah koloni ×
                                    = 6576 ×
                                    = 6576×1010






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...