Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Praktikum Industri Makanan Ternak (IMT) Fakultas Peternakan Universitas Jambi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
            Industri pakan ternak merupakan bagian dari suatu mata rantai pada sektor peternakan. Keberhasilan sektor peternakan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan pakan ternak. Pakan ternak yang tersedia bukan hanya dari segi kuantitas saja tetapi juga dari segi kualitas. Produsen pakan ternak wajib menghasilkan dan mempertahankan kualitas ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Produsen harus menjamin bahwa ransum yang dihasilkan tidak membahayakan kesehatan ternak dan manusia sebagai konsumen produk peternakan
Kerapatan Bahan atau Bulk Density adalah suatu bahan pakan menggambarkan berat bahan per unit volume atau dengan rumus     dengan ρ adalah kerapatan bahan dalam satuan berat (kg) per unit volume (liter), M adalah berat bahan (Kg), dan V adalah volume dalam liter (l). Kerapatan jenis suatu bahan pangan dipengaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air dan kepadatan. kontaminan yang sengaja dicampurkan. Kerapatan jenis dipenaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air, dan kepadatan. Perbedaan kerapatan jenis juga dapat disebabkan oleh bahan subalan atau
Bahan baku yang digunakan sebagai input dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang sangat bervariasi .Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melihat kualitas bahan pakan adalah dengan mengetahui kadar aflatoksin
kualitas suatu bahan pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis, pengujian dilakukan mengingat adanya variasi antara bahan pakan. Pengawasan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam menghasilkan produk dimulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Bahan baku yang digunakan dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang sangat bervariasi .Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melihat kualitas bahan pakan adalah dengan metode penyaringan. Dengan metode ini dapt diketahui sampel yang pecah, rusak, mati, kotoran, dan jamur
Test sekam dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pholoroglucinol 1%. Sekam dari dedak padi akan berwarna merah jika terendam dalam larutan phloroglucinol 1%. Sebaran warna merah menandakan kadar sekam. Jumlah sekam dalam dedak sangat mempenaruhi kualitas dedak. Dedak padi denan kandungan sekam yang tinggi mempunyai kualitas nutrisi yang rendah
Senyawa anorganik adalah senyawa yang bukan berasal dari makhluk hidup. Test terhadap adanya bahan anorganik di dalam bahan pakan atau bahan makanan yang bersifat kualitatif sehingga tidak dapat ditentukan jumlah bahan anorganik yang berada dalam bahan sampel yang diperiks.. Teknik produksi pakan ternak adalah serangkaian aktivitas yang melibatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pakan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh nutrisionist. Pakan yang diberikan pada ternak harus memiliki kualitas yan baik. Karena kualitas bahan pakan akan berpengaruh terhadap performan ternak yan diberi pakan. Pakan ternak memiliki bahan anorganik yang baik diperiksa, biasanya terdapat cukup besar untuk dipisahkan menggunakan mikroskop dan dilakukan test secara individual. Untuk melakukan test terhadap bahan anorganik bisa dilakukan dengan cara penentuan sulfat, klorida, karbonat dan garam
Urease adalah enzim yang mangkatatalisa hidrolisis urea membentuk amonia dan karbon dioksida. Aktivitas urease terutama ditemukan dalam pada bungkil kacang kedelei. Enzim pada urease dapat mengkatalis aktivitas reaksi pemecahan urea yang bersifat patogen dalam sel tumbuhan menjadi amonia dan CO2.  Untuk mengidentifikasi adanya urea dalam bahn makanan dapat dilakukan uji yang disebut test urea. Test urea bersifat kualitatif sehingga tidak dapat menentukan jumlah urea yang terdapat dalam bahan yang diuji.
            Bahan akan terdistribusi pada setiap saringan (sieve) berdasarkan ukuran dan berat partikel, dimana bahan yang mempunyai ukuran yang besar akan tertahan pada saringan yang paling atas (kasar) dan bahan yang mempunyai partikel yang sangat kecil akan terdistribusi krbagian saringan selanjutnya. Metode diadaptasi dari gold kist. Aktivitas enzim urease pada tepung atau bungkil kacang kedeledihitung secara kualitatif melalui konversi urea menjadi gas amoni yang terdapat pada phenol red indicator. Aktivitas urease terutama ditemukan pada bungkil kacang kedelai. Aktivitas adanya urease dalam bungkil kacang kedelai memunkinkan organisme dapat memanfaatkan urea internal maupun eksternal sebagai sumber nitrogen
                Bahan akan terdistribusi pada setiap saringan (sieve) berdasarkan ukuran dan berat partikel, dimana bahan yang mempunyai ukuran yang besar akan tertahan pada saringan yang paling atas (kasar) dan bahan yang mempunyai partikel yang sangat kecil akan terdistribusi krbagian saringan selanjutnya. Metode diadaptasi dari gold kist. Aktivitas enzim urease pada tepung atau bungkil kacang kedeledihitung secara kualitatif melalui konversi urea menjadi gas amoni yang terdapat pada phenol red indicator

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kualitas kerapatan bahan (bulk density) adalah dapat mengukur kerapatan jenis bahan dan keaslian bahan pakan
Adapun tujuan dari praktikum kualitas bahan baku yaitu mengukur kadar aflatoksin adalah untuk mengetahui cara mengukur kadar aflatoksin
Adapun tujuan dari praktikum kualitas bahan baku (metode penyaringan) adalah dapat mengetahui sampel yang rusak, pecah, mati, berjamur, dan kotoran jagung utuh
Adapun tujuan dari praktikum tes sekam adalah mengetahui ciri pakan yang mengandung sekam
Adapun tujuan dari praktikum test terhadap bahan anorganik adalah untuk mengetahui cara mengetahui adanya kadar sulfat, klorida, karbonat, dan garam dalam beberapa jenis bahan pakan
Adapun tujuan dari praktikum test adanya urease adalah agar praktikan mengetahui bagaimana cara menguji adanya kandungan urea dalam bahan pakan.
Adapun t tujuan dari praktium test terhadap aktivitas urease adalah agar praktikan mengetahui ativitas urease dalam bahan pakan
Adapun tujuan dari praktikum fraksinasi bahan makanan ternak adalah untuk mengetahui persentase distribusi bahan pakan pada setiap fraksi

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum kerapatan bahan (bulk density) adalah praktikan mengetahui bagaimana cara mengukur kerapatan bahan
Adapun manfaat dari praktikum  kualitas bahan pakan prakyikan mengetahui apa itu aflatoksin dan bagaimana cara melihat dan mengukur andunan aflatoksin pada suatu bahan
Adapun manfaat dari praktikum  kualitas bahan baku (metode penyaringan) adalah mengetahi ciri sampel yang rusak, pecah, mati, berjamur, dam kotoran
Adapun s manfaat dari testsekam adalah mengetahui kadar sekam dalam dedak padi
Adapun manfaat dari praktikum test terhadap bahan anorganik adalah praktikan mengetahui bagaimana cara membuktikan adanya bahan anorganik seperti sulfat, klorida, karbonat, dan aram dalam bahan pakan
            Adapun manfaat dari praktikum test adanya urea adalah praktikan mengetahui cara menguji adanya urea dalam bahan pakan
            Adapun  manfaat dari praktikum  test aktivitas urease adalah praktikan mengetahui cara melihat aktivitas urease dalam bahan pakan dan mengetahui aktivitas urease dari sampel terhadap sampel standar
            Adapun manfaat dari praktikum fraksinasi bahan makanan ternak adalah memperoleh informasi awal (data awal) distribusi bahan pakan pada setiap fraksi yang nantinya digunakan sebagai pedoman pemberian pakan dan formulasi ransum untuk ternak secara spesifik dan menjadi strategi dalam penyusunan ransum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Allen (2001) bahwa dedak padi adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan makanan tersebut sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum ternak
Allen (2006) bahwa dedak padi adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan makanan tersebut sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum ternak
Anggorodi ( 2007 ) bahwa Angka yang didapatkan dari bulk density apabila dibawah dan diatas dianggap tidak bagus, tetapi apabila tepat dan mendekati dengan angka yang ditentukan, maka bahan pakan tersebut bagus
Anggorodi (2007) menyatakan bahwa jagung merupakan butiran-butiran yang paling banyak mengandung energi metabolisme yang tinggi. Jagung juga merupakan bahan pakan yang mengandung banyak protein, lemak, karbohidrat. Untuk mendapatkan ransum yang sama perlu penambahan mineral dan beberapa asam akino
Aryanda. S.(2006) yang Menyatakan bahwa Aflatoksin dapat dihasilkan dari jagung, gandum dan kacang kedele yang disimpan ditempat dengan kelembaban yang relatif tinggi dengan suhu sedang kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban sangat berperan dalam munculnya aflatoksin
Bambang (2008) menyatakan bahwa cara pencegahan kontaminasi jagung adalah seleksi jagung, kadar air rendah, fumigasi, sirkulasi udara yang baik, menjaga dan menyimpanan secara periodik
Buckle (2005), menyatakan bahwa jumlah sekam dalam dedak sangat mempengaruhi kualitas dedak, dedak padi dengan kandungan sekamnya yang tinggi mempunyai kualitas nutrisi yang rendah
Charly  (2006),  yang menyatakan bahwa dalam pengamatan bahan urease dapat dilakukan dengan menggunakan zat- zat kimia untuk sehingga kita dapat melihat bahan pakan yang bagaimana yang mengandung urease.
Charly (2006) menyatakan bahwa dalam pengamatan bahan anorganik dapat di gunakan zat- zat kimia untuk mengetahuinya, mengapa demikian karna dengan menggunakan zat- zat kimia kandungan bahan anorganik yang terdapat dalam bahan makanan dapat terlihat dengan jelas.
Darmono (2007)  menyatakan bahwa salah satu kandungan yang terdapat dalam bahan makanan yaitu bahan anorganik, mengapa demikian karena bahan anorganik adalah salah satu struktur yang terkandung dalam bahan makanan.
Davis (2005) menyatakan bahwa di dalam bahan pakan dedak terdapat kandungan sulfat, mengapa hal ini  bisa terjadi karena dalam pengamatan dengan mengunakan larutan asam hidroklorida terdapat endapan yang menujujukan bahwa endapan itu yang di katakan kandungan sulfat.
Desrosier (2007) menyatakan terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga, menimbulkan udema dan garam juga merangsang sekresi saliva serta berperan dalam penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu
Haris (2006)  menyatakan bahwa dengan penggunaan asam klorida dapat menimbulkan busa pada bahan pakan yaitu tepung tulang.
Khajarern, dkk. (2007) Bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami (natural variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan kualitas ( damaging and deterioration).
Khajarern, dkk. (2007) Bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami (natural variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan kualitas ( damaging and deterioration)
Kuncoro (2008Zat-zat mineral didalam tubuh mahluk hidup terdapat sebagai senyawa organik atau anorganik yaitu natrium klorida, kalsium fosfat, kalsium  karbonat (organik) terdapat sebagai larutan garam berion atau elektrolit dalam cairan tubuh atau sebagai kristal dalam bagian bagian struktural
Parning, M, (2000) yang menyatakan bahwa aflatoksin merupakan jenis racun yang diproduksi oleh jamur Aspergillus favus dan Aspergillus parasiticus,. Jamur ini hidup pada kadar air tinggi, suhu tinggi dan kelembaban tinggi
Richardson (2006), yang menyatakan bahwa setiap larutan yang mengandung urea phenol red terdapat partikel-partikel yang berwarna merah lembayung sebanyak 75 %.
Rohaeni,dkk (2006) Jamur dapat menghasilkan racun seperti aflatoksin, ocratoksin dan fusariotoksin. Adanya racun tersebut akan mengakibatkan penurunan sistem kekebalan tubuh ternak, gangguan pada organ bahkan kematian.Tumbuhnya jamur pada jagung disebabkan karena kadar air jagung yang masih tinggi atau bisa juga karena gudang penyimpanan yang lembab. Jagung yang berjamur ini jika masih tetap digunakan dapat merugikan peternak karena jamur dapat menyebabkan penurunan  kadar nutrisi pada jagung
Santoso(2007), yang menyatakan bahwa pengukuran kerapatan jenis bahan baku dapat dilakuakan dengan menimbang sejumlah berat bahan yang ditakar dengan suatu kotak berukuran 1 meter atau tabung silinder dengan volume 1000 ml
Sarwono (2005), yang menyatakan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dengan tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar mutu sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Sarwono (2007), yang menyatakan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dengan tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar mutu sesuai dengan yang telah ditetapkan
Siregar, S.  (2006) yang menyatakan  bahwa Setiap kerapatan jenis bahan pakan berbeda, hal ini disebabkan oleh kandungan air yang terdapat didalamnya dan ukuran dari bahan pakan tersebut
Standford (2006), Urease merupakan salah satu bentuk enzim yang berperan dalam proses perkecambahan. Enzim ini dapat mengkatalis reaksi pemecahan urea yang bersifat patogen dalam sel tumbuhan menjadi amonia dan CO2.
Sukardji (2005), yang menyatakan bahwa setiap bahan yang mengandung urea memiliki nilai yang kualitatif sehingga tidak dapat ditentukan jumlah bahan tersebut.
Sunarjdoe (2005)  menyatkan bahwa dalam pembuatan ransum harus ada salah satu bahan pakan yang mengandung, sulfat, klorida, karbonat,garam karena dengan terdapatnya kandungan ini maka ternak yang di beri ransum tersebut akan dapat dengan lancar dalm mencerna ransum tersebut
Supriyadi (2006) menyatakan bahwa bahan pakan ternak yang terdapat karbonat adalah tepung tulang
Supriyadi (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya jamur adalah kadar air yang tinggi, temperature lingkungan yang tinggi, biji rusak dan penyimpanan jangka lama
Suyitno (2005) menyatakan bahan pakan yang mengandung sulfat apabila di tetesi Barium klorida 5% dan asam hidroklorida akan terbentuk endapan putih













BAB III
MATERI DAN METODA

3.1.  Wakt dan Tempat
Praktikum Industri Makanan Ternak ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 16 April 2015 sampai 21 Mei 2015 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai  di gedung C Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi
3.2. Materi
Adapun alat dan bahan yang diguakan pada praktikum industri makanan ternak adalah nampan, timbangan,silinder isi 1000 ml , lampu ultraviolet atau lampu fluorescent, timbangan, petridis, sekam 1 kg, dedak 1 kg, HCl pekat, Ethanol, Aquades, larutan  phloroglucinol, cawan petri, pengaduk, beker glass, timbangan, kertas saring, corong, pipet, pemanas, barium klorida (5%), asam hidroklorida (1:1), larutan pera nitrat (5%), larutan asam nitrat (1:2), larutam amonium hidroksida (1:1), aquades, larutan sodium nitrat standar (0,0.1,0.2,0.3%), lakmus biru dan netral, labu enlenmeyer, enzim urease, 5 ml aquades, sodium hidoksida 0,1 N, asam sulfat 0,1 N, urea phenol red solution, bungkil kedelai standar (1,3,5,7,9,11 % tepung kacang kedelai mentah), tepung ikan, tepung jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, sekam, dan vibrator ball mill

3.3. Metoda

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum kerapatan bahan adalah siapkan alat yang dibutuhkan, kemudian tuangkan bahan kedalam nampan dan ratakan, kemudian timbang berat nampan, lalu masukan bahan kedalam silinder isi dan padatkan, kemudian masukan bahan kedalam nampan yang telah ditimbang, lalu timbang kembali berat nampan dan bahan
Adapun metoda yang digunakan pada kualitas bahan pakan yaitu  kadar aflatoksin adalah masukan jagung giling kasar kedalam nampan dan ratakan,  kemudian masukan kedalam nampan tetapi jangan terlalu banyak, kemudian letakan lampu ultraviolet atau lampu fluorescent di atas nampan, lalu hitung jumlah partikel jagung yang berbendar
Adapun metoda yang digunakan pada kualitas bahan baku (metode penyaringan) adalah timbang jaung utuh 100 gr, kemudian letakan di nampan yang telah dibersihkan, kemudian cari jagung yang pecah, rusak, mati, berjamur, dan kotoran yang ada, kemudian pisahkan dan timbang, lau buat persentase.
Adapun metode pada tes sekam adalah pertama membuat larutan  phloroglucinol 1% dengan cara timbang phloroglucinol 25 gram, tambahkan HCL pekat 180 gram, dan ethanol 500 ml, dan aquades sampai 2,5 liter. Kemudian disimpan dalam botol gelap dan siap pakai . Adapun Cara kerja test sekam dengan larutan phloroglucinol 1% adalah siapkan sampel standar sekam 10%, 15% dan 20% timbang masing-masing satu gram, selanjutnya siapkan sampel dedak padi dan timbang masing-masing satu gram, letakkan masing-masing sampai dalam cawan petri secara merata, didalam waktu hampir bersamaan, masing-masing sampel diberi lautan phloroglucionol 1% dengan spuitt plastik sebanyak 5 ml. Kemudian goyang-goyangkan cawan petri hingga sampai bercampur dengan phloroglucinol 1% secara merata. Tunggu 10 menit, amati warnanya, bandingkan dengan sampai standar yang ada. Kadar sekam yang direkomendasikan maksimal 20%
Adapun metode yang digunakan pada praktikum test terhadap bahan anoranik adalah siapkan semua alat dan bahan kemudian pada tes sulfat letakan sampel sebanyak 1 gram kedalam cawan petri dan teteskan asam hidroklorida sebanya 2-3 tetes kemudian tambahkan barium klorida 1-2 tetes lalu amati jika ada endapan putih maka bahan tersebut mengandung sulfat. Metoda yang digunkan pada tes klorida adalah masukan 1 gram sampel kedalam beer glass dan tambahkan 30 ml asam nitrat lalu aduk dan biarkan 2-3 menit. Kemudian masukan 2-3 tetes larutan yang telah tercampur kedalam cawan petri dan tambahkan 2-3 tetes asam nitrat maa akan terbentuk endapan putih. Untuk mengujinya tambahkan 3-5 tetes ammonium hidroksida, maka endapan akan larut dan endapan putih akan hilan. Metoda yan digunakan pada tes karbonat adalah masukan 0,3 gram sampel kedalam cawan petri kemudian basahi dengan aquades lalu tambahkan 4-5 tetes asam hidroklorida dingin dan panasan dengan pemanas , kemudian perhatikan buih yang berwarna putih. Metoda yang digunakan pada tes garam adalah timbang 1 ram sampel dan 100 ml aquades aduk kemudian saring menggunakan coron dan kertas.Pipet 1 ml larutan standar dan tambahkan 8 ml larutan asam nitrit, aduk kemudian tambahkan 1 ml larutan perak nitrat, aduk dan bandingkan hasil tes terhadap sampel dengan sampel standar. Hasil tes dibaca dalam waktu 5 menit
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum tes adanya urea adalah ambil 1 gram sampel kemudian letakan di labu enlenmeyer, kemudian tambahkan enzim urease dan 5 ml aquades sampai tanda. Kemudian masukan kertas lakmur biru dan netral, amati perubahan warna pada kertas lakmus
Adapun metoda yang digunakan pada praktukum test aktivitas urease adalah siapkan larutan urea phenol red solution, kemudian masukan  sampel standar kedalam beberapa cawan oetri, kemudian letakan sampel yang diuji di bagian tengah. Kemudian tambahkan 5-8 tetes urea phenol red solution, kemudian aduk perlahan sampai mengembang dan membasahi sampel pada cawan dan diamkan 5 menit, kemudian bandingkan bungkil kacang edelai yang diuji, dengan sampel standar dan baca skala
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum fraksinansi bahan makan ternak adalah susun saringan sesuai dengan urutan pada vibrator ball mill dan bersihkan, hubungkan kabel dengan sumber listrik, timbang sampel sebanyak 300 gram, masukan sampel secara perlahan pada saringan paling atas, nyalakan alat selama 15 menit dengan kecepatan 35 rpm, kemudian tampung bahan pada tiap saringan lalu timbang masing masing sampel




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.  Bulk Density ( Kerapatan Bahan)

Pada praktikum Bulk density menggunakan bebrapa bahan yang berbeda antar kelompok dan sampel yang dibawa sebanyak 1 kg perkelompok. Kerapatan jenis (bulk density) suatu bahan pakan menggambarkan berat bahan per unit volume. Kerapatan jenis diekspresiakn dengan satuan berat (kg) per unit volume (meter kubik atau liter). Pengukuran dilakukan dengan menimbang sejumlah berat bahan yang ditakar dengan suatu kotak berukuran 1 meter kubik (m3)  atau tabung (silinder) dengan volume 1000 mL sesuai dengan pendapat Santoso(2007), yang menyatakan bahwa pengukuran kerapatan jenis bahan baku dapat dilakuakan dengan menimbang sejumlah berat bahan yang ditakar dengan suatu kotak berukuran 1 meter atau tabung silinder dengan volume 1000 ml .Berikut tabel hasil pengamatan bulk density bahan pakan

Tabel 1. Hasil perhitungan bulk density
Kelompok
Bahan Pakan
Bulk Density (gram/liter)
Keterangan
1

2

3

4

5

6
Bungkil kedelai

Tepung jagung

Tepung ikan

Dedak

Bungkil kelapa

Sekam
704

671,2

950

572

541,6

180
Terdapat palsuan

Terdapat palsuan

Terdapat palsuan

Terdapat palsuan

Terdapat palsuan

Terdapat palsuan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil dari setiap perhitunan bulk density berbeda. Kerapatan jenis suatu bahan pakan yang sama dapat sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air, dan kepadatan. Perbedaan kerapatan jenis juga dapat disebabkan adanya bahan subalan atau kontaminan yang sengaja dicampurkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sesuai dengan pendapat Siregar, S.  (2006) yang menyatakan  bahwa Setiap kerapatan jenis bahan pakan berbeda, hal ini disebabkan oleh kandungan air yang terdapat didalamnya dan ukuran dari bahan pakan tersebut. Kesimpulan bahwa bahan pakan tersebut diduga terdapat pemalsuan karena bulk density bahan tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Hal tersebut  bisa terjadi  karenakan kurang nya pengawasan mutu  dan kontrol pada bahan pakan sehingga banyak kecuranga pada bahan pakan dan menyebabkan bahan pakan tidak sesuai dengan standar mutu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2007), yang menyatakan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dengan tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar mutu sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hasil dari bulk density tidak ada bahan pakan yang berkualitas baik, karena angka dari bulk density yang diperoleh tidak sama atau mendekati angka yang ada di tabel yang telah ditentukan. Sesuai dengan pendapat Anggorodi ( 2007 ) bahwa Angka yang didapatkan dari bulk density apabila dibawah dan diatas dianggap tidak bagus, tetapi apabila tepat dan mendekati dengan angka yang ditentukan, maka bahan pakan tersebut bagus

4.2. Kualitas Bahan Baku ( Kadar Aflatoksin)
            Pada pengukuran kadar aflatoksin sampel yang digunakan adalah jagung giling kasar. Kadar aflatoksin bisa diestimasi secara kualitatif dengan bantuan lampu ultraviolet atau juga lampu fluorescent. Berikut adalah hasil pengamatan kadar aflatoksin



Tabl 2. Hasil pengamatan kadar aflatoksin
Kelompok
Poultry Shop
Hasil(pbb)
Keterangan
1

2

3

4

5


6
Sungai duren

Tugu juang

Talang banjar

Simpang kawat

Simpang Rimbo


Aurduri
76

20

127

114

257


102
Dapat ditoleransi

Dapat ditoleransi

Dapat ditoleransi

Dapat ditoleransi

Tidak dapat ditoleransi

Dapat ditoleransi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Jagung yang berasal dari Poultry shop Simpang rimbo  melebihi level aflatoksin yand dapat ditoleransi yaitu maksimum 150 pbb. Jagung yang tidak baik atau kualitasnya buruk karena pengaruh dari kelembaban atau suhu yang tidak bersahabat yang dapat menimbulkan racun atau aflatoksin yang merugikan yang berasal dari genus Aspergillus. Hal ini sesuai pendapat Parning, M, (2000) yang menyatakan bahwa aflatoksin merupakan jenis racun yang diproduksi oleh jamur Aspergillus favus dan Aspergillus parasiticus,. Jamur ini hidup pada kadar air tinggi, suhu tinggi dan kelembaban tinggi.Racun jenis ini merupakan produk dari metabolit sekunder dan sesuai dengan pendapat Menurut Aryanda. S.(2006) yang Menyatakan bahwa Aflatoksin dapat dihasilkan dari jagung, gandum dan kacang kedele yang disimpan ditempat dengan kelembaban yang relatif tinggi dengan suhu sedang kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban sangat berperan dalam munculnya aflatoksin



4.3.  Kualitas Bahan Baku ( Metode Penyaringan)

Dalam metode penyaringan sampel yang digunakan adalah jagung utuh. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 3. Hasil pengujian biji jagung dengan metode penyaringan
Kelompok
Pecah
Rusak
Mati
Kotoran
Jamur
Screen Test
(%)
1

2

3

4

5

6
1,17

7,5

1,14

0,82

2,47

1,89
4,81

11,96

4,12

1,34

-

3,08
2,88

5,58

0,90

1,03

10,27

2,79
0,36

1,52

0,09

0,14

0,03

0,16
1,05

5,23

3,07

5,07

4,72

2,95
10,27

31,79

9,32

8,4

17,49

10,73

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa biji jagung  pada kelompok 2 dan 4 melebihi dari 5% dan  total screen test pada kelompok 2 dan 5 melebihi dari 15 % yang  menandakan bahwa jumlah tersebut melebihi jumlah yan ditoleransi sehinga tidak baik untuk dikonsumsi.  Menurut Fairfield (2005) yang menyatakan Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga. Pengawasan mutu bahan baku harus dilakukan secara ketat saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi. Kualitas ransum yang dihasilkan tidak akan lebih baik dari bahan baku penyusunnya  dan  Menurut Kristanto.A. (2009) Menyatakan bahwa Jamur akan lebih mudah tumbuh jika jagung yang basah disimpan dalam ruang yang panas dan lembab. Apabila jamur yang tumbuh menghasilkan racun maka racun tersebut akan berpengasruh buruk pada ternak. Racun tersebut dapat menyebabkan kanker hati terutama pada ternak itik yang sensitif terhadap racun afaltoksin dan dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga dapat menurunkan produksi. Hasil dari pengamatan tiap sampel jagung bebeda arena di pengaruhi oleh  Beberapa faktor yaitu Umur panen jagung, pemanenan  jagung yang kadaluarsa (dengan umur ynag terlalu tua) dapat menimbulkan kerusakan karena pengaruh kelembaban dan terlalu kering (panas) yand terjadi dilapangan, pengkelasan mutu yang merupakan suatu usaha mengklaifikasikan komoditas jagung berdasarkan standar mutu yang berlaku.

4.4. Tes Sekam

Dalam pengertian sekam, Soekardi (2008) berpendapat bahwa sekam merupakan hasil ikutan penumbukan padi, penggunaan dalam ransum sebaiknya tidak boleh berlebihan karena sekam  mempunyai daya cerna yang sangat rendah.  Dedak yang digunakan untuk pangan harus sesuai dengan kebutuhan ternak oleh karena itu sangat  diperlukan dedak yang berkualitas Menurut  Adi, N. (2005) menyatakan bahwa dedak dengan kualitas yang baik mempunyai cirri-ciri sebagai berikut, berwarna coklat merah dan tidak mengumpal. Pengumpalan ini terjadi biasanya disebabakan oleh kadar air yang tinggi, tidak ada bau “tengik” (rancid), bau tengik dapat disebabkan oleh proses oksidasi (karena dedak banyak mengandung asam lemak tak jenuh) serta tempat, cara dan lama penyimpanan dedak yang kurang memenuhi syarat. Pengamatan test sekam dilakukan terhadap dedak yang dilakukan diberikan  larutan pholoroglucinol 1%. Dari hasil  pengamatan diperoleh hasil sebaai berikut:






Tabel 4. Hasil pengamatan tet sekam
Kelompok
Hasil tes sekam (%)
1
2
3
4
5
6
10
10
10
15
10
10

            Dari  tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil tes sekam tiap kelompok cukup redah. Perbedaan hasil test ini salah satunya dipengaruhi oleh jumlah sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Nahm (2007) bahwa jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat repsentatif sampel, jumlah sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya sehingga setiap sampel akan berbeda. Dedak padi terdiri dari kulit ari, menir dan sekam. Jumlah sekam dalam dedak sangat mempengaruhi kualitas dedak. Jika kualitas dari bahan pakan rendah maka akan berdampak buruk bagi ternak yang diberikan pakan tersebut.  Agar ternak memperoleh produksi yang baik maka ternak tersebut harus memperoleh nutrisi atau gizi yang baik pula

4.5. Tes terhadap Bahan An Organik

4.5.1. Tes Sulfat
            Pada pengujian sulfat digunakan barium klorida dan asam hidroksida dan diperoleh hasil sebagai berikut




Tabel 5. Hasil pengamatan sulfat
Kelompok
Sampel
Hasil
Keterangan
1


2

3

4


5

6
Bungkil kedelai


Tepung jagung

Tepung ikan

Dedak


Bungkil kelapa


Sekam
Tidak ada endapan putih


Ada endapan putih

Ada endapan putih

Tidak ada endapan putih


Tidak ada endapan putih


Tidak ada endapan putih
Tidak mengandung
sulfat

Mengandung sulfat

Mengandung sulfat

Tidak mengandung sulfat

Tidak mengandung sulfat

Tidak mengandung sulfat

            Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tepung jagung dan tepung ikan mengandung sulfat ditandai dengan adanya endapan putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai (2005) yang menyatakan bahwa Barium klorida 5% dan asam hidroklorida umumnya digunakan untuk menguji adanya sulfur pada bahan baku pakan dan pakan jadi hal ini menunjukkan adanya endapan berwarana putih.

4.5.1. Tes klorida       

            Pada pengujian klorida digunakan larutan perak nitrat, asam nitrat dan larutan ammonium hidroksida dan diperoleh hasil sebaai berikut



Tabel 6. Hasil pengamatan klorida
Kelompok
Sampel
Hasil
Keterangan
1

2

3

4

5

6
Bungkil kedelai

Tepung jagung

Tepung ikan

Dedak

Bungkil kelapa

Sekam
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak mengandung klorida

Tidak mengandung klorida

Tidak mengandung klorida

Tidak mengandung klorida

Tidak mengandung klorida

Tidak mengandung klorida

            Dari tabel dapat diketahui bahwa dari setiap sampel yang diuji tidak ditemukan endapan putih yang menandaan tidak adanya kandungan klorida dalam bahan pakan tersebut hal ini sesuai dengan pendapat  Bambang (2006) yang menyatkan bahan yang mengandung klorida akan tampak endapan yang larut dan endapan putih akan hilang setelah diberi larutan amonium hidroksida

4.5.3. Tes Karbonat

            Pada pengujian karbonat digunakan asam hidroksida dan aquades dan diperoleh hasil sebagai berikut






Tabel 7. Hasil pengamatan karbonat
Kelompok
Sampel
Hasil
Keterangan
1

2

3

4

5

6
Bungkil kedelai

Tepung jagung

Tepung ikan

Dedak

Bungkil kelapa

Sekam
Tidak ada buih

Tidak ada buih

Ada buih

Tidak ada buih

Tidak ada buih

Tidak ada buih
Tidak mengandung karbonat

Tidak mengandung karbonat

Mengandung karbonat

Tidak mengandung karbonat

Tidak mengandung karbonat

Tidak mengandung karbonat

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya tepung ikan yang pada hasil pengujian terdapat buih. Hal tersebut menandakan bahwa tepung ikan mengandung karbonat Hal ini sesuai denan pendapat Anggorodi (2007) menyatakan bahwa tepung tulang merupakan sumber kalsium dan fosfor yang baik akan tetapi protein dalam tepung yang diukur mutunya sangat rendah karena kandungan gelatinnya tinggi, dan tepung tulang ini juga mengandung karbonat. Dan sesuai dengan pendapat Zulpan (2006) Apabila bahan yang mengandung karbonat apabila ditambahkan dengan asam hidroklorida dan aquades akan terbentuk buih-buih putih namun bila bahan tersebut tidak terdapat karbonat tidak akan terbentuk buih-buih putih

4.5.4. Test Garam

            Pada pengujian garam digunakan larutan perak nitrat, asam nitrat, dan larutan sodium nitrat standar sebagai pembanding, dan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 8. Hasil pengamatan garam
Kelompok
Sampel
Hasil
Keterangan
1

2

3

4

5

6
Bungkil kedelai

Tepung jagung

Tepung ikan

Dedak

Bungkil kelapa

Sekam

Jernih

Jernih

Jernih

Jernih

Jernih

Jernih

Tidak mengandung garam

Tidak mengandung garam

Tidak mengandung garam

Tidak mengandung garam

Tidak mengandung garam

Tidak mengandung garam

Dari tabel dapat diketahui bahwa pada penujian garam warna yang didapat adalah jernih, hal ini menunjukan bahwa sampel yang diuji tidak mengandung garam karena warna yang diperoleh apabila sampel mengandung garam adalah larutan akan terlihat keruh. Hal ini sesuai dengan pendapat esuai dengan pendapat Murtidjo (2005) bahwa Dedak padi, tepung ikan dan bungkil kelapa tidak mengandung garam

4.6. Test Adanya Urea
           
            Pada praktikum test adanya urease digunakan cara 1 yaitu menggunakan kertas lamus. Pengujian ini bersifat kualitatif sehingga tidak dapat menentukan jumlah urea yang terdapat dalam bahan pakan. Dari praktikum diperoleh hasil sebagai berikut



Tabel 9. Hasil tes adanya urease
Bahan yang diuji
Lakmus
Hasil
Keterangan
Bungkil Kedelai


Bungkil Kedelai
Netral


biru
Tetap netral


Tetap biru
Tidak mengandung urea

Tidak mengandung urea

            Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada perubahan warna pada kertas lakmus yang digunakan yang menandakan tidak adanya kandungan urea. Hal tersebut menandakan bahwa sampel yang diuji tidak dipalsukan.


4.7. Test Aktifitas Urease

            Urease adalah berupa enzim yang bekerja terhadap urea yang menghasilkan karbondioksida dan ammonia. Test aktivitas urease dapat dilakukan dengan menghitung secara kualitatif melalui konversi urea menjadi gas ammonia yang terdapat pada phenol red indicator. Pada pengujian, sampel yang mengandung urea akan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pendapat Haris  (2008),  yang menyatakan bahwa bahan yang mengandung larutan phenol red berwarna merah. Setelah dilaksanakan praktikum diperoleh hasil sebagai berikut








Tabel 10. Hasil tes aktivitas urease
Bahan yang diuji
Hasil
Keterangan

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai (control)

Tidak ada warna merah lembayung

Overcooked

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai 1%
Sedikit tersebar warna merah lembayung
Slighly active

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai 3%
Sedikit tersebar warna merah lembayung
Slighly active

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai 5%
Warna merah lembayung 50%
Active

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai 7%
Warna merah lembayung 50%
Active

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai 9%
Warna merah lembayung 50%
Active

Tepung kedelai mentah + bungkil kedelai 11%
Warna merah lembayung 75%
Very active

Dari tabel tersebut dapat diketahu bahwa sebaran merah yang menandaka kandungan urea berbeda menurut  Rostagno ( 2007 ),  Aktivitas urease sangat dipengaruhi oleh PH larutan, suhu, kadar substrat dan jenis substrat. Faktor itu mempunyai dua pengaruh pada enzim yaitu mengenal struktur dan mekanisme katalis yang serupa. Urea mengandung protein yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan palsuan pakan. adalah kadar tepung kacang kedelai pada sampel bungkil kedelai mempengaruhi aktifitas urease didalam sampel bungkil kedelai yang ditandai dengan semakin banyaknya sebaran warna merah lembayung pada sampel. Hal tersebut dapat merugikan bagi peternak karena apabila mutu pakan yang diberikan rendah akan berdampak pada pertumbuhan ternak

4.8. Fraksinansi Bahan Makanan Ternak

Fraksinasi bahan makanan ternak merupakan salah satu contoh pengujian mutu terhadap bahan pakan. Pengujian mutu suatu produk didefinisikan sebagai gabungan sifat-sifat yang khas yang terdapat dalam suatu produk serta berpengaruh secara nyata terhadap penentuan derajat peneriamaan produk kekonsumen  (Adriyanti, 2005 ). Menurut pengertian harfiahnya, pengujian ini bertujuan untuk menguraikan suatu kesatuan bahan menjadi unsur-unsurnya atau untuk menentukan komposisi kesatuan tersebut


















BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yan dapat diambil dari praktikum industri makanan ternak adalah bahan makan yang terdapat diwilayah kota jambi kulitasnya masih kurang baik, sebagian besar bahan yang diuji masih dipalsukan dengan bahan lain , hasil bulk density tidak sesuai standar, masih terdapat bahan pakan yang mengandung aflatoksin yang tidak dapat ditoleransi,  masih terdapat sampel yang mengandung sulfat yang menandakan kualitas pakan rendah,  pada metode penyaringan sampel yang digunakan tergolong bagus karena hasil screen test dibawah batas maksimal, bahan yang diuji tidak mengandung. Oleh karena itu peredaran bahan pakan di kota Jambi harus ada pengawasan yang baik, agar kecurangan dapat diminimalisir sehingga tidak menimbulkan kerugian baik bagi peternak maupun ternak yang mengkonsumsinya

5.2. Saran

Adapun saran penulis untuk praktikum selanjutnya adalaha diharapkan praktikan lebih tepat waktu sehinnga praktikum cepat dilaksanakan dan praktikum dapat berjalan lancar










DAFTAR PUSTAKA

Adi, N .2005. mutu dan Kualitas Pakan.UI Press.Jakarta.
Allen.2001. Feed and Food Product. Feed Management. Vol 2 (1)
Anggorodi. 2007. Sampling Bahan Pakan dan Control Kualitas. Ayam dan Telur,
Aryanda s.2006.Kriteria Pakan Berkualitas.UI Press.Jakarta. Yogyakarta.
Bambang A, .2006. Sampling Bahan Pakan dan Control Kualitas. Ayam dan       Telur

Charly.2006. Moisture in Feed and Food Product : It Is Not Just Water. Feed Management. September 1964. Vol 54 (7)

Darmawanto.2007.Teknik Laboratorium .UGM Press.Yogyakarta
Davis.2005. mutu dan Kualitas Pakan.UI Press.Jakarta.
Desrosier. 2007.  Manual of Feed Microscopy and Quality Control. American
Fairfield D.C. 2003. Purchasing and receiving operation step 1 in feed quality and
Feed Microscopy and Quality Control. American Soybean Association.

Haris.2006.Penolahan Pakan Ternak.UGM Press.Yogyakarta.
Haris.2008.Penolahan Pakan Ternak.UGM Press.Yogyakarta.
Khajerern. J,. D. Sinchermsiri. A. Hanbunchong. And U. Kanto. 2007. 
Kristanto. 2002. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Kuncoro. 2008. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Magang. Jurusan ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Murtidjo. 2005. Kriteria Pakan Berkualitas. Universitas Indonesiaa Press. Jakarta.
Nahm. 2000. The Effect of Diet Particle Size on Feed Animal Performance.
National Renderer Association US Feed Grains Council. Bangkok

Parning M. 2000. The Effect of Diet Particle Size on Feed Animal Performance.
Press.Jogjakarta.PT. Charoen Pokphan Indonesia. Balaraja Feed Mill Co.

Restagnoi.2007.Pengenalan Pakan Ternak.UI Press.Jakarta.
Richardson. 2006. Pemberian Ransum Unggul. Gramedia. Jakarta.
Rivai .2005. Pakan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Roehani .2003. Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Santoso. 2007. Microscopy : Fast QA to Characteristics Raw Marerials. Feed MF2050. Kansas state University Reseach and Extension. Manhattan mill profits.

Sarwono. 2007. Teknik Pengendalian KEAMANAN Bahan Baku dan Pakan
Siregar. S. 2006. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Soekardi. 2001. Bahan Makanan Ternak. Universitas Brawijaya. Malang
Soybean Association. National Renderer Association US Feed Grains

Standford. 2006. The Effect of Diet Particle Size on Feed Animal Performance.
Sukardi.2005. Supplement dan Makanan Ternak. UI Press. Jakarta.
Sunarjdoe. 2005. Teknik Pengendalian KEAMANAN Bahan Baku dan Pakan di
Supriyadi.2006.Pengenalan Pakan Ternak.UI Press.Jakarta.
Suyitno. S. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
             Telur

Zulpan.2006.Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...