BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Industri
pakan ternak merupakan bagian dari suatu mata rantai pada sektor peternakan.
Keberhasilan sektor peternakan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan pakan
ternak. Pakan ternak yang tersedia bukan hanya dari segi kuantitas saja tetapi
juga dari segi kualitas. Produsen pakan ternak wajib menghasilkan dan
mempertahankan kualitas ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Produsen
harus menjamin bahwa ransum yang dihasilkan tidak membahayakan kesehatan ternak
dan manusia sebagai konsumen produk peternakan
Kerapatan Bahan atau Bulk Density adalah suatu bahan pakan menggambarkan
berat bahan per unit volume atau dengan rumus dengan ρ
adalah kerapatan bahan dalam satuan berat (kg) per unit volume (liter), M adalah
berat bahan (Kg), dan V adalah volume dalam liter (l). Kerapatan jenis
suatu bahan pangan dipengaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air dan
kepadatan. kontaminan yang sengaja dicampurkan. Kerapatan jenis dipenaruhi oleh
ukuran partikel, kandungan air, dan kepadatan. Perbedaan kerapatan jenis juga
dapat disebabkan oleh bahan subalan atau
Bahan baku yang digunakan sebagai input dalam industri pakan ternak
diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang sangat bervariasi
.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melihat kualitas bahan pakan adalah
dengan mengetahui kadar aflatoksin
kualitas suatu bahan pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan
biologis, pengujian dilakukan mengingat adanya variasi antara bahan pakan.
Pengawasan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam menghasilkan produk
dimulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Bahan baku yang
digunakan dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai
kualitas yang sangat bervariasi .Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
melihat kualitas bahan pakan adalah dengan metode penyaringan. Dengan metode
ini dapt diketahui sampel yang pecah, rusak, mati, kotoran, dan jamur
Test sekam dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pholoroglucinol 1%. Sekam
dari dedak padi akan berwarna merah jika terendam dalam larutan phloroglucinol
1%. Sebaran warna merah menandakan kadar sekam. Jumlah sekam dalam dedak sangat
mempenaruhi kualitas dedak. Dedak padi denan kandungan sekam yang tinggi
mempunyai kualitas nutrisi yang rendah
Senyawa anorganik adalah senyawa yang bukan berasal
dari makhluk hidup. Test terhadap adanya bahan anorganik di dalam bahan pakan atau bahan
makanan yang bersifat kualitatif sehingga tidak dapat ditentukan jumlah bahan
anorganik yang berada dalam bahan sampel yang diperiks.. Teknik produksi pakan
ternak adalah serangkaian aktivitas yang melibatkan sumber daya yang tersedia
untuk menghasilkan pakan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
nutrisionist. Pakan yang diberikan pada ternak harus memiliki kualitas yan
baik. Karena kualitas bahan pakan akan berpengaruh terhadap performan ternak
yan diberi pakan. Pakan ternak memiliki bahan anorganik yang baik diperiksa,
biasanya terdapat cukup besar untuk dipisahkan menggunakan mikroskop dan
dilakukan test secara individual. Untuk melakukan test terhadap bahan anorganik
bisa dilakukan dengan cara penentuan sulfat, klorida, karbonat dan garam
Urease adalah enzim yang mangkatatalisa hidrolisis urea membentuk
amonia dan karbon dioksida. Aktivitas urease terutama ditemukan dalam pada
bungkil kacang kedelei. Enzim pada urease dapat mengkatalis aktivitas reaksi
pemecahan urea yang bersifat patogen dalam sel tumbuhan menjadi amonia dan
CO2. Untuk mengidentifikasi adanya urea
dalam bahn makanan dapat dilakukan uji yang disebut test urea. Test urea
bersifat kualitatif sehingga tidak dapat menentukan jumlah urea yang terdapat
dalam bahan yang diuji.
Bahan akan
terdistribusi pada setiap saringan (sieve) berdasarkan ukuran dan berat
partikel, dimana bahan yang mempunyai ukuran yang besar akan tertahan pada
saringan yang paling atas (kasar) dan bahan yang mempunyai partikel yang sangat
kecil akan terdistribusi krbagian saringan selanjutnya. Metode diadaptasi dari
gold kist. Aktivitas enzim urease pada tepung atau bungkil kacang
kedeledihitung secara kualitatif melalui konversi urea menjadi gas amoni yang
terdapat pada phenol red indicator. Aktivitas urease terutama ditemukan pada
bungkil kacang kedelai. Aktivitas adanya urease dalam bungkil kacang kedelai
memunkinkan organisme dapat memanfaatkan urea internal maupun eksternal sebagai
sumber nitrogen
Bahan akan terdistribusi pada setiap saringan (sieve) berdasarkan
ukuran dan berat partikel, dimana bahan yang mempunyai ukuran yang besar akan
tertahan pada saringan yang paling atas (kasar) dan bahan yang mempunyai
partikel yang sangat kecil akan terdistribusi krbagian saringan selanjutnya.
Metode diadaptasi dari gold kist. Aktivitas enzim urease pada tepung atau
bungkil kacang kedeledihitung secara kualitatif melalui konversi urea menjadi
gas amoni yang terdapat pada phenol red indicator
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kualitas kerapatan bahan (bulk density) adalah dapat mengukur kerapatan jenis bahan dan keaslian bahan pakan
Adapun tujuan dari
praktikum kualitas bahan baku yaitu mengukur kadar aflatoksin adalah untuk
mengetahui cara mengukur kadar aflatoksin
Adapun
tujuan dari praktikum kualitas bahan baku (metode penyaringan) adalah dapat mengetahui sampel yang rusak, pecah, mati, berjamur, dan kotoran jagung
utuh
Adapun tujuan dari
praktikum tes sekam adalah mengetahui ciri pakan yang mengandung sekam
Adapun
tujuan dari praktikum test terhadap bahan anorganik adalah untuk mengetahui cara mengetahui adanya kadar sulfat, klorida, karbonat, dan garam
dalam beberapa jenis bahan pakan
Adapun tujuan dari praktikum test adanya urease adalah
agar praktikan mengetahui bagaimana cara menguji adanya kandungan urea dalam
bahan pakan.
Adapun t tujuan dari praktium test terhadap
aktivitas urease adalah agar praktikan mengetahui ativitas urease dalam bahan
pakan
Adapun tujuan dari praktikum fraksinasi
bahan makanan ternak adalah untuk mengetahui persentase distribusi bahan pakan
pada setiap fraksi
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari
praktikum kerapatan bahan (bulk density) adalah praktikan mengetahui bagaimana
cara mengukur kerapatan bahan
Adapun manfaat dari
praktikum kualitas bahan pakan prakyikan
mengetahui apa itu aflatoksin dan bagaimana cara melihat dan mengukur andunan
aflatoksin pada suatu bahan
Adapun manfaat dari
praktikum kualitas bahan baku (metode
penyaringan) adalah mengetahi ciri sampel yang rusak, pecah, mati, berjamur,
dam kotoran
Adapun s manfaat dari
testsekam adalah mengetahui kadar sekam dalam dedak padi
Adapun manfaat dari
praktikum test terhadap bahan anorganik adalah praktikan mengetahui bagaimana
cara membuktikan adanya bahan anorganik seperti sulfat, klorida, karbonat, dan
aram dalam bahan pakan
Adapun
manfaat dari praktikum test adanya urea adalah praktikan mengetahui cara
menguji adanya urea dalam bahan pakan
Adapun manfaat dari praktikum test aktivitas urease adalah praktikan
mengetahui cara melihat aktivitas urease dalam bahan pakan dan mengetahui
aktivitas urease dari sampel terhadap sampel standar
Adapun
manfaat dari praktikum fraksinasi bahan makanan ternak adalah memperoleh
informasi awal (data awal) distribusi bahan pakan pada setiap fraksi yang
nantinya digunakan sebagai pedoman pemberian pakan dan formulasi ransum untuk
ternak secara spesifik dan menjadi strategi dalam penyusunan ransum
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Allen (2001) bahwa dedak padi adalah sisa
penggilingan atau penumbukan padi. Bahan makanan tersebut sangat populer dan
banyak sekali digunakan dalam ransum ternak
Allen (2006) bahwa dedak padi adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan
makanan tersebut sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum ternak
Anggorodi ( 2007 ) bahwa Angka yang didapatkan dari bulk density apabila
dibawah dan diatas dianggap tidak bagus, tetapi apabila tepat dan mendekati
dengan angka yang ditentukan, maka bahan pakan tersebut bagus
Anggorodi
(2007) menyatakan bahwa jagung merupakan butiran-butiran yang paling banyak
mengandung energi metabolisme yang tinggi. Jagung juga merupakan bahan pakan
yang mengandung banyak protein, lemak, karbohidrat. Untuk mendapatkan ransum
yang sama perlu penambahan mineral dan beberapa asam akino
Aryanda.
S.(2006) yang Menyatakan bahwa Aflatoksin dapat dihasilkan dari jagung,
gandum dan kacang kedele yang disimpan ditempat dengan kelembaban yang relatif
tinggi dengan suhu sedang kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban sangat
berperan dalam munculnya aflatoksin
Bambang
(2008) menyatakan bahwa cara pencegahan kontaminasi jagung adalah seleksi
jagung, kadar air rendah, fumigasi, sirkulasi udara yang baik, menjaga dan
menyimpanan secara periodik
Buckle (2005), menyatakan bahwa jumlah sekam dalam dedak sangat
mempengaruhi kualitas dedak, dedak padi dengan kandungan sekamnya yang tinggi
mempunyai kualitas nutrisi yang rendah
Charly
(2006), yang menyatakan bahwa dalam pengamatan bahan urease dapat
dilakukan dengan menggunakan zat- zat kimia untuk sehingga kita dapat melihat
bahan pakan yang bagaimana yang mengandung urease.
Charly
(2006) menyatakan bahwa dalam pengamatan bahan anorganik dapat di gunakan zat-
zat kimia untuk mengetahuinya, mengapa demikian karna dengan menggunakan zat-
zat kimia kandungan bahan anorganik yang terdapat dalam bahan makanan dapat
terlihat dengan jelas.
Darmono
(2007) menyatakan bahwa salah satu
kandungan yang terdapat dalam bahan makanan yaitu bahan anorganik, mengapa
demikian karena bahan anorganik adalah salah satu struktur yang terkandung
dalam bahan makanan.
Davis
(2005) menyatakan bahwa di dalam bahan pakan dedak terdapat kandungan sulfat,
mengapa hal ini bisa terjadi karena dalam pengamatan dengan mengunakan
larutan asam hidroklorida terdapat endapan yang menujujukan bahwa endapan itu
yang di katakan kandungan sulfat.
Desrosier (2007) menyatakan terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi
air sehingga, menimbulkan udema dan garam juga merangsang sekresi saliva serta
berperan dalam penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu
Haris
(2006) menyatakan bahwa dengan
penggunaan asam klorida dapat menimbulkan busa pada bahan pakan yaitu tepung
tulang.
Khajarern, dkk. (2007) Bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh
variasi alami (natural variation), pengolahan (processing), pencampuran
(adulteration) dan penurunan kualitas ( damaging and deterioration).
Khajarern, dkk. (2007)
Bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami (natural
variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan
kualitas ( damaging and deterioration)
Kuncoro (2008) Zat-zat mineral didalam tubuh mahluk hidup terdapat
sebagai senyawa organik atau anorganik yaitu natrium klorida, kalsium fosfat,
kalsium karbonat (organik) terdapat sebagai larutan garam berion atau
elektrolit dalam cairan tubuh atau sebagai kristal dalam bagian bagian
struktural
Parning, M, (2000) yang menyatakan bahwa aflatoksin merupakan jenis racun
yang diproduksi oleh jamur Aspergillus favus dan Aspergillus
parasiticus,. Jamur ini hidup pada kadar air tinggi, suhu tinggi dan kelembaban
tinggi
Richardson
(2006), yang menyatakan bahwa setiap larutan yang mengandung urea phenol red
terdapat partikel-partikel yang berwarna merah lembayung sebanyak 75 %.
Rohaeni,dkk
(2006) Jamur dapat menghasilkan racun seperti aflatoksin, ocratoksin dan
fusariotoksin. Adanya racun tersebut akan mengakibatkan penurunan sistem
kekebalan tubuh ternak, gangguan pada organ bahkan kematian.Tumbuhnya jamur
pada jagung disebabkan karena kadar air jagung yang masih tinggi atau bisa juga
karena gudang penyimpanan yang lembab. Jagung yang berjamur ini jika masih tetap
digunakan dapat merugikan peternak karena jamur dapat menyebabkan
penurunan kadar nutrisi pada jagung
Santoso(2007), yang menyatakan bahwa pengukuran kerapatan jenis bahan baku
dapat dilakuakan dengan menimbang sejumlah berat bahan yang ditakar dengan
suatu kotak berukuran 1 meter atau tabung silinder dengan volume 1000 ml
Sarwono (2005), yang menyatakan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dengan
tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar mutu sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
Sarwono (2007), yang menyatakan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dengan
tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar mutu sesuai dengan
yang telah ditetapkan
Siregar, S. (2006) yang menyatakan bahwa Setiap kerapatan jenis bahan pakan berbeda, hal ini disebabkan oleh
kandungan air yang terdapat didalamnya dan ukuran dari bahan pakan tersebut
Standford
(2006), Urease merupakan salah satu bentuk enzim yang berperan dalam proses
perkecambahan. Enzim ini dapat mengkatalis reaksi pemecahan urea yang bersifat
patogen dalam sel tumbuhan menjadi amonia dan CO2.
Sukardji
(2005), yang menyatakan bahwa setiap bahan yang mengandung urea memiliki nilai
yang kualitatif sehingga tidak dapat ditentukan jumlah bahan tersebut.
Sunarjdoe
(2005) menyatkan bahwa dalam pembuatan
ransum harus ada salah satu bahan pakan yang mengandung, sulfat, klorida,
karbonat,garam karena dengan terdapatnya kandungan ini maka ternak yang di beri
ransum tersebut akan dapat dengan lancar dalm mencerna ransum tersebut
Supriyadi
(2006) menyatakan bahwa bahan pakan ternak yang terdapat karbonat adalah tepung
tulang
Supriyadi
(2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya jamur adalah kadar
air yang tinggi, temperature lingkungan yang tinggi, biji rusak dan penyimpanan
jangka lama
Suyitno
(2005) menyatakan bahan pakan yang mengandung sulfat apabila di tetesi Barium
klorida 5% dan asam hidroklorida akan terbentuk endapan putih
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Wakt dan Tempat
Praktikum Industri Makanan Ternak ini dilaksanakan pada hari kamis
tanggal 16 April 2015 sampai 21 Mei 2015 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai di gedung C Laboratorium Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
3.2. Materi
Adapun
alat dan bahan yang diguakan pada praktikum industri makanan ternak adalah nampan,
timbangan,silinder isi 1000 ml , lampu ultraviolet atau lampu fluorescent, timbangan, petridis, sekam 1 kg, dedak 1 kg, HCl pekat, Ethanol,
Aquades, larutan phloroglucinol, cawan
petri, pengaduk, beker glass, timbangan, kertas saring, corong, pipet, pemanas,
barium klorida (5%), asam hidroklorida (1:1), larutan pera nitrat (5%), larutan
asam nitrat (1:2), larutam amonium hidroksida (1:1), aquades, larutan sodium nitrat
standar (0,0.1,0.2,0.3%), lakmus biru dan netral, labu enlenmeyer, enzim
urease, 5 ml aquades, sodium hidoksida 0,1 N, asam sulfat 0,1 N, urea phenol
red solution, bungkil kedelai standar (1,3,5,7,9,11 % tepung kacang kedelai
mentah), tepung ikan, tepung jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak
padi, sekam, dan vibrator ball mill
3.3. Metoda
Adapun
metoda yang digunakan pada praktikum kerapatan bahan adalah siapkan alat yang
dibutuhkan, kemudian tuangkan bahan kedalam nampan dan ratakan, kemudian
timbang berat nampan, lalu masukan bahan kedalam silinder isi dan padatkan,
kemudian masukan bahan kedalam nampan yang telah ditimbang, lalu timbang
kembali berat nampan dan bahan
Adapun
metoda yang digunakan pada kualitas bahan pakan yaitu kadar aflatoksin adalah masukan jagung giling
kasar kedalam nampan dan ratakan,
kemudian masukan kedalam nampan tetapi jangan terlalu banyak, kemudian
letakan lampu ultraviolet atau lampu fluorescent di atas
nampan, lalu hitung jumlah partikel jagung yang berbendar
Adapun
metoda yang digunakan pada kualitas bahan baku (metode penyaringan) adalah
timbang jaung utuh 100 gr, kemudian letakan di nampan yang telah dibersihkan,
kemudian cari jagung yang pecah, rusak, mati, berjamur, dan kotoran yang ada,
kemudian pisahkan dan timbang, lau buat persentase.
Adapun
metode pada tes sekam adalah pertama membuat larutan phloroglucinol 1% dengan cara timbang
phloroglucinol 25 gram, tambahkan HCL pekat 180 gram, dan ethanol 500 ml, dan
aquades sampai 2,5 liter. Kemudian disimpan dalam botol gelap dan siap pakai . Adapun Cara kerja test
sekam dengan larutan phloroglucinol 1% adalah siapkan sampel standar sekam
10%, 15% dan 20% timbang masing-masing satu gram, selanjutnya siapkan sampel
dedak padi dan timbang masing-masing satu gram, letakkan masing-masing sampai
dalam cawan petri secara merata, didalam waktu hampir bersamaan, masing-masing
sampel diberi lautan phloroglucionol 1% dengan spuitt plastik sebanyak 5 ml.
Kemudian goyang-goyangkan cawan petri hingga sampai bercampur dengan
phloroglucinol 1% secara merata. Tunggu 10 menit, amati warnanya,
bandingkan dengan sampai standar yang ada. Kadar sekam yang direkomendasikan
maksimal 20%
Adapun
metode yang digunakan pada praktikum test terhadap bahan anoranik adalah
siapkan semua alat dan bahan kemudian pada tes sulfat letakan sampel sebanyak 1
gram kedalam cawan petri dan teteskan asam hidroklorida sebanya 2-3 tetes
kemudian tambahkan barium klorida 1-2 tetes lalu amati jika ada endapan putih
maka bahan tersebut mengandung sulfat. Metoda yang digunkan pada tes klorida
adalah masukan 1 gram sampel kedalam beer glass dan tambahkan 30 ml asam nitrat
lalu aduk dan biarkan 2-3 menit. Kemudian masukan 2-3 tetes larutan yang telah
tercampur kedalam cawan petri dan tambahkan 2-3 tetes asam nitrat maa akan
terbentuk endapan putih. Untuk mengujinya tambahkan 3-5 tetes ammonium
hidroksida, maka endapan akan larut dan endapan putih akan hilan. Metoda yan
digunakan pada tes karbonat adalah masukan 0,3 gram sampel kedalam cawan petri
kemudian basahi dengan aquades lalu tambahkan 4-5 tetes asam hidroklorida
dingin dan panasan dengan pemanas , kemudian perhatikan buih yang berwarna
putih. Metoda yang digunakan pada tes garam adalah timbang 1 ram sampel dan 100
ml aquades aduk kemudian saring menggunakan coron dan kertas.Pipet 1 ml larutan
standar dan tambahkan 8 ml larutan asam nitrit, aduk kemudian tambahkan 1 ml
larutan perak nitrat, aduk dan bandingkan hasil tes terhadap sampel dengan
sampel standar. Hasil tes dibaca dalam waktu 5 menit
Adapun
metoda yang digunakan pada praktikum tes adanya urea adalah ambil 1 gram sampel
kemudian letakan di labu enlenmeyer, kemudian tambahkan enzim urease dan 5 ml
aquades sampai tanda. Kemudian masukan kertas lakmur biru dan netral, amati
perubahan warna pada kertas lakmus
Adapun
metoda yang digunakan pada praktukum test aktivitas urease adalah siapkan
larutan urea phenol red solution, kemudian masukan sampel standar kedalam beberapa cawan oetri,
kemudian letakan sampel yang diuji di bagian tengah. Kemudian tambahkan 5-8
tetes urea phenol red solution, kemudian aduk perlahan sampai mengembang dan
membasahi sampel pada cawan dan diamkan 5 menit, kemudian bandingkan bungkil
kacang edelai yang diuji, dengan sampel standar dan baca skala
Adapun
metoda yang digunakan pada praktikum fraksinansi bahan makan ternak adalah
susun saringan sesuai dengan urutan pada vibrator ball mill dan bersihkan,
hubungkan kabel dengan sumber listrik, timbang sampel sebanyak 300 gram,
masukan sampel secara perlahan pada saringan paling atas, nyalakan alat selama
15 menit dengan kecepatan 35 rpm, kemudian tampung bahan pada tiap saringan
lalu timbang masing masing sampel
BAB
IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
4.1. Bulk Density ( Kerapatan Bahan)
Pada praktikum Bulk
density menggunakan bebrapa bahan yang berbeda antar kelompok dan sampel yang
dibawa sebanyak 1 kg perkelompok. Kerapatan
jenis (bulk density) suatu bahan pakan menggambarkan berat bahan per unit
volume. Kerapatan jenis diekspresiakn dengan satuan berat (kg) per unit volume
(meter kubik atau liter). Pengukuran dilakukan dengan menimbang sejumlah berat
bahan yang ditakar dengan suatu kotak berukuran 1 meter kubik (m3) atau
tabung (silinder) dengan volume 1000 mL sesuai dengan pendapat Santoso(2007),
yang menyatakan bahwa pengukuran kerapatan jenis bahan baku dapat dilakuakan
dengan menimbang sejumlah berat bahan yang ditakar dengan suatu kotak berukuran
1 meter atau tabung silinder dengan volume 1000 ml .Berikut tabel hasil
pengamatan bulk density bahan pakan
Tabel 1. Hasil perhitungan bulk
density
Kelompok
|
Bahan Pakan
|
Bulk Density (gram/liter)
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Bungkil kedelai
Tepung jagung
Tepung ikan
Dedak
Bungkil kelapa
Sekam
|
704
671,2
950
572
541,6
180
|
Terdapat palsuan
Terdapat palsuan
Terdapat palsuan
Terdapat palsuan
Terdapat palsuan
Terdapat palsuan
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil dari setiap perhitunan bulk
density berbeda. Kerapatan jenis suatu bahan pakan yang sama dapat sangat
bervariasi yang dipengaruhi oleh ukuran partikel, kandungan air, dan kepadatan.
Perbedaan kerapatan jenis juga dapat disebabkan adanya bahan subalan atau
kontaminan yang sengaja dicampurkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sesuai
dengan pendapat Siregar, S. (2006) yang menyatakan bahwa Setiap kerapatan jenis bahan pakan berbeda, hal ini disebabkan oleh
kandungan air yang terdapat didalamnya dan ukuran dari bahan pakan tersebut.
Kesimpulan bahwa bahan pakan tersebut diduga terdapat pemalsuan karena bulk
density bahan tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Hal
tersebut bisa terjadi karenakan kurang nya pengawasan mutu dan kontrol pada bahan pakan sehingga banyak
kecuranga pada bahan pakan dan menyebabkan bahan pakan tidak sesuai dengan
standar mutu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2007), yang menyatakan
bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pembuatan
dan peredaran bahan baku pakan dengan tujuan agar pakan yang dibuat dan
diedarkan memenuhi standar mutu sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hasil dari
bulk density tidak ada bahan pakan yang berkualitas baik, karena angka dari
bulk density yang diperoleh tidak sama atau mendekati angka yang ada di tabel
yang telah ditentukan. Sesuai dengan pendapat Anggorodi ( 2007 ) bahwa Angka
yang didapatkan dari bulk density apabila dibawah dan diatas dianggap tidak
bagus, tetapi apabila tepat dan mendekati dengan angka yang ditentukan, maka
bahan pakan tersebut bagus
4.2. Kualitas Bahan Baku ( Kadar Aflatoksin)
Pada pengukuran kadar aflatoksin sampel yang digunakan
adalah jagung giling kasar. Kadar
aflatoksin bisa diestimasi secara kualitatif dengan bantuan lampu ultraviolet
atau juga lampu fluorescent. Berikut adalah hasil pengamatan kadar
aflatoksin
Tabl 2. Hasil
pengamatan kadar aflatoksin
Kelompok
|
Poultry Shop
|
Hasil(pbb)
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Sungai duren
Tugu juang
Talang banjar
Simpang kawat
Simpang Rimbo
Aurduri
|
76
20
127
114
257
102
|
Dapat ditoleransi
Dapat ditoleransi
Dapat ditoleransi
Dapat ditoleransi
Tidak dapat ditoleransi
Dapat
ditoleransi
|
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa Jagung yang berasal dari Poultry shop Simpang rimbo melebihi level aflatoksin yand dapat
ditoleransi yaitu maksimum 150 pbb. Jagung yang tidak baik atau kualitasnya buruk karena pengaruh dari
kelembaban atau suhu yang tidak bersahabat yang dapat menimbulkan racun atau
aflatoksin yang merugikan yang berasal dari genus Aspergillus. Hal ini sesuai
pendapat Parning, M, (2000) yang menyatakan bahwa aflatoksin merupakan jenis
racun yang diproduksi oleh jamur Aspergillus favus dan Aspergillus
parasiticus,. Jamur ini hidup pada kadar air tinggi, suhu tinggi dan kelembaban
tinggi.Racun jenis ini merupakan produk dari metabolit sekunder dan sesuai
dengan pendapat Menurut
Aryanda. S.(2006) yang Menyatakan bahwa Aflatoksin dapat dihasilkan dari
jagung, gandum dan kacang kedele yang disimpan ditempat dengan kelembaban yang
relatif tinggi dengan suhu sedang kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembaban sangat berperan dalam munculnya aflatoksin
4.3. Kualitas Bahan Baku ( Metode Penyaringan)
Dalam metode
penyaringan sampel yang digunakan adalah jagung utuh. Dari hasil pengamatan
diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 3. Hasil pengujian biji jagung dengan metode penyaringan
Kelompok
|
Pecah
|
Rusak
|
Mati
|
Kotoran
|
Jamur
|
Screen Test
(%)
|
1
2
3
4
5
6
|
1,17
7,5
1,14
0,82
2,47
1,89
|
4,81
11,96
4,12
1,34
-
3,08
|
2,88
5,58
0,90
1,03
10,27
2,79
|
0,36
1,52
0,09
0,14
0,03
0,16
|
1,05
5,23
3,07
5,07
4,72
2,95
|
10,27
31,79
9,32
8,4
17,49
10,73
|
Dari
tabel diatas dapat diketahui bahwa biji jagung
pada kelompok 2 dan 4 melebihi dari 5% dan total screen test pada kelompok 2 dan 5
melebihi dari 15 % yang menandakan bahwa
jumlah tersebut melebihi jumlah yan ditoleransi sehinga tidak baik untuk dikonsumsi. Menurut Fairfield (2005) yang menyatakan Kerusakan dapat terjadi karena serangan
jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga.
Pengawasan mutu bahan baku harus dilakukan secara ketat saat penerimaan dan
penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap
penting dalam menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi. Kualitas ransum yang
dihasilkan tidak akan lebih baik dari bahan baku penyusunnya dan Menurut Kristanto.A. (2009) Menyatakan bahwa
Jamur akan lebih mudah tumbuh jika jagung yang basah disimpan dalam ruang yang
panas dan lembab. Apabila jamur yang tumbuh menghasilkan racun maka racun
tersebut akan berpengasruh buruk pada ternak. Racun tersebut dapat menyebabkan
kanker hati terutama pada ternak itik yang sensitif terhadap racun afaltoksin
dan dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga dapat menurunkan produksi. Hasil
dari pengamatan tiap sampel jagung bebeda arena di pengaruhi oleh Beberapa faktor yaitu Umur panen jagung,
pemanenan jagung yang kadaluarsa (dengan umur ynag terlalu tua) dapat
menimbulkan kerusakan karena pengaruh kelembaban dan terlalu kering (panas)
yand terjadi dilapangan, pengkelasan mutu yang merupakan suatu usaha
mengklaifikasikan komoditas jagung berdasarkan standar mutu yang berlaku.
4.4. Tes Sekam
Dalam pengertian sekam, Soekardi (2008) berpendapat bahwa sekam
merupakan hasil ikutan penumbukan padi, penggunaan dalam ransum sebaiknya tidak
boleh berlebihan karena sekam mempunyai
daya cerna yang sangat rendah. Dedak yang digunakan untuk
pangan harus sesuai dengan kebutuhan ternak oleh karena itu sangat diperlukan dedak yang berkualitas
Menurut Adi, N. (2005) menyatakan bahwa dedak dengan kualitas yang baik
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut, berwarna coklat merah dan tidak
mengumpal. Pengumpalan ini terjadi biasanya disebabakan oleh kadar air yang
tinggi, tidak ada bau “tengik” (rancid), bau tengik dapat disebabkan oleh
proses oksidasi (karena dedak banyak mengandung asam lemak tak jenuh) serta
tempat, cara dan lama penyimpanan dedak yang kurang memenuhi syarat. Pengamatan test sekam dilakukan
terhadap dedak yang dilakukan diberikan
larutan pholoroglucinol 1%. Dari hasil
pengamatan diperoleh hasil sebaai berikut:
Tabel 4. Hasil pengamatan tet sekam
Kelompok
|
Hasil tes sekam (%)
|
1
2
3
4
5
6
|
10
10
10
15
10
10
|
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa hasil tes sekam tiap kelompok cukup redah. Perbedaan hasil
test ini salah satunya dipengaruhi oleh jumlah sampel. Hal ini sesuai dengan
pendapat Menurut Nahm (2007) bahwa
jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat repsentatif
sampel, jumlah sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan
jumlah bahan yang diambil sampelnya sehingga setiap sampel akan berbeda. Dedak padi terdiri dari kulit
ari, menir dan sekam. Jumlah sekam dalam dedak sangat mempengaruhi kualitas
dedak. Jika kualitas dari
bahan pakan rendah maka akan berdampak buruk bagi ternak yang diberikan pakan
tersebut. Agar ternak memperoleh produksi yang baik maka ternak tersebut harus
memperoleh nutrisi atau gizi yang baik pula
4.5. Tes terhadap Bahan
An Organik
4.5.1. Tes Sulfat
Pada pengujian sulfat digunakan barium klorida dan asam
hidroksida dan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 5. Hasil pengamatan
sulfat
Kelompok
|
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Bungkil kedelai
Tepung jagung
Tepung ikan
Dedak
Bungkil kelapa
Sekam
|
Tidak ada endapan putih
Ada endapan putih
Ada endapan putih
Tidak ada endapan putih
Tidak ada endapan putih
Tidak ada endapan putih
|
Tidak mengandung
sulfat
Mengandung sulfat
Mengandung sulfat
Tidak mengandung sulfat
Tidak mengandung sulfat
Tidak mengandung sulfat
|
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tepung
jagung dan tepung ikan mengandung sulfat ditandai dengan adanya endapan putih.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai (2005) yang menyatakan bahwa Barium klorida 5% dan asam
hidroklorida umumnya digunakan untuk menguji adanya sulfur pada bahan baku
pakan dan pakan jadi hal ini menunjukkan adanya endapan berwarana putih.
4.5.1. Tes klorida
Pada pengujian klorida digunakan larutan perak nitrat,
asam nitrat dan larutan ammonium hidroksida dan diperoleh hasil sebaai berikut
Tabel 6. Hasil
pengamatan klorida
Kelompok
|
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Bungkil kedelai
Tepung jagung
Tepung ikan
Dedak
Bungkil kelapa
Sekam
|
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
Tidak mengandung klorida
Tidak mengandung klorida
Tidak mengandung klorida
Tidak mengandung klorida
Tidak mengandung klorida
Tidak mengandung klorida
|
Dari tabel dapat
diketahui bahwa dari setiap sampel yang diuji tidak ditemukan endapan putih
yang menandaan tidak adanya kandungan klorida dalam bahan pakan tersebut hal
ini sesuai dengan pendapat Bambang
(2006) yang menyatkan bahan yang
mengandung klorida akan tampak endapan yang larut dan endapan putih akan hilang
setelah diberi larutan amonium hidroksida
4.5.3. Tes Karbonat
Pada pengujian karbonat
digunakan asam hidroksida dan aquades dan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 7. Hasil pengamatan karbonat
Kelompok
|
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Bungkil kedelai
Tepung jagung
Tepung ikan
Dedak
Bungkil kelapa
Sekam
|
Tidak ada buih
Tidak ada buih
Ada buih
Tidak ada buih
Tidak ada buih
Tidak ada buih
|
Tidak mengandung karbonat
Tidak mengandung karbonat
Mengandung karbonat
Tidak mengandung karbonat
Tidak mengandung karbonat
Tidak mengandung karbonat
|
Berdasarkan tabel
diatas dapat diketahui bahwa hanya tepung ikan yang pada hasil pengujian
terdapat buih. Hal tersebut menandakan bahwa tepung ikan mengandung karbonat
Hal ini sesuai denan pendapat Anggorodi
(2007) menyatakan bahwa tepung tulang merupakan sumber kalsium dan fosfor yang
baik akan tetapi protein dalam tepung yang diukur mutunya sangat rendah karena
kandungan gelatinnya tinggi, dan tepung tulang ini juga mengandung karbonat.
Dan sesuai dengan pendapat Zulpan (2006) Apabila
bahan yang mengandung karbonat apabila ditambahkan dengan asam hidroklorida dan
aquades akan terbentuk buih-buih putih namun bila bahan tersebut tidak terdapat
karbonat tidak akan terbentuk buih-buih putih
4.5.4. Test Garam
Pada pengujian garam
digunakan larutan perak nitrat, asam nitrat, dan larutan sodium nitrat standar
sebagai pembanding, dan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 8. Hasil pengamatan garam
Kelompok
|
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Bungkil kedelai
Tepung jagung
Tepung ikan
Dedak
Bungkil kelapa
Sekam
|
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
|
Tidak mengandung garam
Tidak mengandung garam
Tidak mengandung garam
Tidak mengandung garam
Tidak mengandung garam
Tidak mengandung garam
|
Dari tabel dapat
diketahui bahwa pada penujian garam warna yang didapat adalah jernih, hal ini
menunjukan bahwa sampel yang diuji tidak mengandung garam karena warna yang
diperoleh apabila sampel mengandung garam adalah larutan akan terlihat keruh.
Hal ini sesuai dengan pendapat esuai
dengan pendapat Murtidjo (2005) bahwa Dedak padi, tepung ikan dan bungkil
kelapa tidak mengandung garam
4.6. Test Adanya Urea
Pada praktikum test adanya urease digunakan cara 1 yaitu
menggunakan kertas lamus. Pengujian ini bersifat kualitatif sehingga tidak
dapat menentukan jumlah urea yang terdapat dalam bahan pakan. Dari praktikum
diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 9. Hasil tes
adanya urease
Bahan yang diuji
|
Lakmus
|
Hasil
|
Keterangan
|
Bungkil Kedelai
Bungkil Kedelai
|
Netral
biru
|
Tetap netral
Tetap biru
|
Tidak mengandung urea
Tidak mengandung urea
|
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa tidak ada perubahan warna pada kertas lakmus yang digunakan yang
menandakan tidak adanya kandungan urea. Hal tersebut menandakan bahwa sampel
yang diuji tidak dipalsukan.
4.7. Test Aktifitas
Urease
Urease adalah berupa enzim yang bekerja terhadap urea yang menghasilkan
karbondioksida dan ammonia. Test aktivitas
urease dapat dilakukan dengan menghitung secara kualitatif melalui konversi
urea menjadi gas ammonia yang terdapat pada phenol red indicator. Pada
pengujian, sampel yang mengandung urea akan berwarna merah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Haris (2008), yang menyatakan bahwa bahan yang
mengandung larutan phenol red berwarna merah. Setelah dilaksanakan praktikum
diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 10. Hasil tes
aktivitas urease
Bahan yang diuji
|
Hasil
|
Keterangan
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai (control)
|
Tidak ada warna merah lembayung
|
Overcooked
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai 1%
|
Sedikit tersebar warna merah lembayung
|
Slighly active
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai 3%
|
Sedikit tersebar warna merah
lembayung
|
Slighly active
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai 5%
|
Warna merah lembayung 50%
|
Active
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai 7%
|
Warna merah lembayung 50%
|
Active
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai 9%
|
Warna merah lembayung 50%
|
Active
|
Tepung kedelai mentah + bungkil
kedelai 11%
|
Warna merah lembayung 75%
|
Very active
|
Dari
tabel tersebut dapat diketahu bahwa sebaran merah yang menandaka kandungan urea
berbeda menurut Rostagno ( 2007
), Aktivitas urease sangat dipengaruhi oleh PH larutan, suhu, kadar
substrat dan jenis substrat. Faktor itu mempunyai dua pengaruh pada enzim yaitu
mengenal struktur dan mekanisme katalis yang serupa. Urea mengandung protein
yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan palsuan pakan. adalah kadar tepung kacang kedelai pada
sampel bungkil kedelai mempengaruhi aktifitas urease didalam sampel bungkil
kedelai yang ditandai dengan semakin banyaknya sebaran warna merah lembayung
pada sampel. Hal tersebut dapat merugikan bagi peternak karena apabila
mutu pakan yang diberikan rendah akan berdampak pada pertumbuhan ternak
4.8. Fraksinansi Bahan
Makanan Ternak
Fraksinasi bahan makanan ternak merupakan salah satu
contoh pengujian mutu terhadap bahan pakan. Pengujian mutu suatu produk
didefinisikan sebagai gabungan sifat-sifat yang khas yang terdapat dalam suatu
produk serta berpengaruh secara nyata terhadap penentuan derajat peneriamaan
produk kekonsumen (Adriyanti, 2005 ). Menurut pengertian harfiahnya,
pengujian ini bertujuan untuk menguraikan suatu kesatuan bahan menjadi
unsur-unsurnya atau untuk menentukan komposisi kesatuan tersebut
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan
yan dapat diambil dari praktikum industri makanan ternak adalah bahan makan
yang terdapat diwilayah kota jambi kulitasnya masih kurang baik, sebagian besar
bahan yang diuji masih dipalsukan dengan bahan lain , hasil bulk density tidak
sesuai standar, masih terdapat bahan pakan yang mengandung aflatoksin yang
tidak dapat ditoleransi, masih terdapat
sampel yang mengandung sulfat yang menandakan kualitas pakan rendah, pada metode penyaringan sampel yang digunakan
tergolong bagus karena hasil screen test dibawah batas maksimal, bahan yang diuji tidak mengandung. Oleh karena itu peredaran bahan pakan
di kota Jambi harus ada pengawasan yang baik, agar kecurangan dapat
diminimalisir sehingga tidak menimbulkan kerugian baik bagi peternak maupun
ternak yang mengkonsumsinya
5.2. Saran
Adapun saran penulis untuk praktikum selanjutnya
adalaha diharapkan praktikan lebih tepat waktu sehinnga praktikum cepat
dilaksanakan dan praktikum dapat berjalan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Adi, N .2005. mutu dan Kualitas Pakan.UI Press.Jakarta.
Allen.2001. Feed and Food Product. Feed Management.
Vol 2 (1)
Anggorodi. 2007. Sampling Bahan Pakan dan Control Kualitas. Ayam dan Telur,
Aryanda
s.2006.Kriteria Pakan Berkualitas.UI Press.Jakarta. Yogyakarta.
Bambang A, .2006. Sampling Bahan
Pakan dan Control Kualitas. Ayam dan Telur
Charly.2006. Moisture
in Feed and Food Product : It Is Not Just Water. Feed Management.
September 1964. Vol 54 (7)
Darmawanto.2007.Teknik
Laboratorium .UGM Press.Yogyakarta
Davis.2005. mutu dan Kualitas Pakan.UI Press.Jakarta.
Desrosier. 2007. Manual of Feed Microscopy and Quality Control.
American
Fairfield D.C. 2003. Purchasing
and receiving operation step 1 in feed quality and
Feed Microscopy and Quality Control. American Soybean Association.
Haris.2006.Penolahan
Pakan Ternak.UGM Press.Yogyakarta.
Haris.2008.Penolahan
Pakan Ternak.UGM Press.Yogyakarta.
Khajerern. J,. D. Sinchermsiri. A. Hanbunchong. And U. Kanto. 2007.
Kristanto. 2002. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Kuncoro. 2008. Ilmu Makanan
Ternak Umum. Gadjah Mada University
Magang. Jurusan ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Murtidjo. 2005. Kriteria Pakan Berkualitas. Universitas
Indonesiaa Press. Jakarta.
Nahm. 2000. The Effect of Diet Particle Size on Feed Animal Performance.
National Renderer Association US Feed Grains Council. Bangkok
Parning M. 2000. The Effect of Diet Particle Size on Feed Animal
Performance.
Press.Jogjakarta.PT. Charoen Pokphan Indonesia. Balaraja Feed Mill Co.
Restagnoi.2007.Pengenalan
Pakan Ternak.UI Press.Jakarta.
Richardson.
2006. Pemberian Ransum Unggul. Gramedia. Jakarta.
Rivai .2005. Pakan Ternak. Gajah
Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Roehani .2003. Ilmu Makanan
Ternak. Gajah
Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Santoso.
2007. Microscopy : Fast QA to Characteristics Raw Marerials. Feed MF2050. Kansas state University Reseach and
Extension. Manhattan mill profits.
Sarwono. 2007. Teknik Pengendalian KEAMANAN Bahan Baku dan Pakan
Siregar. S. 2006. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Soekardi. 2001. Bahan
Makanan Ternak. Universitas Brawijaya. Malang
Soybean Association. National Renderer Association US Feed Grains
Standford. 2006. The Effect of Diet Particle Size on Feed Animal Performance.
Sukardi.2005. Supplement dan Makanan Ternak. UI Press.
Jakarta.
Sunarjdoe. 2005. Teknik Pengendalian KEAMANAN Bahan Baku dan Pakan di
Supriyadi.2006.Pengenalan
Pakan Ternak.UI Press.Jakarta.
Suyitno. S. 2005. Ilmu Makanan
Ternak Umum. Gadjah Mada University
Telur
Zulpan.2006.Ilmu Nutrisi
Ternak. Gajah
Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar