BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ayam
ras petelur adalah ayam yang dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa
genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang ada sebelumnya. Salah satu
keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih
tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain. Pakan
sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan produksi ternak. Pengelolaan
ayam petelur yang baik sangat penting untuk mempeoleh tingkat produksi telur
yang tinggi
Dalam usaha
peternakan, pakan merupakan komponen utama dan menyumbang sekitar 60 – 70% dari
total biaya produksi.Oleh karena itu perlu
diterapkan teknologi pengolahan pakan yang efisien untuk meningkatkan nilai
nutrisi bahan pakan sehingga pemanfaatannya pada ternak menjadi optimal. Salah
satunya adalah dengan memanfaatkan enzim sebagai feed suplemen yang berfungsi
untuk memecah komponen serat kasar menjadi produk yang lebih sederhana, yang
dapat diserap langsung oleh ternak
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dilaksanakanya praktikum ini adalah untuk menambah pemahaman praktikan
mengenai pemeliharaan ayam petelur, menyusun ransum, pemanfaatan enzim cairan
rumen dan mengamati konsumsi ransum danjumlah produksi telur ayam petelur yang
diberi ransum dengan penambahan enzim cairan rumen
1.3. Manfaat
Adapun
manfaat praktikum ini adalah praktikan mampu menyusun ransum, memanfatankan
enzim cairan rumen dan mengetahui pengaruh pemberian ransum dengan penambahan
cairan rumen terhadap konsumsi dan produksi ayam petelur
BAB II
MATERI DAN METODA
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi ternak unggas dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22
Oktober 2015 di laboratorium Fakultas Peternakan universitas Jambi kemudin
dilanjutkan setiap hari dari hari Jumat tanggal 23 Oktober sampai 29 Oktober
2015 di Kandang ayam petelur Fakultas Peternakan Universitas Jambi
2.2. Materi
Adapun alat yang digunakan adalah botol, mesin cuci, sentrifugasi,
tabung sentifus, rak tabung sentrifus, plastik, terpal, dan timbangan.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah cairan rumen sapi dari rumah potong hewan
sebanyak 1 liter, amonium sulfat sebanyak 380 kg/litr, aquades 100 ml, jagung
halus, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, bungkil inti sawit, poles,
minyak sayur, dan top mix
2.3. Metoda
Enzim cairan Rumen
Cairan
rumen sapi diambil dari rumah potong hewan sebanyak 20 liter, kemudian cairan
rumen disaring menggunakan mesin cuci, kemudian endapan yang diperoleh
ditambahkan dengan amonium sulfat seabnyak 380 kg/liter kemudian cairan rumen
yang telah tercampur didiamkan selama 24 jam, sehingga diperoleh endpan dan
supernatan, kemudian supernatan dibuang, kemudian endapan diambil dan
disentrifus sehingga akan diperoleh enzim, kemudian ditambah aquades 100 ml/1
liter cairan rumen
Menyusun
Ransum
Bahan berupa jagung halus, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak
halus, bungkil inti sawit, poles, minyak sayur, dan top mix di timbang sesuai
denagan formulasi sehingga mencapai 3500 gram, kemudian bahan yang telah
ditimbang dicampur sampai homogen,setelah itu enzim cairan rumen ditambahkan
kedalam ransum sebanyak 0%,0,5%,1%,1,5%, dan 2% kemudian dimasukan kedalam
plastik untuk kemudian diberikan kepada
ayam petelur
Pemeliharaan Ayam Petelur
Pemeliharaan ayam petelur dilaksanakan selama satu minggu , ayam
yang dipelihara sebanyak 5 ekor perkelompok. Dalam pemeliharaan ayam diberikan
makan pada pagi sekita pukul 07.00 sampai 08.00 dan pada sore hari pukul 16.00
sampai pukul 15.00, Kemudian setiap produksi telur ditimbang dan dicatat setiap
hari, Sedangkan untuk pakan diberikan
sebanyak 500 gram perhari dengan 250 gra pagi hari dan 250 gram pada sore
hari, sedangkan air minum diberikad secara ad libitum
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1. Enzim Cairan Rumen
Enzim adalah golongan protein yang paling
banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai
katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk
metabolisme-perantara dari sel (Wirahadikusumah, 2001). Pada praktikum ini
menggunakan enzim cairan rumen. Cairan rumen diambil dari rumah potong hewan.
Kemudian enzim diperoleh melaui sentrifugasi cairan rumen dengan beberapa tahap
yang akhirnya diperoleh enzim. Cairan rumen sapi, selain mengandung mikroba
rumen dan enzim-enzim yang disekresikan oleh mikroba rumen, juga mengandung
zat-zat makanan hasil perombakan mikroba rumen dan enzim, serta vitamin-vitamin
dan mineral-mineral yang larut dalam cairan rumen. Pemisahan cairan rumen
dengan sentrifugasi akan menghasilkan bahan padatan yang berasal dari selsel
mikroba dan nutrien yang larut di dalam cairan rumen. Bahan tersebut kaya akan
protein, asam amino, vitamin dan mineral. Komposisi asam amino, mineral dan
vitamin dalam endapan cairan rumen seperti halnya enzim-enzim, juga tergantung
dari
perlakuan
pakan yang diberikan. Dalam cairan rumen tersebut terdapat enzim selulase,
xilanase, amilase, mannase, da pitase. Hal ini sesuai dengan pendapat Cairan rumen yang diperoleh dari rumah
potong hewan kaya akan kandungan enzim pendegradasi serat dan vitamin. Cairan
rumen mengandung enzim α-amilase, galaktosidase, hemiselulase, selulase, dan
xilanase (Williams dan Withers, 1992). Rumen diakui sebagai sumber enzim
pendegradasi polisakarida. Polisakarida dihidrolisis dalam rumen disebabkan
karena pengaruh sinergis dan interaksi dari komplek mikroorganisme, terutama
selulase dan xilanase ( Trinci et al., 1994).
3.2. Menyusun Ransum
Pakan sangat dibutuhkan untuk produktivitas ayam petelur. Pada praktikum
ini pakan disusun dengan penambahan enzim cairan rumen sesuai denagan
perlakuan. Bahan pakan disusun dengan beberapa bahan yaitu jagung halus, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, bungkil
inti sawit, poles, minyak sayur, dan top mix. Berikut persentase jumlah bahan
pakan yang digunakan
Tabel 1. Persentase Bahan Penyusun ransum
Bahan
|
Persentase
|
Jumlah (
gr)
|
|
jgung
halus
|
40%
|
1400
|
|
b.kedelai
|
15%
|
525
|
|
tepung
ikan
|
10%
|
350
|
|
dedak
halus
|
11%
|
385
|
|
b.inti
sawit
|
10%
|
350
|
|
poles
|
8%
|
280
|
|
minyak
sayur
|
5%
|
175
|
|
top mix
|
1%
|
35
|
|
jumlah
|
100%
|
3500
|
|
Pakan
sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan produksi ternak. Pakan yang
baik dan sesuai kebutuhan akan berpengaruh baik terhadap produksi ternak.
Sehingga bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti peptisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Sesuai dengan pemdapat
Bahri et,al., (2006) yang menyatakan campuran ransum pada ternak tidak boleh
diimbuhi dengan antibotik, pestisida, mikotosin dan hormon yang berpotensi
mampu beresidu ke manusia yang akan menimbulakan dampak negarif kepada manusia
yang mengkonsumsinya
Selain bahan
penyusun ransum diatas, ransum yang telah disusun kemudian ditambahkan dengan
enzim cairan rumen yang telah dibuat sesuai dengan perlakuan
Tabel 2. Penambahan Enzim Cairan Rumen dalam Ransum
Ransum
Perlakuan
|
Persentase (%)
|
Jumlah (ml)
|
R0
|
0
|
0
|
R1
|
0,5
|
1,75
|
R2
|
1
|
3,50
|
R3
|
1,5
|
5,25
|
R4
|
2
|
7
|
Penambahan
enzim cairan rumen pada bahan pakan atau ransum unggas diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
Sumber enzim yang murah dan dapat dimanfaatkan dengan mudah melalui
enzim dari cairan rumen sapi asal rumah potong hewan (RPH). Berdasarkan laporan
Lee et al. (2002) diketahui bahwa cairan rumen mengandung enzim selulase,
amilase, protease, xilanase, mannanase, dan fitase. Enzim-enzim ini dalam rumen
menyebabkan efektivitas pencernaan dan
efisiensi penggunaan pakan pada ternak ruminansia lebih tinggi dibanding
ternak unggas, terutama penggunaan bahan pakan berserat kasar tinggi
3.3. pemeliharaan Ayam Petelur
Ransum yang telah
disusun dan ditambahkan enzim cairan rumen yang diberikan sesuai perlakuan
diberikan kepada ayam petelur. Ransum dberikan 3500 gram perkelompok. Ayam
petelur yang dipelihara sebanyak 5 ekor perkelompok. Pakan diberikan setiap
pagi pada pukulu 07.00 sampai 08.00 WIB dan pada sore hari pada pukul 16.00
sampai 17.00 WIB. Setiap pemberian pakan diberikan 250 gram dengan
masing-masing 50 gram per ekor ayam. Dalam sehari masing-masing ayam diberi 100
gram per ekor per hari. Selain pemberian pakan, produksi telur yang dihasilkan
setiap hari di timbang dan dicatat sehingga diperoleh data perkelompok seperti
berikut
Tabel 3. Produksi Telur
dengan perlakuan R0 (0 ml enzim)
Hari/
tanggal
|
Berat
Telur
|
|||
T01
|
T02
|
T03
|
T04
|
|
Jumat
(23/10/2015)
|
180
|
165
|
110
|
55
|
jumlah
telur
|
3
|
3
|
2
|
1
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
60
|
55
|
55
|
5
|
Sabtu
(24/10/2015)
|
175
|
130
|
112
|
175
|
jumlah
telur
|
3
|
3
|
2
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
58,3
|
43,3
|
56,0
|
58,3
|
Minggu
(25/10/2015)
|
120
|
230
|
225
|
110
|
jumlah
telur
|
2
|
4
|
5
|
2
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
60
|
57,5
|
45
|
55
|
Senin
(26/10/2015)
|
115
|
220
|
155
|
110
|
jumlah
telur
|
2
|
4
|
3
|
2
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
57,5
|
55
|
51,7
|
55
|
Selasa
(27/10/2015)
|
110
|
210
|
239
|
195
|
jumlah
telur
|
2
|
4
|
4
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
55,0
|
52,5
|
59,8
|
65
|
Rabu
(28/10/2015)
|
175
|
185
|
229
|
180
|
jumlah
telur
|
3
|
3
|
4
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
58,3
|
61,7
|
57,3
|
60
|
Kamis
(29/10/2015)
|
225
|
295
|
280
|
190
|
jumlah
telur
|
4
|
5
|
5
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
56,3
|
59
|
56
|
63,3
|
Total
Telur
|
19
|
26
|
25
|
17
|
Total
berat rata-rata telur
|
57,9
|
55,2
|
54,0
|
59,7
|
Tabel 4. Produksi Telur
dengan perlakuan R1 (1,75 ml enzim)
Hari/
tanggal
|
Berat Telur
|
|||
T11
|
T12
|
T13
|
T14
|
|
Jumat
(23/10/2015)
|
190
|
290
|
55
|
180
|
jumlah
telur
|
3
|
5
|
1
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
63,3
|
58
|
55
|
60
|
Sabtu
(24/10/2015)
|
235
|
175
|
175
|
175
|
jumlah
telur
|
4
|
3
|
3
|
2
|
jumlah ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
58,8
|
58,3
|
58,3
|
87,5
|
Minggu
(25/10/2015)
|
215
|
250
|
55
|
190
|
jumlah
telur
|
4
|
4
|
1
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
53,8
|
62,5
|
55
|
63,3
|
Senin
(26/10/2015)
|
305
|
250
|
0
|
255
|
jumlah
telur
|
5
|
4
|
0
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat rata-rata
|
61
|
62,5
|
0
|
63,8
|
Selasa
(27/10/2015)
|
295
|
175
|
60
|
250
|
jumlah
telur
|
5
|
3
|
1
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
59
|
58,3
|
60
|
62,5
|
Rabu
(28/10/2015)
|
115
|
185
|
60
|
255
|
jumlah
telur
|
2
|
3
|
1
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
57,5
|
61,7
|
60
|
63,8
|
Kamis
(29/10/2015)
|
305
|
295
|
160
|
245
|
jumlah
telur
|
5
|
5
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
61
|
59
|
53,3
|
61,3
|
Total
Telur
|
28
|
27
|
10
|
24
|
Total
berat rata-rata telur
|
59,3
|
60,0
|
56,5
|
64,6
|
Tabel 5. Produksi Telur
dengan perlakuan R2 (3,5 ml enzim)
Hari/ tanggal
|
Berat
Telur
|
|||
T21
|
T22
|
T23
|
T24
|
|
Jumat
(23/10/2015)
|
170
|
230
|
210
|
225
|
jumlah
telur
|
3
|
4
|
4
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
56,7
|
57,5
|
52,5
|
56,3
|
Sabtu
(24/10/2015)
|
105
|
220
|
195
|
235
|
jumlah
telur
|
2
|
4
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat rata-rata
|
52,5
|
55
|
65
|
58,8
|
Minggu
(25/10/2015)
|
115
|
220
|
235
|
120
|
jumlah
telur
|
2
|
4
|
4
|
2
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
57,5
|
55
|
58,8
|
60
|
Senin
(26/10/2015)
|
165
|
225
|
175
|
230
|
jumlah
telur
|
3
|
4
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
55
|
56,3
|
58,3
|
57,5
|
Selasa
(27/10/2015)
|
225
|
235
|
255
|
305
|
jumlah
telur
|
4
|
4
|
4
|
5
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
56,3
|
58,75
|
63,8
|
61
|
Rabu
(28/10/2015)
|
165
|
125
|
310
|
235
|
jumlah
telur
|
3
|
2
|
5
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
55
|
62,5
|
62
|
58,8
|
Kamis
(29/10/2015)
|
175
|
180
|
215
|
240
|
jumlah
telur
|
3
|
3
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
58,3
|
60
|
71,7
|
60
|
Total
Telur
|
20
|
25
|
26
|
27
|
Total
berat rata-rata telur
|
56
|
57,4
|
61,3
|
58,9
|
Tabel 6. Produksi Telur
dengan perlakuan R3 (5,25 ml enzim)
Hari/
tanggal
|
Berat
Telur
|
|||
T31
|
T32
|
T33
|
T34
|
|
Jumat
(23/10/2015)
|
240
|
125
|
235
|
155
|
jumlah
telur
|
4
|
2
|
4
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
60
|
62,5
|
58,75
|
51,7
|
Sabtu
(24/10/2015)
|
240
|
175
|
115
|
160
|
jumlah
telur
|
4
|
3
|
2
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
60,0
|
58,3
|
57,5
|
53,3
|
Minggu
(25/10/2015)
|
200
|
240
|
170
|
105
|
jumlah
telur
|
3
|
4
|
3
|
2
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
66,7
|
60
|
56,7
|
52,5
|
Senin
(26/10/2015)
|
255
|
240
|
240
|
170
|
jumlah
telur
|
4
|
4
|
4
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
63,8
|
60
|
60
|
56,7
|
Selasa
(27/10/2015)
|
195
|
250
|
180
|
190
|
jumlah
telur
|
3
|
4
|
3
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
65
|
62,5
|
60
|
63,3
|
Rabu
(28/10/2015)
|
265
|
190
|
220
|
255
|
jumlah
telur
|
4
|
3
|
4
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
66,3
|
63,3
|
55,0
|
63,8
|
Kamis
(29/10/2015)
|
200
|
310
|
180
|
250
|
jumlah
telur
|
3
|
5
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
66,7
|
62
|
60
|
62,5
|
Total
Telur
|
25
|
25
|
23
|
22
|
Total
berat rata-rata telur
|
63,8
|
61,2
|
58,3
|
58,4
|
Tabel 7. Produksi Telur
dengan perlakuan R4 (7 ml enzim)
Hari/
tanggal
|
Berat
Total
|
|||
T41
|
T42
|
T43
|
T44
|
|
Jumat (23/10/2015)
|
210
|
185
|
225
|
180
|
jumlah
telur
|
4
|
3
|
4
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
56,3
|
60
|
||
Sabtu
(24/10/2015)
|
215
|
255
|
240
|
175
|
jumlah
telur
|
3
|
4
|
4
|
2
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
71,7
|
63,8
|
60,0
|
87,5
|
Minggu
(25/10/2015)
|
265
|
240
|
300
|
190
|
jumlah
telur
|
4
|
4
|
5
|
3
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
66,3
|
60,0
|
60,0
|
63,3
|
Senin
(26/10/2015)
|
225
|
135
|
165
|
255
|
jumlah
telur
|
3
|
2
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
75,0
|
67,5
|
55,0
|
63,8
|
Selasa
(27/10/2015)
|
160
|
225
|
245
|
250
|
jumlah
telur
|
4
|
4
|
4
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
32
|
45
|
49
|
50
|
Rabu
(28/10/2015)
|
300
|
175
|
245
|
255
|
jumlah
telur
|
5
|
3
|
4
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
60,0
|
58,3
|
61,3
|
63,8
|
Kamis
(29/10/2015)
|
245
|
125
|
180
|
245
|
jumlah
telur
|
3
|
2
|
3
|
4
|
jumlah
ternak
|
5
|
5
|
5
|
5
|
berat
rata-rata
|
81,7
|
62,5
|
60,0
|
61,3
|
Total
Telur
|
26
|
22
|
27
|
24
|
Total
berat rata-rata telur
|
62,3
|
60,9
|
59,3
|
64,6
|
Dari tabel diatas dapat
dilihat pada perlakuan R0,R1,R2,R3, dan R4 hasil berat telur tidak berbeda
nyata. Berat telur dan ukuran telur berbeda-beda, akan tetapi antara berat
dan ukuran telur saling berhubungan. Berdasarkan beratnya, telur ayam ras dapat
digolongkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 1). Jumbo, dengan berat
65g per butir, 2). Ekstra besar, dengan berat 60-65g per butir, 3). Besar,
dengan berat 55-60g per butir, 4). Sedang, dengan berat 50-55g per butir, 5).
Kecil, dengan berat 45-50g per butir, dan kecil sekali, dengan berat di bawah
45g per butir (Sarwono, 1994)
Panambahan enzim cairan rumen
kedalam pakan ayam petelur dapat menmbah enzim yang dapat bertindak sebagai
biokatalisator, pada praktikum ini penambahan enzim dengan berbdeda pelakuan
yaitu 0, 1,5,3,5,5,25,dan 7 ml hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dalam
produksi jumlah telur dan berat telur. Pada jumlah telur yang dihasilkan pada
tiap perlakuan juga tidak berbeda nyata dengan ulangan lain kecuali pada
perlakuan R1 ulangan T13 dimana telur yang dihasilkan hanya 10 telur yang
menandakan bahwa produksinya paling sedikit. Hal ini didugak arena banyak faktor
yang mempengaruhi produksinya rendah seperti pakan, stress, lingkungan,
penyakit, kondisi kandang. Hal ini didukung dengan pendapat Anggorodi (1994)
mengemukakan bahwa besarnya telur di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk
sifat genetic, tingkat dewasa kelamin, umur, obat-obatan,dan makanan
sehari-hari. Faktor makanan terpenting yang diketahui mempengaruhi besar telur
adalah protein dan asam amino yang cukup dalam pakan. Selanjutnya di jelaskan,
bahwa di samping ransum yang berkualitas baik juga air minum turut berpengaruh
terhadap ukuran besar telur, dimana pada ayam kekurangan air minum akan
mempengaruhi organ reproduksinya.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum nutrisi
ternak unggas adalaha penambahan enzim cairan rumen dalam pakan yang disusun
sesuai kebutuhan untuk ayam petelur dengan perlakua R0,R1,R2,R3, dan R4 diperoleh
hasil jumlah telur dan rata-rata bobot telur tidak berbeda nyata antar
perlakuan. Jumlah produksi telur tiap kelompok berbeda dapat dipengaruhi oleh
faktor lain terutama pakan, lingkungan,kandang,umur, dan penyakit
5.2. Saran
Adapun saran penulis adalah praktikum sebaiknya
lebih terarah kemudian praktikan didampingi dan semua anggota kelompok saling
bekerjasama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar