Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Semester Paraktikum Teknologi Hasil Ternak (THT) fakultas Peternakan Universitas Jambi



BAB I
PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang

Pengawetan adalah cara yang digunakan untuk  membuat makanan memiliki  daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat sifat fisik dan kimia makanan. Bahan pengawet adalah bahan kimia yang berfungsi dapat membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk, baik bakteri, kapang maupun khamir dengan cara menghambat, mencegah, memberhentikan proses pembusukan atau kerusakan komponen lain dari bahan pangan

Pengawetan Alami Pada Telur

Telur merupakan salah satu hasil ternak yang dihasilkan dari unggas. Telur mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur mempunyai struktur fisik yang dimulai dari kerabang telur yang berperan untuk melindungi telur dari tekanan fisik dari luar, selaput telur, putih telur kental, putih telur cair dan chalaza.  Telur mempunyai pengawet alami yang disebut dengan putih telur ( albumen ) yang mempunyai kemampuan sebagai inhibitor ( penghambat ) bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga telur tidak cepat mengalami kerusakan atau penurunan kualitas

Pengawetan dengan Penggaraman

Pengawetan dengan penggaraman terdiri dari penggaraman kering dan penggaraman basah. Pengawetan dengan penggaraman kering yaitu cara mengawetkan telur untuk diasinkan dengan melakukan pembalutan pada telur tersebut. Telur dibalut dengan serbuk batu bata, abu gosok dan garam halus yang dicampur sedangkan pengawetan dengan penggaraman basah yaitu mengasinkan telur dengan cara merendam telur dalam larutan garam yang ditambah air kapur,  Kedua cara penggaraman ini jelas berbeda kualitasnya


Pengawetan dengan Pengemasan

Pengemasan bahan atau produk panagan merupakan salah satu kegiatan pengawetan yang sudah cukup lama diaplikasikan dan dilakukan oleh kalangan industri maupun lingkungan rumah tangga. Pengemasan yang dilakukan pada bahan atau produk telah diakui dapat memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas bahan atau pangan tersebut dalam jangka waktu tertantu. Pengemasan membuat kemungkinan kontaminasi udara, dehidrasi produkg,kontak dengan oksigen menjadi terbatas sehingga produk menjadi lebih tahan lama

Curing (Pengawetan dengan Bahan Kimia)

Curing merupakan suatu sistem pengawetan terpadu yang mengandalkan kekuatan garam sebagai pengawet dengan bantuan kontrol mikroba secara selektif. Istilah curing digunakan jika sistem tersebut diterapkan terhadap daging dan sejenisnya. Daging merupakan produk yang high perishable atau produk yang mudah  mengalami kerusakan, sehingga dapat dilakukan pengawetan untuk menghindari kerusakan

Pengawetan dengan Fermentasi

Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol. Mikroorganisme yang terlibat di antaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau kapang, ragi atau yeast. Manfaat utama fermentasi adalah pengubahan karbohidrat menjadi asam organik yang bersifat mengawetkan makanan. Untuk menghasilkan suatu produk fermentasi tertentu, dibutuhkan kondisis fermentasi dan jenis mikroba dengan karakteristik tertentu. Oleh karena itu diperlukan keadaan lingkungan, substrat, serta perlakuan yang sesuai sehingga produk yang dihasilkan menjadi optima

Pengawetan dengan Pembekuan

Pembekuan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang masa simpan dan memepertahankan kualitas bahan pangan. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara pengawetan dan penyimpanan yang paling aman dilihat dari stabilitas nilai gizi, tetapi apabila semakin rendah suhu (pembekuan) dan lama penyimpanan, maka kerusakan dan perubahan tidak bisa dihindari. Pembekuan akan menghasilkan dripp atau air yang keluar dari bahan pangan yang tidak terikat oleh sel-selnya. Semakin besar dan kasar kristal es yang terbentuk selama pembekuan akan berakibat semakin banyak air yang tidak ammpu diikat kembali sel sel jaringan, sehingga jumlah dripp semakin banyak

Pengawetan dengan Pengeringan

Pengawetan dengan pengeringan adalah salah satu cara pengawetan yang banyak digunakan. Pengawetan dengan pengeringan bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan kadar air dalam bahan pangan sehingga produk akan lebih tahan lama karena keberadaan air dalam bahan pangan ikut menentukan kualitas daya tahan bahan panagan, semakin tinggi kadar aiar maka banhan pangan tersebut relatif tidak tahan lama. Pengurangan kadar air pada bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan sinar matahari ( sun drying ) dan oven atau pengeringan buatan ( artificial drying ). Kecepatan penurunan kadar air bahan pangan tergantung dari kandungan air bahan yang dikeringkan, ketebalan atau luas permukaan bahan pangan, dan temperatur pengeringan


Penentuan Kadar Air dengan Infrared Digital Moisture Balance

Prinsip dari penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance adalah mengukur kadar air dengan mrnguapkan air yang ada dalam bahan pangan dengan pemanasan (lampu infra merah). Kadar air bahan pangan langsung ditunjukan dalam persen pada skala penunjuk air
1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum pengawet alami telur adalah untuk mengetahui kemampuan pengawet alami yang ada pada telur, untuk mengetahui penyebab kerusakan pada telur, dan untuk mengetahui daya simpan telur pada keadaan mentah dan setelah diolah
Adapun tujuan dari praktikum pengawetan dengan penggaraman adalah untuk mengetahui peran garam dalam pengawetan telur, untuk mengetahui cara pengawetan dengan penggaraman basah dan penggaraman kering, untuk mengetahui perbedaan kualitas telur dengan penggaraman basah dan penggaraman kering
Adapun tujuan dari praktikum pengawetan dengan pengemasan adalah untuk mengetahui peran dan fungsi kemasan dalam mempertahankan kualitas bahan pangan, untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada daging ayam yang didinginkan dengan menggunakan kemasan dan tanpa kemasan, dan untuk mengetahui perubahan yang tejadi pada produk yang disimpan dalam kemasan dengan produk tanpa kemasan
Adapun tujuan dari praktikum curing adalah untuk mengetahui daya tahan simpan produk, dan untuk melihat perubahan warna produk
Adapun tujuan dari praktikum pengawetan dengan fermentasi adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada susu yang difermentasi selama 12-14 jam pada suhu kamar
Adapun tujuan dari pratikum pengawetan dengan pembekuan adalah untuk mengetahui dripp daging setelah pembekuan, untuk mengetahui dripp dari berbagai irisan atau bagian karkas ayam,dan untuk mengetahui faktor-fator yang berpengaruh terhadap jumlah dripp yang dikeluarkan dari daging setelah pembekuan
Adapun tujuan dari praktikum pengawetan dengan pengeringan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan proses pengeringan dan untuk mengetahui cara mengukur kadar air pangan atau bahan pangan
Adapun tujuan dari praktikum penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance adalah untuk mengetahui cara menghitun kadar air bahan pangan dengan pemanasan (lampu infra merah)


1.3. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum pengawet alami telur adalah praktikan mengetahui tentang pengawet alami yang ada pada telur, mengetahui penyebab kerusakan pada telur, dan mengetahui daya simpan telur pada keadaan mentah dan setelah diolah
Adapun manfaat dari praktikum pengawetan dengan penggaraman adalah praktikan mengetahui peran garam dalam pengawetan telur, mengetahui cara pengawetan dengan penggaraman basah dan penggaraman kering, dan mengetahui perbedaan kualitas telur dengan penggaraman basah dan penggaraman kering
Adapun manfaat dari praktikum pengawetan dengan pengemasan adalah praktikan mengetahui peran dan fungsi kemasan dalam mempertahankan kualitas bahan pangan,  mengetahui perubahan yang terjadi pada daging ayam yang didinginkan dengan menggunakan kemasan dan tanpa kemasan, dan mengetahui perubahan yang tejadi pada produk yang disimpan dalam kemasan dengan produk tanpa kemasan
Adapun manfaat dari praktikum curing adalah praktikan mengetahui kemampuan daya tahan simpan produk, dan mengetahui perubahan warna produk yang diberi nitrit
Adapun manfaat dari praktikum pengawetan dengan fermentasi adalah praktikan mengetahui perubahan yang terjadi pada susu yang difermentasi selama 12-14 jam pada suhu kamar
Adapun manfaat dari pratikum pengawetan dengan pembekuan adalah praktikan mengetahui jumlah dripp daging setelah pembekuan, mengetahui dripp dari berbagai irisan atau bagian karkas ayam,dan mengetahui faktor-fator yang berpengaruh terhadap jumlah dripp yang dikeluarkan dari daging setelah pembekuan
Adapun manfaat dari praktikum pengawetan dengan pengeringan adalah praktikan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan proses pengeringan dan mengetahui cara mengukur kadar air pangan atau bahan pangan
Adapun manfaat dari praktikum penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance adalah praktikan mampu dan mengetahui cara mehitung kadar air bahan pangan dengan pemanasan (lampu infra merah)



































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Pengawet Alami Pada Telur

Menurut Antonius (2001), telur adalah sumber protein bermutu tinggi, kaya akan vitamin dan mineral, protein telur termasuk sempurna karena menggandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup seimbang
Menurut Idris ,S (2004), telur yang sudah pecah (tidak ada lagi pembungkusnya) dan yang sudah digoreng pada hari ke tiga akan berubah warna, karena pada saat itu jamur yang ada pada telur tersebut sudah tumbuh dan berkembang sehingga dapat merubah warnanya menjadi abu-abu atau keputihan pucat
Menurut Murtidjo, BA (2006), telur yang kulitnya bersih mulus dan kerabangnya coklat menandakan ketebalan kerabang yang merupakan salah satu faktor daya tahan simpan telur
Menurut Rasyaf, M (2007),telur sangat mudah mengalami kerusakan apalagi telur yang sudah tidak mempunyai kerabang sehingga mikroba sangat mudh berkembang dalam telur khususnya pada telur putih


Pengawetan dengan Penggaraman

Menurut Rasyaf Muh (2000), telur asin adalah telur itik yang diolah dalam keadaan utuh, dimana kandungan garam didalam telur dapat menghambat perkembangan organisme dan sekaligus memberikan aroma yang khas, sehingga telur dapat disimpan dalam waktu relative lama
Menurut Soedjai (2005), hasil pengawetan akan terasa berbeda jika bahan dan cara pengolahannya juga berbeda
Menurut Soedjai (2005), pengawetan telur dapat dilakukan dentgan cara melapisi kulit telur dengan pembungkus kering (dry packing), perendaman (immertion in liquid), penutupan kulit dengan bahan pengawet (shell shealing) dan penyimpanan dalam ruangan pendingin (coid store)
Menurut Winarno (2006), cita rasa bahan pangan terdiri dari bau, rasa, dan rangsangan dari mulut, cita rasa telur asin khas dapat disebabkan oleh faktor pemecahan senyawa dalam telur atau fermentasi mikroba
Menurut Wiston (2003), didalam memberikan nilai hedomik untuk pengawetan dengan penggaraman ini bernilai cukup baik apabila nilai hedomiknya mendapatkan nilai suka dan biasa dan tidak ada kata tidak suka


Pengawetan dengan Pengemasan

Menurut Bambang, S (2007), pengawetan atau penyimoanan pada suhu rendah lebih tahan lama dari pada disuhu kamar karena pada suhu rendah pertumbuhan mikroba akan terhambat
Menurut Hari Purnomo dan Adiono (2002), Secara umum tujuan dari pengemasan adalah mempertahankan kualitas : yakni melindungi kontaminasi dari mikroorganisme, kotoran dan serangga, melindungi kandungan air dan lemak, yaitu agar kandungan air bahan pangan tetap konstan, mencegah masuknya bau dan gas sehingga bau/aroma produk dapat dipertahankan, melindungi dari tekanan dan benturan
Menurut Lawrie, AR. (2000), pH akhir yang tinggi mengubah sifat-sifat penyerapan mioglobin, permukaan daging menjadi lebih merah gelap
Menurut Piliang (2005), cara mempertahankan klualitas susu  dari serangan mikroba yaitu dengan cara dipanaskan atau pasteurisasi pada suhu 72 derjat celcius selama 15 detik atau 65 derajat celcius selam 30

Curing (Pengawetan dengan Bahan Kimia)

Menurut Anonymous (2006), tujuan dari curing ini yaitu untuk mempertahankan warna merah daging ataupun ikan, memberi rasa pada daging dan ikan, dan sebagai pengawetan
Menurut Lawrie (2000), fungsi nitrit dalam curing yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Menurut Petrucci (2001),bahan kimia nitrit dan nitrat merupakan bahan kimia yang dapat digunakan dalam pengawetan bahan pangan daging maupun bahan pangan lainnya
Menurut Syarif (2003), pada dasarnya prinsip dari pengawetan bahan pangan dengan bahan kimia yaitu mencegah pertumbuhan mikroba, menghentikan proses-proses pembusukan oleh mikroba pada bahan pangan
Menurut Winarno (2002),  daging yang dicuring dengan penambahan nitrat akan menghasilkan warna merah daging yang lebih bagus dibanding daging yang tidak di beri nitrit


Pengawetan dengan Fermentasi

Menurut Buckle (2003),fermentasi oleh bakteri akan menghasilkan asam
Menurut Robert (2002), susu fermentasi diketahui mengandung bakteri asam laktat yang mampu meningkatkan kerja enzim galaktosidae yang memudahkan pencernaan laktosa dalam usus, meningkatkan kualitas nutrisi, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker dan mengatasi diare
Menurut Yuanta (2001), protein yang sering digunakan dalam fermentasi bahan pangan terutama susu antara lain lactobacillus, yang digunakan dalam pembuatan yakult

Pengawetan dengan Pembekuan

Menurut Anonymous (2000), suatu bahan pangan yang banyak mengandung air yang banyak ataupun sedikit akan mengalami perbedaan berat bahan tersebut
Menurut Lawrie (2001), menyatakan bahwa pada ruangan terbuka bahan akan mengalami perubahan yang berupa adanya penguapan yang dapat menyebabkan kekeringan pada bahan tersebut
Menurut Lawrie, AR. (2001), Eksudasi weep atau dripp akan tergantung pada kuantitas cairan yang dibebaskan dari proses yang ada hubungannya dengan protein-protein urat dagin
Pengawetan dengan Pengeringan


Menurut Buckle (2000), penambahan garam dalam bahan pangan mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan, jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh racun
Menurut Lawrie (2000), proses pengeringan dalam pembuatan dendeng ada dua cara, pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan oven yang dapat dijamin hygienis, mutu, dan kekeringannya
Menurut Lawrie (2001), pengeringan suatu bahan makanan dengan suhu yang tinggi dan waktu pengeringan yang lama dapat menutunkan aktifitas air (AW),
Menurut Purnomo (2003), pengeringan dapat di percepat dengan tempelatur yang tinggi dan memperkecil luas permukaan atau menipiskan bahan yang akan di keringkan
Menurut Rasyaf (2005), pembuatan dendeng ayam merupakan salah satu usaha pengawetan daging. Daging yang dibuat dendeng, bisa diperoleh aroma lain dan dendeng yang baik dapat disimpan sampai 60 hari
Menurut Repandi (2003), bahan makanan yang di keringkan mempunyai daya simpan yang lebih lama, karena air yang di dalam suatu bahan makanan dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan jika kandungan air rendah maka aktifitas Mikroorganisme akan terhambat,  pertumbuhan dan perkembangannya akan terhenti  sehingga Mikroorganisme tersebut tidak dapat merusak bahan makanan yang sudah di keringkan
Menurut Robert (2002), tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampel batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukkan terhambat




Penentuan Kadar Air dengan Infrared Digital Moisture Balance

Menurut Buckle (2002), untuk mempengaruhi tingkat kadar air yang perlu untuk mempunyai rasio permukaan volume yang tinggi dalam daging oleh karena itu digunakan daging yang sudah dipotong-potong halus
Menurut Purnomo (2004),air bebas dengan mudah hilang bila terjadi pengeringan dan penguapan
Menurut Winarno (2003), daging memiliki komposisi yang terdiri dari 75 5 air, 18 % protein, 4 % protein yang dapat larut (termasuk mineral) dan 3 5 lemak
































BAB III
MATERI DAN METODA



3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Hasil Ternak dilaksanakan setiap hari Senin dimulai dari tanggal 6 April sampai 27 April 2015 yang dilaksanakan pada pukul 07.30 sampai dengan selesai digedung C  Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi


3.2. Materi

Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum teknologi hasil ternak adalah 3 butir telur ayam ras, piring, minyak goreng, penggorengan, 6 butir telur itik, garam, kapur sirih, air, amplas, sabut, toples atau ember kecil, serbuk batu bata, abu gosok, daging sapi, plastik poli etilen, pisau, refrigerator, sealer, susu, botol, panci, kompor, gula pasir, sodium nitrat, timbangan, alat pengaduk, freezer, talenan, termometer, food processor, baskom, daun pisang, oven, dan infrared diital moisture balance


3.3. Metoda

Pengawet Alami Pada Telur

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum pengawet alami pada telur adalah siapkan 3 butir telur ayam ras dan bersihan dari kotoran, kemudian masin –masing telur diberi tanda dengan perlakuan, T1 telur dibiarkan dalam keadaan mentah dan utuh, T2 telur dipecahkan dan diletakan kepiring, T3 telur direbus selama 10 menit kemudian kupas dan letakan dipiring, T4 telur digoreng mata sapi dan diletakan dipiring. Letakan semua perlakuan telur didalam ruangan denan kondisi suhu kamar dan kelembapan kamar, amati semua perlakuan tersebut 2 kali selama 5 hari

Pengawetan dengan Penggaraman

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum pengawetan dengan penggaraman adalah semua telur ditimbang berat awalnya dan diukur volumenya.Pembuatan telur dengan media cair (cara basah) yaitu telur dicuci dan dibersihkan kemudian di lap, setelah itu amplas keraban telur agar penetrasi garam lebih mudah dan kemudian dilap, rendam larutan aram denan perbandingan 1 liter air dan 300 gr garam selama 8-10 hari dalam ember, kemudian rebus hingga masak. Pada pembuatan telur asin dengan pembalutan (cara kering) yaitu bersihkan telur, buat campuran garam halus:serbuk batu bata:abu gosok dengan perbandinan 3:2:2, kemudian buat campuran tersebut menjadi adonan pasta denan menambah air, lapisi telur dengan adonan dan simpan selama 7 hari, kemudian rebus telur hingga masak, dan bandingkan hasilnya dengan cara basah dan cara kering. Kemudian dilakukan perhitungan berat jenis dan penyusutan pada telur dengan cara




Pengawetan dengan Pengemasan

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum pengawetan dengan pengemasan adalah pada pengemasan dengan pendinginan adalah siapkan 2 potong daging dengan ukuran 5x7 cm lalu timbang kemudian sumpan daging dalam refrigeratir dengan suhu rendah 1-  C dengen perlakuan pada daging I masukan kedalam plastik poli etilen dan rekatkan, pada  daging II biarkan terbuka dalam refrigerator. Lalu amati selama 5 hati, ke,udian keluarkan daging dan timbang bobot akhir dari masing-masing daging.

 Metoda pada pengemasan produk ternak adalah siapkan susu segar, kemudian pasteurisasi pada suhu  C selama 15 detik. Kemudian masukan susu tersebut kedalam 4 botol sebanayak 125 ml, kemudian 2 botol didimpan pada suhu kamar dan 2 botol disimpan di refrigerator dengan salah satu dari 2 botol tersebut dibiaran terbuka lalu amati perubahan yang terjadi setiap 8 jam selama 2 hari

Curing (Pengawetan dengan Bahan Kimia)

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum curing ( pengawetan dengan bahan kimia) adalah siapkan 2 potong daging dengan ukuran panjang sekitar 5- 7cm dengan tebal 1-2 cm kemudian timbang masing –masing daging tersebut.Kemudian siapkan 2 larutan yang diberi masing- masing Garam 7,3 gr, gula 2,7 gr, air 45 ml, dan pada larutan I diberinatrium nitrit sebanyak 0,23 gr, sedangkanlarutan II tidak diberi natrium nitrit, masukan kedalam botol yang telah diberi label larutan I dan larutan II. Kemudian masukan daging kedalam botol yang sudah ada larutan tersebut, kemudian simpan selama 6 hari di refrigerator, amati setiap harinya. Setelah 6 hari keluarkan daging dan rebus selama 5 menit. Kemudian amati perubahan yang terjadi sebelum dan setelah perebusan

Pengawetan dengan Fermentasi

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum  pengawetan dengan fermentasi adalah siapkan susu segar sebanyak  liter dan kemudian panaskan sampai mendidih. Kemudian tambahkan susu bubuk sebanyak 5% lalu aduk. Kemudian dinginkan sampai suhu  C. Kemudian bagi susu tersebut menjadi tiga bagian dan masukan kedalam botol yang telah diberi label YK1, YK2, dan YK3. Kemudian masukan yakult sebanyak 2 sendok teh pada YK1, 3 sendok teh pada YK2, dan 4 sendok teh pada YK3. Kemudian tutup rapat botol dan simpan susu pada suhu kamar selama 12-14 jam. Kemudian amati perubahan pada organoleptik susu

Pengawetan dengan Pembekuan

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum pengawetan dengan pembekuan adalah siapkan karkas ayam, kemudian bagi 2 karkas kiri dan kanan, lalu pisahkan berdasarkan potongan yaitu punggung, sayap, dada, paha tas dan paha bawah, kemudian timbang masing masing lalu simpan dalam freezer selama 48 jam, catat suhu frezer, kemudian setelah 48 jam cairkan (thawing) kemasan karkas yang beku dengan perlakuan irisan bagian kiri thawing pada suhu kamar dan irisan kanan thawing pada refrigerator selam 24 jam kemudian thawing pada suhu kamar , dan timbang, kemudian keluarkan dan pisahkan daging dari cairan yang keluar kemudian timbang, lalu hitung dripp yang keluar dari irisan karkas
Dengan cara

           
Pengawetan dengan Pengeringan
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum pengawetan dengan pengeringan adalah pisahkan ayam dari tulang, kulit, dan lemak, kemudian daging dibersihkan dan di cacach kemudian dihaluskan dengan food processor. Kemudian haluskan semua bumbu yang telah dibersihkan, kemudian dicampur dengan daging menggunaan food processor, kemudian buat lapisan tipis ( 3-5 cm) adonan yang sudah siap dan letakan diatas daun pisang. Kemudian keringkan dalam oven dengan 2 perlakuan yang  pertam dendeng di keringkan dalam oven selama 36 jam dengan suhu  C dan yang kedua  selama 72 jam dengan suhu  C. Setelah itu ukur kadar air dari masing –masing dendeng dengan cara panaskan botol timbang dalam oven C selama , kemudian masukan kedalam desikator, selam 10 menit kemudian timbang (W).

Setelah masuan sampel seperlunya (300 gr) kedlaam botol timbang kemudian timbang dan catat berat botol dan sampel (W1. Kemudian masukan botol dan sampel kedlam oveb selama 24 jam dengan suhu C, kemudian masukan dlam desikator selama 10 menit kemudian timbang (W2). Kemudian ukur kadar air dengan perhitungan
Kadar air bahan  =

Penentuan Kadar Air dengan Infrared Digital Moisture Balance

T/T
ENT
Adapun metoda yan digunakan pada praktikum penentuan kadar air denan infrared diital moisture balance yaitu nyalakan alat dengan menekan tombol “ON” kemudian atur temperatur pemanasan dengan tekan tomboljika ingin menaikan suhu dan tombol      jika ingin menurunkan suhu, kemudian tekan tombol. Kemudian atur waktu denan cara yan sama seperti mengatur

temperatur. Kemudian masukan alas aaluminium foil kedalam alat lalu tekan
TARE
RESET
 
tombol.        Kemudian Masukan sampel diatas aluminium foil sebanayak

START
STOP
 
2 gram. Lalu tekan lampu alat aan menyala dan akan berhenti secara

otomatis setelah selesai proses pemanasan. Kemudian baca kadar air pada monitor










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Pengawet Alami Pada Telur

            Telur merupakan salah satu hasil ternak yang dihasilkan oleh ternak unggas, kualitas telur ditentukan oleh 2 faktor, yaitu kulitas luarnya berupa kulit cangkang dan isi telur. Kualitas luar ini bisa berupa bentuk, warna, keutuhan dan kebersihan kulit cangkang. Sedangkan yang berkaitan dengan isi telur meliputi kekentalan putih telur, warna dan posisi telur, serta ada tidaknya noda-noda pada putih telur, dan kuning telur.Pada praktikum pengawet alami pada telur. Telur yang segar baik ditandai oleh bentuk kulitnya yang bagus, cukup tebal, tidak cacat (retak), warnanya bersih, rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning telur ditengah-tengah, dan tidak terdapat bercak atau noda darah. Telur mengandun asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat  Antonius (2001) yang menyatakan bahwa telur adalah sumber protein bermutu tinggi, kaya akan vitamin dan mineral, protein telur termasuk sempurna karena menggandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup seimbang. Asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh manusia, karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari makanan yang dimakan. Dilakukan 4 perlakuan pada telur ayam ras yang digunakan yaitu pada T1 telur dibiarkan utuh dan letakan dipiring, pada T2 telur dipecahkan dan dimasukan kedalam pirin, pada T3 telur direbus keudian dikupas dan diletakkan dipiring, dan pada T4 telur di goreng menjadi mata sapi dan diletakan dipiring. Kemudian setelah diamatai selama 5 hari diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 1. Hasil pengamatan pengawet  alami pada telur

Peubah
Perlakuan
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
Bau
T1
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
T2
Normal
Busuk
Busuk
Busuk
Busuk
T3
Normal
Busuk
Busuk
Busuk
Busuk
T4
Normal
Normal
Busuk
Busuk
Busuk
Warna
T1
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
T2
Normal
Yolk mulai pudar
Yolk mulai pudar
Yolk mulai pudar
Yolk mulai pudar
T3
Normal
Terdapat warna hitam
Terdapat warna hitam
Terdapat warna hitam
Terdapat warna hitam
T4
Normal
Normal
Terdapat warna hitam
Terdapat warna hitam
Terdapat warna hitam
Viscositas
T1
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
T2
Normal
Encer
Encer
Encer
Encer
T3
Normal
Padat
Kenyal
Kenyal
Kenyal
T4
Normal
Normal
Menkerut
Mengkerut
Mengkerut
           
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa telur T1 yang dibiarkan utuh lebih tahan lama, dibandingkan telur lain yang mendapat perlakuan. Hal tesebut dikarenakan telur mempunyai pengawet alami yang terdapat pada kerabangnya yang mebuat telur terjaga dari serangan mikroorganisme sehingga daya tahan telur lebih lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo, BA (2006), yang menyatakan bahwa telur yang kulitnya bersih mulus dan kerabangnya coklat menandakan ketebalan kerabang yang merupakan salah satu faktor daya tahan simpan telur. Pada telur T3 dan T4 perubahan wananya terdapat warna hitam yang disebabkan oleh jamur.

Hal ini sesuai dengan pendapat Idris ,S (2004), yang menyatakan bahwa telur yang sudah pecah (tidak ada lagi pembungkusnya) dan yang sudah digoreng pada hari ke tiga akan berubah warna, karena pada saat itu jamur yang ada pada telur tersebut sudah tumbuh dan berkembang sehingga dapat merubah warnanya menjadi abu-abu atau keputihan pucat. Telur yang mendapat perlakuan lebih cepat rusak dikarenakan tidak adanya kerabang yang melindungki telur tersebut. Hal ini sesuai denan pendapat Rasyaf, M (2007), yang menyatakan bahwa telur sangat mudah mengalami kerusakan apalagi telur yang sudah tidak mempunyai kerabang sehingga mikroba sangat mudh berkembang dalam telur khususnya pada telur putih

4.2. Pengawetan dengan Penggaraman

            Pada praktikum pengawetan dengan penggaraman  digunakan telur itik. Pengawetan telur dapat dilakukan denga cara kering, perendaman, dan penutupan kulit. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjai (2005), yang menyatakan bahwa pengawetan telur dapat dilakukan dentgan cara melapisi kulit telur dengan pembungkus kering (dry packing), perendaman (immertion in liquid), penutupan kulit dengan bahan pengawet (shell shealing) dan penyimpanan dalam ruangan pendingin (coid store). Setelah didiamkan dalam suhu ruang selama satu minggu diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 2. Hasil pengamatan dengan penggaraman

Penggaraman
Unit telur
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
Penyusutan (%)
volume
Berat jenis
Basah
1
68,5
67,8
-0,010
60
1,140
2
64,0
62,2
-0,028
50
1,280
3
65,5
65,4
-0,001
50
1,300
Rataan
66
65,1
-0,013
53,3
1,24
Kering
1
64,7
65,5
0,012
60
1,160
2
70,5
71,4
0,012
70
1,007
3
76,3
76,9
0,007
70
1,090
Rataan
70,5
71,2
0,010
66,6
1,085

            Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada telur yan diasinkan terjadi penyusutan. Pada penggaraman dengan cara basah didapat hasil minus diduga hal tersebut dikarekana terjadi kesalahan dalam praktikum. Selain pengamatan selama proses penggaraman, setelah disimpan selama satu minggu telur kemudian di masak dan dilakukan pengamatan terhadap cita rasa dari telur asin sehingga diperoleh hasil sebagai berikut


Tabel 3.  Hasil pengamatan cita rasa telur asin

Penggaraman
Nilai hedonik
Bau
Warna
Tekstur
Rasa
alb
yolk
alb
yolk
alb
yolk
alb
yolk
Basah
Sangat suka








Suka


Biasa






Tidak suka








Sangat tidak suka








Kering
Sangat suka






Suka




Biasa






Tidak suka








Sangat tidak suka









            Setelah di rasakan, proses pengawetan dengan penggaraman pada telur asin berhasil karena setelah di rasakan telur yang diawetkan dengan penggaraman terasa asin.  Dari hasil pengamatan pada bau telur asin dinilai biasa karena telur asin memiliki aroma yang khas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf Muh (2000) yang menyatakan bahwa telur asin adalah telur itik yang diolah dalam keadaan utuh, dimana kandungan garam didalam telur dapat menghambat perkembangan organisme dan sekaligus memberikan aroma yang khas, sehingga telur dapat disimpan dalam waktu relative lama. Dari hasil pengamatan, tingkat kesukaan berbeda pada telur asin dengan cara basah dan cara kering, hal ini disebabkan oleh perbedaan perilaku yan diberikan terhadap telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjai (2005) yang menyatakan bahwa hasil pengawetan akan terasa berbeda jika bahan dan cara pengolahannya juga berbeda. Perbedaan dari hasil pengamatan tersebut dipengaruhi oleh adanya pengawetan yang dilakuakn menurut Winarno (2006) cita rasa bahan pangan terdiri dari bau, rasa, dan rangsangan dari mulut, cita rasa telur asin khas dapat disebabkan oleh faktor pemecahan senyawa dalam telur atau fermentasi mikroba. Dari hasil pengamatan cita rasa tersebut bernilai cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiston (2003), yang menyataka bahwa didalam memberikan nilai hedomik untuk pengawetan dengan penggaraman ini bernilai cukup baik apabila nilai hedomiknya mendapatkan nilai suka dan biasa dan tidak ada kata tidak suka

4.3. Pengawetan dengan Pengemasan

Pengemasan dengan pendinginan dilakukan pada daging dengan perlakuan pada daging I direkatkan dengan berat 36,01 gr, sedangkan pada daging II dibiarkan terbuka dengan berat 27,56. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 4. Hasil pengamatan daing dengan pengemasan
Pengamatan
Daging
Pengamatan hari ke


1
2
3
4
Warna
I
Merah normal
merah gelap
merah gelap
merah kebiruan
II
Merah normal
Merah
Merah gelap
Merah gelap
Testur
I
Normal
Lembut
Lembut
Lembut
II
normal
Lembut
lembut
lembut
Konsistensi
I
Normal
Padat
Tidak terlalu padat
Tidak terlalu padat
II
normal
Padat
Tidak terlalu padat
Tidak terlalu padat
Bobot awal
I
36,01
II
27,56
Bobot akhir
I
35,27
II
25,09

 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa warna akhir yang didapat adalah warna pada daging I warna merah kebiruan sedangkan pada daging II berwarna merah gelap hal ini dipengarugi oleh PH, sesuai dengan pendapat Lawrie, AR. (2000) yang menyatakan  pH akhir yang tinggi mengubah sifat-sifat penyerapan mioglobin, permukaan daging menjadi lebih merah gelap. Dari bobot awal dan bobot akhir yang diperoleh daging yang dikemas pengurangan airnya lebih sedikit dibanding yang dibuka hal ini sesuai dengan pendapat Hari Purnomo dan Adiono (2002) yang menyataan Secara umum tujuan dari pengemasan adalah mempertahankan kualitas : yakni melindungi kontaminasi dari mikroorganisme, kotoran dan serangga, melindungi kandungan air dan lemak, yaitu agar kandungan air bahan pangan tetap konstan, mencegah masuknya bau dan gas sehingga bau/aroma produk dapat dipertahankan, melindungi dari tekanan dan benturan. Namun pengemasan pada daging segar memiliki tujuan utama yakni untuk mengurangi kehilangan air atau susut bobot, mencegah masuknya bau dari luar dan membatasi jumlah oksigen
Pada pengemasan produk ternak, sebelum  digunakan susu segar terlebih dahulu di pasteurisasi selama dengan suhu 72ºC selama 15 detik . hal ini sesuai dengan pendapat Piliang (2005), yang menyatakan bahwa cara mempertahankan klualitas susu  dari serangan mikroba yaitu dengan cara dipanaskan atau pasteurisasi pada suhu 72 derjat celcius selama 15 detik atau 65 derajat celcius selam 30 . Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 5. Hasil pengamatan pengemasan susu pada suhu kamar
Pengamatan
Waktu(jam)
Bentuk penyimapanan
Hari ke
1
2
Warna
16
Terbuka
Putih susu
Putih kekuningan
Tertutup
Putih susu
Putih kekuningan
24
Terbuka
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Tertutup
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Bau
16
Terbuka
Asam
Busuk
Tertutup
Bau susu
Bau susu
24
Terbuka
Busuk
Babusuk
Tertutup
Bau susu
Bau susu
Testur
16
Terbuka
Cair
Menggumpal
Tertutup
Cair
Menggumpal
24
Terbuka
menggumpal
Menggumpal
Tertutup
menggumpal
menggumpal
Konsistensi
16
Terbuka
Sedikit
sedikit
Tertutup
Banyak
banyak
24
Terbuka
Sedikit
sedikit
Tertutup
Banyak
banyak




Tabel 6. Hasil pengamatan pengemasan susu pada suhu rendah (refrigerator)
Pengamatan
Waktu(jam)
Bentuk penyimapanan
Hari ke
1
2
Warna
16
Terbuka
Putih susu
Putih susu
Tertutup
Putih susu
Putih susu
24
Terbuka
Putih susu
Putih susu
Tertutup
Putih susu
Putih susu
Bau
16
Terbuka
amis
Amis
Tertutup
Bau susu
Bau susu
24
Terbuka
amis
Amis
Tertutup
Bau susu
Bau susu
Testur
16
Terbuka
Cair
Cair
Tertutup
cair
Cair
24
Terbuka
Cair
Cair
Tertutup
Cair
Cair
Konsistensi
16
Terbuka
banyak
banyak
Tertutup
sedikit
sedikit
24
Terbuka
banyak
Banyak
Tertutup
sedikit
sedikit

 Dari hasil praktikum diketahui bahwa susu yang disimpan pada suhu kamar teksturnya menggumpal dari pada susu yang disimpan pada refrigator yan masih cair. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang, S (2007), yang menyatakan bahwa pengawetan atau penyimoanan pada suhu rendah lebih tahan lama dari pada disuhu kamar karena pada suhu rendah pertumbuhan mikroba akan terhambat. Bua daging yang disimpan di refrigerator amis dikarenakan didalam refrigerator terdapat daging yang digunakan untuk bahan praktikum sehingga susu yang terbuka terkontaminasi bau daging

4.4. Curing (Pengawetan dengan Bahan Kimia)

Dalam praktikum curing, sebelum dimasukan kedalam larutan I dan larutan II, daging yang telah dipotong ditimbang terlebih dahulu dan diperoleh daging untuk larutan I adalah 35,8 gr sedangkan untuk latutan II adalah 23,9 gr. Manfaat daring curing adalah untuk mencegah dan mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk, hal ini sesuai dengan Syarif (2003)  yang mengatakan mengatakan bahwa pada dasarnya prinsip dari pengawetan bahan pangan dengan bahan kimia yaitu mencegah pertumbuhan mikroba, menghentikan proses-proses pembusukan oleh mikroba pada bahan pangan.
Perbedaan antara kedua larutan adalah pada larutan I diberi nitrit sedangkan larutan II tidak diberi nitrit. Nitrit dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan, hal ini sesuai dengan pendapat Petrucci (2001) yang mengatakan bahwa bahan kimia nitrit dan nitrat merupakan bahan kimia yang dapat digunakan dalam pengawetan bahan pangan daging maupun bahan pangan lainnya.Setelah daging diamati setelah 6 hari dan telah direbus maka diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 7 . Hasil pengamatan daging pada praktikum curing

Perlakuan daging
Perubahan warna pada pengamatan hari ke
1
2
3
4
5
6
Diberi sodium nitrat
Merah
Merah
Merah gelap
Merah gelap
Merah gelap
Merah gelap
Tanpa sodium nitrat
merah
merah
Merah pucat
Merah pucat
Merah pucat
Merah pucat
Sebelum perebusan
Larutan I : merah
Larutan II : merah
Larutan I : merah
Larutan II : merah
Larutan I : merah gelap
Larutan II : merah pucat
Larutan I : merah gelap
Larutan II : merah pucat
Larutan I : merah gelap
Larutan II : merah pucat
Larutan I : merah gelap
Larutan II : merah pucat
Setelah perebusan
Larutan I : merah keabuan
Larutan II : abu abu pucat











Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa daging yang diberi nitrit lebih merah dari pada yang tidak diberi nitrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (2002) yang menyatakan bahwa daging yang dicuring dengan penambahan nitrat akan menghasilkan warna merah daging yang lebih bagus dibanding daging yang tidak di beri nitrit. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Anonymous (2006) yang menyatakan bahwa tujuan dari curing ini yaitu untuk mempertahankan warna merah daging ataupun ikan, memberi rasa pada daging dan ikan, dan sebagai pengawetan. Daging  yang dicuring akan lebih awet dibandingkan dengan daging tanpa pengolahan, karena proses curing  dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (2000) yang menyatakan bahwa fungsi nitrit dalam curing yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri

4.5. Pengawetan dengan Fermentasi

Dalam praktikum ini, susu dibagi atas 3 dengan perlakuan pemberian yakult yang berbeda. Pada YK I diberi yakult 2 sendok teh, YK II 3 sendok teh, dan YK III 4 sendok teh. Bakteri yang digunakan adalah lactobacilus casei. Bakteri ini mempunyai peran yang menguntungkan bagi pencernaan. Hal ini sesuai dengan  pendapat Yuanta (2001)  yang mengatakan bahwa protein yang sering digunakan dalam fermentasi bahan pangan terutama susu antara lain lactobacillus, yang digunakan dalam pembuatan yakult. Dipilihnya laktobacillus ini dikarenakan bakteri tersebut bakteri yang baik karena dapat menekan bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Setelah proses fermentasi selama 12-14 jam pada suhu kamar maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil pengamatan pengawetan susu dengan fermentasi
Pengamatan
Perlakuan
YK-I
YK-II
YK-III
Warna
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Bau/aroma
Asam/susu basi
Asam/susu basi
Sedikit asam/seperti bau yogurt
Kekentalan
Kental/ terdapat larutan kuning
Kental/terdapat larutan kuning
Kental/terdapat larutan kuning
Rasa
hambar
Hambar
hambar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil pada YK III lebih baik, karena yakutl diberikan sebanyak 4 sendok teh. Sehingga pada YK-III menghasilkan hasil fermentasi yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Buckle (2003) yang menyatakan bahwa fermentasi oleh bakteri akan menghasilkan asam. Produk yang difermentasi akan lebih bagus dibandingkan dengan produk yang tidak difermentasi. Susu yang difrmentasi banyak membawa manfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat Robert (2002) menyatakan bahwa susu fermentasi diketahui mengandung bakteri asam laktat yang mampu meningkatkan kerja enzim galaktosidae yang memudahkan pencernaan laktosa dalam usus, meningkatkan kualitas nutrisi, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker dan mengatasi diare

4.6. Pengawetan dengan Pembekuan

Karkas ayam yang digunakan seberat 1 kg dengan perlakuan Irisan sebelah kiri di thawing pada suhu kamar, dan irisan sebelah kanan di thawing pada refrigerator dan di thawing pada suhu kamar, dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 9. Hasil pengamatan pengawetan daging dengan pembekuan
Irisan/ bagian Karkas ayam
Temperatur thawing
Bobot Irisan karkas (gr)
% dripp
Awal
Akhir
Sayap
Suhu kamar
62,8
58,9
6,2
Refrigerator
59,5
56,7
4,7
Punggung
Suhu kamar
54,5
50,0
8,2
Refrigerator
69,7
65,0
6,7
Dada
Suhu kamar
161,1
153,9
4,5
Refrigerator
141,3
132,2
6,4
Paha atas
Suhu kamar
96,0
93,3
2,8
Refrigerator
107,3
104,8
2,3
Paha bawah
Suhu kamar
74,3
72,2
2,8
Refrigerator
77,6
74,6
3,9

Lawrie (2001), menyatakan bahwa pada ruangna terbuka bahan akan mengalami perubahan yang berupa adanya penguapan yang dapat menyebabkan kekeringan pada bahan tersebut .Dari tabel diatas diketahui bahwa setiap irisan karkas memiliki berat yang berbeda karena adanya kandungan air . Hal ini sesuai dengan pendapat  Anonymous (2000), yang menyatakan bahwa suatu bahan pangan yang banyak mengandung air yang banyak ataupun sedikit akan mengalami perbedaan berat bahan tersebut. Hasil dripp yang diperoleh juga berbeda hal ini juga dipengaruhi oleh berat awal dan kuantitas cairan yang dibebaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie, AR. (2001) yang menyatakan Eksudasi weep atau dripp akan tergantung pada kuantitas cairan yang dibebaskan dari proses yang ada hubungannya dengan protein-protein urat daging



4.7. Pengawetan dengan Pengeringan

Pada praktikum pengawetan dengan pengeringan dilakukan pembuatan dendeng yang dikeringkan dalam oven dengan 2 perlakuan yaitu yang I dikeirngkan  dalam oven selama 36 jam dengan suhu  C dan yang II dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu  C. Hal ini sesuai dengn pendapat Lawrie (2000) yang menyatakan bahwa proses pengeringan dalam pembuatan dendeng ada dua cara, pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan oven yang dapat dijamin hygienis, mutu, dan kekeringannya. Dari hasil pengovenan diperoleh hasil dendeng menjadi tipis dan kering,Aroma dendeng yang dikeringkan juga lebih tercium, hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2005)yang menyatakan pembuatan dendeng ayam merupakan salah satu usaha pengawetan daging. Daging yang dibuat dendeng, bisa diperoleh aroma lain dan dendeng yang baik dapat disimpan sampai 60 hari, Kemudian dilakukan perhitungan kadar air dan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil pengamatan kandungan air dendeng yang dikeringkan
Kelompok
Perlakuan
Berat
KA %
W
W1
W2
A6
 C, 36 jam
36,2
39,3
38,9
14,8
Rataan
14,8
A3
 C, 72 jam
78,40
81,40
81,21
9,89
Rataan

A4
 C, 72 jam
78,5
81,5
81,4
34,5
Rataan
22,195




Dari tabel tersebut pada perlakuan  C selama 36 jam dilakukan perhitungan kadar air dan diperoleh kandungan ainya adalah 14,8 %.  Sedangkan pada suhu  C selama 72 jam diperoleh hasil dari kelompok A3 dan A4, dikarenakan sampel dari kelompok A6 tidak ada. Oleh karena itu diperoleh dari dua kelompok yang telah melaksanakn praktikum, dan dari dua data yang diperoleh dari kedua kelompok menunjukan hasil yang sama yaitu kandungan airnya berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lawrie (2001), yang menyatakan bahwa pengeringan suatu bahan makanan dengan suhu yang tinggi dan waktu pengeringan yang lama dapat menutunkan aktifitas air (AW), hal ini juga sesuai dengan pendapat Menurut Robert (2002) yang menyatakan bahwa tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampel batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukkan terhambat. Dalam pembuatan dendeng ini juga ditambahkan beberapa bahan dan  garam. Menurut Buckle (2000) penambahan garam dalam bahan pangan mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan, jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh racun. Kecepatan penurunan kadr air bahan pangan tergantung pada kandungan air bahan yan dikeringkan, ketebalan atau luas permukaan bahan, dan temperatur pengeringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo (2003) yang menyatakan bahwa pengeringan dapat di percepat dengan tempelatur yang tinggi dan memperkecil luas permukaan atau menipiskan bahan yang akan di keringkan . Dengan kandungan air yang berkurang pada bahan makanan tersebut maka akan terhambatnya pembusukan dan meningkatkan daya tahan produk karena mikrooranisme tidak dapat tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Repandi (2003) yang menyatakan bahwa bahan makanan yang di keringkan mempunyai daya simpan yang lebih lama, karena air yang di dalam suatu bahan makanan dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan jika kandungan air rendah maka aktifitas Mikroorganisme akan terhambat,  pertumbuhan dan perkembangannya akan terhenti  sehingga Mikroorganisme tersebut tidak dapat merusak bahan makanan yang sudah di keringkan
4.8. Penentuan Kadar Air dengan Infrared Digital Moisture Balance

Prinsip dari penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance adalah mengukur kadar air dengan menguapkan air yang ada dalam bahan panagn dengan pemanasan. Setelah dilaksanakan praktikum penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance diperoleh hasil kandungan air pada daging adalah50 %. Hal ini menunjukan bahwa daging tersebut adalah normal, karena kisaran kadar air yang normal berkisar 50-70 % . Hal ini sesuai dengan pendapat  Winarno (2003), yang menyatakan bahwa daging memiliki komposisi yang terdiri dari 75 5 air, 18 % protein, 4 % protein yang dapat larut (termasuk mineral) dan 3 5 lemak. Tingkat kadar air dipengarhui kadar airnya, volume, dan tinggi dalam daging sesuai dengan pendapatBuckle (2002), yang menyatakan bahwa untuk mempengaruhi tingkat kadar air yang perlu untuk mempunyai rasio permukaan volume yang tinggi dalam daging oleh karena itu digunakan daging yang sudah dipotong-potong halus.Air yang diikat dalam daging dapt dibagi dalam 3 komponen yaitu air yang terikat secara kimiawi oleh protein daging sebesar 4-5 %  yang  merupakan lapisan monomolekuler pertama. Lapisan kedua adalah air yang terikat agak laemah ini molekul air terhadap kelompok hidrofilik yakni sebesar 4 %. Lapisan ketiga merupakan air bebas yang terdapat diantara komponen molekul-molekul protein yanag memiliki jumlah terbanyak.
Airbebas terletak dibagian luar sehingga mudah lepas,hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo (2004), yang menyatakan bahwa air bebas dengan mudah hilang bila terjadi pengeringan dan penguapan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan denga cara tersebut sedangkan air terikat  terletak didalam dimana air sulit dilepaskan karena kuat pada rantai protein, dan air dalam bentuk tidak tetap merupakan air labil sehingga mudah lepas bila terjadi perubahan




BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan


Adapun kesimpulan dari pratikum pengawet alami pada telur adalah pada telur yang tidak mendapat perlakuan  atau dibiarkan dalam keadaan mentah dan utuhakan lebih tahan lama dibandingkan telur yang mendapat perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada kerabangnya terdpat pengawet yang membuat telur terjaga dari serangan mikroorganisme sehingga daya tahan telur lebih lama
Adapun kesimpulan dari praktikum pengawetan dengan penggaraman adalah terdapat dua cara pengawetan dengan penggaraman yaitu cara basah dan cara kering. Kandungan garam yang masuk kedalam telur dapat menghambat perkembangan organisme dan sekaligus memberikan aroma yang khas dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama
Adapun kesimpulan dari praktikum pengawetan dengan pengemasan adalah tujuan pengemasan adalah untuk menjaga kualitas produk dari serangan mikroba yang dapat merusak produk, dan produk yang disimpan pada suhu kamar akan lebih cepat rusak daripada yang disimpan pada refrigerator
Adapun kesimpulan dari praktikum adalah daging yang diawetkan dengan bahan kimia berupa nitrit maka akan menghasilkan daging yang lebih merah dibanding yang tidak diberikan nitrit.Nitrit juga berfungsi untuk menghambat pertubuhan bakteri. Daging yang dicuring akan lebih awet dibandingkan daging tanpa pengolahan. Adapun kesimpulan dari pengawetan dengan fermentasi adalah produk yang difermentasikan oleh bakteri akan menghasilkan asam, susu yang diberikan lebih banyak yakult hasil fermentasinya lebih baik
Adapun kesimpulan dari praktikum pengawetan dengan pembekuan adalah bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas produk dan dripp yang keluar dari daging  tergantung dari berat awal daging dan penyimpanan

Adapun kesimpulan dari praktikum pengawetan dengan pengeringan adalah dengan dilakukanya pengawetan dengan pengeringan dapat menurunkan kandungan air dalam bahan pakan yang dapat digunakan sebagai media untuk bakteri berkurang sehingga bakteri tidak dpat tumbuh dan membuat daya simpan produk tinggi. Kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh kandungan air bahan yan dikeringkan, ketebalan atau luas permukaan bahan, dan temperatur pengeringan
Adapun kesimpulan dari praktikum penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance adal kadar air pada daging yang didapat adalah 50% yang menandakan masih dalam keadaan normal karena standar kadar air yang normal  berkisar 50% - 70%


5.2. Saran


            Adapun saran penulis adalah untuk sebelum pelaksanaan praktikum harus dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan praktikum dimulai tepat waktu















DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2000. Hasil-hasil Olahan Dari Ternak. Penerbit Agritech, Yogyakarta
Antonius Riyanto.2001. Kandungan Energi Dalam Telur. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bambang, S.2007. Produk-Produk Susu. Kanisius. Jakarta.
Buckle. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta
Buckle.2000. Penambahan Garam Mempengaruhi Aktivitas Air Dalam Pangan. Penerbit. GITA. PT Gallus Indonesia Utama.
Buckle.2003. Penambahan Garam Mempengaruhi Aktivitas Air Dalam Pangan. Penerbit. GITA. PT Gallus Indonesia Utama
Idris, S. 2004. Hasil- Hasil Olahan Susu, Telur dan Daging. Liberty. Jakarta
Lawrie .2001. Berbagi Tehnik Dalam Proses pengemasan Bahan Pangan. Penerbit PT Gremedia Jakarta.
Lawrie, AR. 2000. Ilmu Daging. Universitas Indonesia. Jakarta
Lawrie, AR. 2001. Pengawetan Hasil Ternak. Universitas Indonesia. Jakarta
Lawrie.2000. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University ,Yogyakarta.
Lawrie.2001. Pencegahan Kerusakan Bahan Pangan. Pustaka Media, Yoyakarta.
Murtidjo, BA. 2006. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Jakarta
Petrucci. 2001. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta
Pilliang, GW. 2005. Pengelolaan Hasil Ternak. IPB. Bandung
Purnomo hari dan Adiono .2002. Pit dan Pembususkan Daging. Fesis Fkit. IPB, Bogor
Purnomo, S .2003. Pengawetan Bahan Pangan Hasil Ternak. PT Mutiara Sumber Widya Penabur Benih Kecerdasan
Purnomo.2004. Teknologi Pengawetan pangan. Universitas Indonesia. Jakarta
Rasyaf Muh.2000. Egg Quality Current Problems and Evaluation Of Egg Quality. Penerbit Fakultas Peternakan Unibraw, Malang.
Rasyaf, M. 2005. Pengelolaan Uasaha peternakan Ayam Pedaging. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Rasyaf, M. 2007. Kualitas ayam pedaging. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Repandi. 2003. Pengolahan Hasil Ternak. Agromedia Pustaka. Jakarta
Rinaartiwi.blogspot.com. Laporan Semester Praktikum Dasar.23 April.2015
Robert.2002. Evaluasi Gizi dan Kerusakan Bahan Pangan. Institut Teknologi Bandung, Bandung
Soedjai. 2005. Beternak Itik. Masa Balai Bandung. Bandung
Syarif.2003. Teknologi Penyimpanan Daging. 6 Mei 2015 http/www.google.com
Wianarno.2002. Pencegahan Kerusakan Bahan Pangan. Pustaka Media, Yoyakarta.
Wianarno.2003. Pengolahan Hasil Ternak.Pustaka Media, Yoyakarta.
Winarno F,G.2006. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia : Jakarta 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia : Jakarta.
Winston.2003. Mendeteksi Ketahahan Kualitas Telur saat Pengawetan. Penerbit Fakultas Peternakan Brawijaya, Malang.
Yuanita, T. 2001. Penyimpanan Pengolahan dan Pengawetan Produk Ternak. 8 Mei 2015. http/www.google.com













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...