BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hijauan dalam bidang peternakan sangat dibutuhkan
dapat dikatakan bahwa kebutuhan untuk ternak ruminansia itu muklak.
Dibidang peternakan dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan
peternakan yang modern dan berkompeten untuk bersaing dalam mencukupi kebutuhan
daging. Hijauan makanan ternak merupkan kelompok tanaman yang unggul dan
berkualitas, sebagai kebutuhan utama makanan ternak yang mengandungan nutrient
(gizi-gizi) yang lebih efisien dan bermanfaat terhadap ternak. Hijauan makanan
ternak berasal daripada 2 bagaian komunitas besar yaitu kelompok
rumput-rumputan (Graminae) dan kacang-kacangan (Leguminosa).
Dalam penentuan keberadaan hijauan makanan ternak terdapat pengaruh besar yang
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan daripada produktifitasnya
yaitu system penanamannya. Hingga saat ini banyak para ahli ingin menngusahakan
system penanaman hijauan makanan ternak yang lebih unggul dan efisien serta
tidak mengandung unsur genetik yang rendah sebagai penyedia hijauan makanan
ternak yang terbaik
Dalam upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan
kualitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai
sumber karbohidrat,protein,vitamin dan mineral.Untuk menjaga agar ketersediaan
akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif
yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara
alami.Pada sumber hijauan makanan ternak sesuai dengan kapasitas tampung
terhadap jumlah ternak,disamping itu perlu adanya pembuatan kebun rumput yang
menyediakan berbagai jenis hijauan yang berkualitas tinggi demi ketersediaan
sumber hijauan yang mencukupi untuk ternak. Bahan pakan ternak merupakan bahan yang sudah dapat dimakan, dicerna
dan digunakan oleh ternak itu sendiri. Ada berbagai macam jenis bahan pakan,
seperti bahan pakan yang berasal dari tumbuhan atau sering disebut dengan
hijauan dan ada juga yang berasal dari hewan atau campuran berbagai macam jenis
bahan pakan atau yang lebih dikenal dengan konsentrat. Penyediaan bahan pakan
pada hakikatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Untuk
mengetahui berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak.
Pemberian pakan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan gizi pada
ternak guna meningkatkan produktifitasnya. Nilai gizi yang baik akan
diindikasikan dengan nilai energi yang baik pula
1.2.Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari
praktikum ilmu tanaman pakan adalah agar mahasiswa dapat mempelajari hijauan
tanaman pakan, mengetahui budidaya produksi tanaman pakan seperti pemebersihan
lahan, pembuatan guludan, pemukukan dasar, pemilihan bibit dan penanaman,
pemeliharan, pemanenan, dan pembuatan pupuk organik
Adapunn manfaat dari
praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana membuat hijauan pakan
ternak yang berkualitas dan dapat menunjang kebutuhan ternak tersebut,
mengetahui bagaimana cara budidaya
produksi tanaman pakan seperti pemebersihan lahan, pembuatan guludan, pemukukan
dasar, pemilihan bibit dan penanaman, pemeliharan, pemanenan, dan pembuatan
pupuk organik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Rahmat et
al., (2005), Hijaun makanan ternak adalah rerumputan,
legum herba, dan legum pohon/semak yang
dapat digunakan untuk memberi makan hewan. HMT juga dapat digunakan untuk pengelolaan sumber daya
alam yang lebin baik, termasuk
pencegahan erosi, peningkatan kesuburan tanah,
dan pencegahan tanaman liar/gulma. Sebagian besar petani di Indonesia,
memanfaatkan HMT sebagai pakan ternak pokok
Menurut
Edo, (2012), Makanan hijauan merupakan
semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan.
Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae),
leguminose dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut
makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar
dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hiajauan dan
diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Hijauan kering adalah hijauan yang
diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay)
atau disebut juga jerami kering
Menurut Kanisius (2001), Ketersediaan hijauan makanan ternak yang
tidak tetap sepanjang tahun. Diperlukan budidaya hijauan pakan, baik
dengan
usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara
pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan yang
diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Melalui
cara demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya
dapat mendukung pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan
Menurut Kartopisno (2007), yang menyatakan bahwa pemadatan tanah sering di akibatkan oleh penimpaan atas
penumpukan butir air hujan, pengembalaan ternak dan penggunaan alat-alat berat
Menurut Anonymous (2012), yang menyatakan pemupukan adalah suatu cara
pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah dengan tujuan agar dapat diserap
oleh tanaman ( unsur hara adalah makanannya tanaman )
Menurut Collins (2009), yang menyatakan pemupukan adalah hal yang
diperlukan melengkapi unsur alami mineral dalam tanah untuk mempertahankan
pertumbuhan tanaman secara optimum
Menurut Amrina, R. (2005), yang
menyatakan bahwa proses penanaman hijauan makanan ternak berupa kelompok
rumputan (graminaae) maupun leguminosa (kacang-kacangan) dengan
efisiensi penanaman yang berbeda akan menunjukkan produksi tanamannya yang
berbeda
Menurut Garber dkk (2005), yang menyatakan bahwa setiap spesies tanaman
ternak akan menberikan Respon yang berbeda terhadap tingkat cahaya yang
diterimah. Pada umumnya tanaman C4 mampu meningkatkan fotosintesis pada
tingkat cahaya matahari penuh,sedangkan C3 telah mencapai kejenuhan sebelum
mencapai matahari penuh
Menurut Mcilroy (2003), yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh juga
sangat didukung dengan pemberian pupuk yang bertujuan untuk memberikan zat-zat
makanan kepada tanaman agar zat-zat dalam tanah yang hilang atau dihisap bisa
diganti, memperbaiki struktur tanah
Menurut Anrodi (2000) menyatakan bahwa produksi hijauan dengan metode
pemotongan akan lebih efisien dalam penambahan cabangan batang-batang tanaman
yang baru, yang diproduksi dari anakan tanaman inang yang dipotong
Menurut
susmono (2004) yang menyatakan bahwa dalam efisiensi pertumbuhan hijauan
makanan ternak yang dilakukan dengan metode pemotongan yang tinggi sehingga
hijauan tersebut dapat mengatasi penguapan air sehingga proses fotosintesis
dapat berlangsung sempurna
Menurut Culito dan mayer (2009, ) yang
menunjukkan bahwa keefektifan penggunan pupuk ada hubungannya dengan kandungan
unsur haranya
.
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Tempat dan waktu
Praktikum
ilmu tanaman pakan ini dilaksanakan dari bulan sepetember sampai bulan desember
di halaman rumah kaca fakultas peternakan universitas jambi
3.2 Materi
Adapun
amateri yang digunakan pada praktikum ilmu tanaman pakan ini pada penanaman
hijauan dan intensitas pemotongan rumput adalah cangkul, parang, meteran, pupuk
kandang, pupuk organik, benih kacang tanah dan kangkung, air, dan alat tulis
untuk mencatata data hasil praktikum. Pada pembuatan biofertiliser materi yang
digunakan adalah jerami, kotoran sapi, trichoderma harzianu
3.3. Metoda
Metoda
yang digunakan pada penanaman hijauan adalah pembersihan laham dari gulma,
kemudian pembuatan guludan dengan 6 guludan dengan
tinggi guludan 15 cm, lebar guludan 60 cm, dan jarak antar guludan 50 cm, dan pemupukan dasar dengan pupuk kandang, kemudian
dilakukan pemlihan bibit kemudian bibit ditanam. Kemudian dilakukan
pemeliharaan terhadap benih yang ditanam dengan pembersihan gulma yang tumbuh
serta dilakukan lagi pemupukan dengan pupuk kompos organik kemudian dilakukan pemanenan. Pada intensitas
pemotogan rumput dan legum yaitu stylosantes humilis dilakukan pemotongan
sesuai perlakuan dan diamati. Pada
pembuatan biofertiliser pertama dilakukan adalah pencampuran air dengan
tricoderma harzianum kemudian, lapisan paling bawah adlah jerami dari rumput
yang telah kering, kemudian lapisan kedua adlah feses sapi kemudian disirami
dengan air yang telah di campur dengan tricoderma harzianum, lakukan sampai 3
lapisan atau sampai bahan habis, kemudian tutup dengan karung dan kayu, biarkan
terjadi pengomposan selama 45 hari secara aerob
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyediaan bahan
pakan pada hakikatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Dalam upaya peningkatan produksi ternak harus
seiring dengan peningkatan kualitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan
dapat juga berfungsi sebagai sumber karbohidrat,protein,vitamin dan
mineral.Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai
kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami.Pada sumber hijauan makanan
ternak sesuai dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak,disamping itu
perlu adanya pembuatan kebun rumput yang menyediakan berbagai jenis hijauan
yang berkualitas tinggi demi ketersediaan sumber hijauan yang mencukupi untuk ternak
4.1. PENANAMAN HIJAUAN
Budidaya produksi tanaman pakan pada praktikum ilmu tanaman pakan
ini dimuai dari pembersihan lahan yang akan digunakan. Luas lahan yang
digunakan adalah sekitar 4 meter x 3 meter. Lahan dibersihakan dari gulma.
Kemuadin pembuatan guludan di atas lahan yang sudah dibersihakan dengan tinggi guludan 15 cm, lebar guludan 60
cm, dan jarak antar guludan 50 cm. Kemudian tanah digemburkan. penggemburan
tanah bertujuan untuk mebuat unsur hara yang mengendap dibawah menjadi keatas
atau meratakan keseluruh bagian, agar air mudah masuk kedalam tanah, sehingga
akar mudah menyerap air, dan agar tidak terjadi pemadatan tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kartopisno (2007) yang menyatakan bahwa pemadatan tanah sering di
akibatkan oleh penimpaan atas penumpukan butir air hujan, pengembalaan ternak
dan penggunaan alat-alat berat. Setelah itu tanah
yang telah digemburkan dilakukan pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang untuk memberikan unsur hara pada tanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anonymous (2012) yang menyatakan pemupukan adalah
suatu cara pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah dengan tujuan agar
dapat diserap oleh tanaman ( unsur hara adalah makanannya tanaman ) dan
pendapat Collins (2009) yang menyatakan pemupukan adalah hal yang diperlukan
melengkapi unsur alami mineral dalam tanah untuk mempertahankan pertumbuhan
tanaman secara optimum.
Kemudian dilakukan
penanaman pada guludan yang telah digemburkan dan diberi pupuk. Pada guludan 1
dan 2 di beri bibit kacang tanah ( Arachia Hypogea) dan guludan ke 3 dan ke 4
diberi benih kangkung (Ipomoea
aquatica Forsk), namun guludan ke 3 dan ke 4 yang diberi benih kangkung tidak
semuanya tumbuh . Kemudian dilakukan pemeliharaan dengan membersihkan gulma
yang baru kemudian diberikan pupuk yang edua yaitu pupuk kompos. Kemuadian
tanaman dipelihara sampai tumbuh kemudian dilakukan pengamatan. Berikut adalah
hasil pengamatan
·
Kacang
Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 1. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Arachis
Spesies: Arachis hypogaea L
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Arachis
Spesies: Arachis hypogaea L
Guludan 1, Kacang Tanah
Tanaman
|
TinggiTanaman /
|
Banyak anakan/minggu
|
||||||||||
minggu/cm
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
1
|
22
|
25
|
28
|
31
|
36
|
41
|
5
|
7
|
10
|
13
|
17
|
18
|
2
|
17
|
20
|
23
|
26
|
28
|
33
|
3
|
5
|
8
|
12
|
15
|
16
|
3
|
17
|
21
|
23
|
26
|
33
|
37
|
6
|
8
|
11
|
15
|
18
|
22
|
4
|
14
|
19
|
22
|
25
|
27
|
31
|
4
|
6
|
9
|
19
|
23
|
25
|
5
|
15
|
18
|
19
|
23
|
28
|
32
|
4
|
7
|
10
|
13
|
17
|
20
|
6
|
15
|
19
|
21
|
24
|
29
|
32
|
2
|
5
|
8
|
12
|
14
|
16
|
7
|
20
|
24
|
25
|
26
|
29
|
34
|
3
|
6
|
8
|
11
|
15
|
17
|
8
|
21
|
25
|
27
|
29
|
33
|
39
|
6
|
8
|
9
|
12
|
14
|
18
|
9
|
20
|
23
|
25
|
28
|
32
|
37
|
5
|
7
|
9
|
14
|
16
|
21
|
10
|
15
|
19
|
20
|
22
|
25
|
28
|
3
|
5
|
7
|
11
|
20
|
21
|
11
|
16
|
19
|
20
|
22
|
26
|
31
|
3
|
5
|
8
|
10
|
12
|
16
|
12
|
14
|
18
|
20
|
24
|
26
|
29
|
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
17
|
13
|
15
|
18
|
21
|
23
|
27
|
32
|
3
|
5
|
8
|
12
|
16
|
17
|
14
|
19
|
23
|
26
|
28
|
33
|
37
|
6
|
8
|
9
|
13
|
15
|
17
|
15
|
14
|
17
|
19
|
23
|
28
|
33
|
3
|
6
|
9
|
11
|
11
|
13
|
16
|
18
|
21
|
25
|
27
|
29
|
34
|
3
|
7
|
12
|
14
|
17
|
20
|
17
|
17
|
24
|
27
|
30
|
33
|
37
|
3
|
5
|
10
|
13
|
16
|
19
|
Tabel 1. Hasil
pengamatan guludan 1
Guludan 2, Kacang Tanah
Tanaman
|
TinggiTanaman
/
|
Banyak anakan/minggu
|
||||||||||
minggu/cm
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
1
|
18
|
23
|
25
|
28
|
33
|
36
|
4
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
2
|
17
|
22
|
23
|
26
|
28
|
32
|
4
|
7
|
8
|
12
|
14
|
16
|
3
|
18
|
21
|
23
|
27
|
31
|
34
|
6
|
9
|
11
|
15
|
17
|
18
|
4
|
19
|
24
|
26
|
29
|
33
|
35
|
8
|
10
|
13
|
15
|
18
|
21
|
5
|
20
|
23
|
25
|
28
|
31
|
32
|
6
|
8
|
10
|
12
|
15
|
16
|
6
|
19
|
21
|
26
|
28
|
31
|
35
|
4
|
6
|
8
|
12
|
14
|
16
|
7
|
21
|
23
|
25
|
26
|
30
|
34
|
6
|
9
|
11
|
11
|
13
|
14
|
8
|
20
|
24
|
27
|
29
|
33
|
39
|
6
|
8
|
9
|
12
|
14
|
18
|
9
|
19
|
25
|
27
|
28
|
31
|
34
|
6
|
11
|
13
|
14
|
17
|
20
|
10
|
15
|
28
|
30
|
33
|
36
|
39
|
2
|
5
|
7
|
9
|
14
|
17
|
11
|
21
|
25
|
28
|
31
|
34
|
36
|
3
|
7
|
10
|
14
|
16
|
21
|
12
|
16
|
19
|
20
|
24
|
26
|
29
|
6
|
9
|
9
|
11
|
15
|
18
|
13
|
28
|
30
|
31
|
34
|
36
|
37
|
9
|
12
|
15
|
17
|
20
|
23
|
14
|
22
|
25
|
26
|
28
|
33
|
37
|
8
|
10
|
11
|
13
|
16
|
18
|
15
|
17
|
20
|
22
|
23
|
26
|
29
|
4
|
6
|
9
|
11
|
13
|
14
|
16
|
18
|
23
|
25
|
27
|
28
|
32
|
4
|
7
|
9
|
12
|
13
|
14
|
17
|
27
|
29
|
32
|
34
|
38
|
42
|
5
|
8
|
10
|
12
|
12
|
14
|
Tabel 2. Hasil
pengamatan guludan 2
· Kangkung (Ipomoea reptana Poi)
Gambar 2. Kangkung
(Ipomoea
reptana Poi)
Klasifikasi
Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus: Ipomoea
Ordo: Solanales
Famili: Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus: Ipomoea
Spesies:
Ipomoea reptana Poi
Tanaman
|
TinggiTanaman /
|
|||||
minggu/cm
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
1
|
8
|
12
|
18
|
23
|
27
|
32
|
2
|
9
|
18
|
23
|
28
|
31
|
34
|
3
|
8
|
15
|
20
|
25
|
31
|
34
|
4
|
7
|
13
|
20
|
26
|
27
|
32
|
5
|
9
|
16
|
22
|
24
|
27
|
30
|
6
|
8
|
12
|
17
|
21
|
24
|
28
|
7
|
7
|
10
|
15
|
17
|
20
|
24
|
8
|
7
|
17
|
21
|
24
|
27
|
30
|
9
|
8
|
14
|
18
|
22
|
23
|
26
|
10
|
9
|
12
|
18
|
22
|
23
|
26
|
11
|
9
|
12
|
14
|
15
|
18
|
21
|
12
|
8
|
16
|
20
|
24
|
24
|
28
|
13
|
9
|
19
|
23
|
25
|
27
|
32
|
14
|
6
|
15
|
20
|
22
|
23
|
27
|
15
|
7
|
13
|
18
|
21
|
23
|
25
|
16
|
6
|
10
|
15
|
18
|
22
|
24
|
17
|
8
|
11
|
15
|
18
|
19
|
24
|
Tabel 3. Hasil
pengamatan guludan 3
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa setiap tanaman tingkat
pertumbuhanya berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrina, R. (2005) yang menyatakan
bahwa proses penanaman hijauan makanan ternak berupa kelompok rumputan (graminaae)
maupun leguminosa (kacang-kacangan) dengan efisiensi penanaman yang
berbeda akan menunjukkan produksi tanamannya yang berbeda, Garber dkk (2005) yang menyatakan bahwa setiap spesies
tanaman ternak akan menberikan Respon yang berbeda terhadap tingkat cahaya yang
diterimah. Pada umumnya tanaman C4 mampu meningkatkan fotosintesis pada
tingkat cahaya matahari penuh,sedangkan C3 telah mencapai kejenuhan sebelum
mencapai matahari penuh dan pendapat Mcilroy (2003), yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh juga
sangat didukung dengan pemberian pupuk yang bertujuan untuk memberikan zat-zat
makanan kepada tanaman agar zat-zat dalam tanah yang hilang atau dihisap bisa
diganti, memperbaiki struktur tanah.
4.2 INTENSITAS PEMOTONGAN RUMPUT DAN LEGUM
Intensitas pada pengamatan ini sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan daun yang tumbuh dan berkembang. Legum yang
diamati adalah stylosantes humilis
Gambar 3. Stylosantes
humillis
Klasifikasi
:Stylosantes humillis
Divisi :
Spermatophyta
Spesies
: Stylosantes humillis
Klass :
Dicotyledoneae
Ordo :
Leguminales
Family :
Leguminales
Genus : Stylosante
pengamatan
|
Panjang
|
Penambahan Klompok Tanaman
|
|||
awal(CM)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
20
|
2
|
3.2
|
1,3
|
3
|
2
|
20
|
4
|
3
|
1.7
|
3.4
|
3
|
20
|
3,7
|
2,7
|
1,5
|
3,8
|
4
|
20
|
3,2
|
4,1
|
2,4
|
2,8
|
Tabel 4. Hasil pengamatan intensitas
pemotongan
Anrodi (2000) menyatakan bahwa produksi hijauan dengan metode
pemotongan akan lebih efisien dalam penambahan cabangan batang-batang tanaman
yang baru, yang diproduksi dari anakan tanaman inang yang dipotong hal ini
sesuai juga dengan pendapat susmono (2004) yang menyatakan bahwa dalam
efisiensi pertumbuhan hijauan makanan ternak yang dilakukan dengan metode
pemotongan yang tinggi sehingga hijauan tersebut dapat mengatasi penguapan air
sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
4.3. PEMBUATAN BIOFERTILISER
–PHOSPHO-KOMPOS (TRIPHOS)
Biofertilise adalah zat yang
digunakan meningkatkan kesuburan tanah menggunakan limbah biologis, bermanfaat
dalam memperkaya tanah dengan kandungan mikro-organisme yang menghasilkan
nutrisi organik untuk tanah dan membantu memerangi penyakit. Pengomposan
dilakukan menggunakan tricoderma harzianum. Pengomposan dilakukan secara aerob
Gambar 4.
Pembuatan Biofertiliser
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah, Hijauan sangat penting untuk ternak
maka dari itu perlua danya budidaya hijauan pakan ternak khususnya rumput
unggul. Oleh karena itu perlu adanya budidaya tanaman pakan. Dalam budidaya
tanaman pakan harus dilakukan dengan baik agar hasil yang diperoleh juga baik
dan banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
5.2. Saran
Sebaiknya praktikum dimulai tepat waktu dan praktikan
harus mematuhi peraturan selama praktikum, dan diharapkan praktikum ini dapat
memberikan manfaat sehingga dapat diterapkan oleh mahasiswa
DAFTRA PUSTAKA
.
Anonymousf,2012.Keunggulan dan kelemahan pupuk http://
maglayang.blogsome.com/dargjas-kardin-teknologi-kompos. Diakses pada Juni 2012
Tissacuitzz.blogspot.com/2010/12/laporan-ilmu-tanaman pakan.htmlCollins,2009.Dictionary of English. Colling PUB:New
YorkPeternakan, IPB, Bogor.
Soegiri, et al. 1982. Penuntun Produksi Benih Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan, Jakarta.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Soegiri, et al. 1982. Penuntun Produksi Benih Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan, Jakarta.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Anggorodi, R.
1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F. G.
1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta
Nursholeh, 2012.
Laporan semester ilmu tanaman pakan.fapet-unja, Jambi
Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti, dan W. Slamet. 2000. Pengaruh pemupukan kalsium dan nitrogen terhadap produksi dan kualitas hijauan rumput makanan ternak pada tanah salin. Laporan Penelitian Dosen Muda. Dikti, Jakarta.
Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti, dan W. Slamet. 2000. Pengaruh pemupukan kalsium dan nitrogen terhadap produksi dan kualitas hijauan rumput makanan ternak pada tanah salin. Laporan Penelitian Dosen Muda. Dikti, Jakarta.
Setyati, S.H. 1996. Pengantar Agronomi.
Departemen Agronomi, Fakultas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar