Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Praktukum Produksi Ternak Unggas (PTU) Fakultas Peternakan Universitas Jambi



BAB I
PENDAHULUAN



1.1              Latar Belakang
           
Unggas adalah salah satu ternak yang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan protein di Indonesia karena harganya yang relatif murah dan juga mengandung zat gizi yang lengkap dalam pemenuhan gizi masyarakat. Saat ini industri peternakan ayam modern telah banyak berdiri khususnya untuk menghasilkan ayam pedaging meliputi budi daya ayam broiler (forming operation) dan industi pengolahan daging ayam yang semuanya ditujukan demi pmbangunandalam bidangpertanian maupun peternakan
Ayam pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Bibit ayam yang baik memiliki ciri yaitu sehat dan lincah, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan ayam pedaging untuk menghasilkan daging seperti dari pakan, bibit, dan sistem pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan ayam broiler membutuhkan penanganan yang intensif karena sistim pemeliharaan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Sistem pemeliharaan ini meliputi pemberian pakan dan minum, pencegahan dan pengendalian penyakit serta perkandangan. Lokasi kandang Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur.
Formula pakan yang disusun sudah melalui perhitungan yang cermat, sehingga pakan yang diberikan kaandungan zat pakan atau makanan (nutrisi ) yang mencakupi kebutuhan ayam sesuai dengan tipe dan strain, dengan ini produksi suatu usaha peternakan dapat dicapai dengan sangat efisien


1.2              Tujuan dan Manfaat

 Adapun tujuan dari praktikum produksi ternak unggas yaitu pemeliharaan ayam broiler ini adalah agar praktikan mengatahui bagaimana cara dalam pemeliharaan ayam broiler dan faktor apa saja yang berpengaruh selama pemeliharaan dan bagaimaimana cara menghitung konsumsi dn konversi pakan ayam broiler
Sedangkan manfaat dari praktikum pemeliharaan ayam broiler adalah praktikan mengetahui bagaimana cara pemeliharaan ayam broiler, faktor apa saja yang berpengaruh selama pemeliharaan dan mengetahui bagaimana cara menghitung jumlah konsumsi dan konversi pakan ayam broiler














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Anggordi (2000), menyatakan bahwa ayam yang masih berumur rendah/muda, tingkat konsumsinya juga masih rendah. Sedangkan pada ayam yang berumur tinggi, maka tingkat konsumsinya juga akan tinggi, pertambahan bobot badan tergantug dari banyak pakan yang dikonsumsi dan factor lingkungan
Anggordi (2003), menyatakan bahwa nilai konversi ransum dapat dipenuhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah suhu lingkungan, laju perjalanan ransum melalui alat pencernaan, bentuk fisik, dan konsumsi ransum.
Anonimous,2005﴿, yang menyatakan bahwa konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikinsumsi parsatuan PBB.
Behrman,G.C., (2009), yang menyatakan bahwa semakin rendah konversi ransum adalah semakin baik karena ternak lebih efisien dalam penggunaan ransum.
Ewing (2001), menjelaskan bahwa menambahkan bahwa ayam lebih menyukai bahan –bahan makanan yang berwarna cerah.
Fadillan (2004), menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit terutama terjangkit penyakit saluran pernapasan ,pakan banyak terbuang atau terjadi kebocoran kandungan gas amonia didalam kandang
Frandson (2002), yang menyatakan bahwa ayam broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi, dengan ciri pertumbuhan pesat sebagai penghasil daging, siap dipotong pada usia relatif muda, dan menghasilkan daging berserat lunak.
Mountney (2000), mejelaskan bahwa ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang
Murtidjo (2003), yang menyatakan ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi
North, (2004), yang menyatakan bahwa konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunkan untuk menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu.
Rasyaf (2002), menyatakan bahwa ada  beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas yaitu faktor keturunan, ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat. Oleh karena itu semua zat-zat makanan yang dinamakan yang digunakan untuk hidup pada pokoknya dahulu. Akibatnya pertambahan bobot badan akan terhambat.
Rasyaf (2002), menjelaskan bahwa ayam broiler merupaakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan pemeliharaan.
Rasyaf (2002), menyatakan bahwa pada umumnya di Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg walaupun laju pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat sulit dijual.
Scott (2000), Pertambahan bobot badan yang semakin rendah pada tingkat konsumsi ransum yang sama akan menghasilkan nlai konversi ransum yang semakin besar
Wahju (2003), menyatakan bahwa kisaran bobot badan dan waktu potong tergantung dari berbagai faktor, dimana bobot akhir dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa ayam, suhu lingkungan, energi metabolis ransum dan kadar protein dalam ransum
Wahju (2003) yang menyatakan bahwa kandungan energi ransum yang sama akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama pula. Begitu pula penambahan ampas umbi garut produk fermentasi sampai dengan tingkat 20% dalam ransum, tidak meningkatkan kandungan serat kasar ransum perlakuan yang nyata.
Wahju, (2003) menyatakan konversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk setiap pertambahan berat badan
Wiradisastra (2006), menyatakan bahwa unggas mengkonsumsi ransom kira-kira setara dengan 5% dari bobot badan.
Wiradisastra (2006), yang menyatakan bahwa semakin rendah angka konversi ransum berarti kualitas ransum semaikin baik.

































BAB III
MATERI DAN METODE




3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler ini dilaksanakan setiap hari sabtu dimulai pada tanggal 25 April 2015 pada pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai dan pemeliharan dilakukan setiap hari dmulai tanggal 25 April 2015 sampai 23 Mei 2015  di kandang pemeliharaan ayam Faultas Peternakan Universitas Jambi
3.2. Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler adalah DOC 200 ekor, kandang pemeliharaan, cangkul, sapu lidi, koran, tempat pakan dan tempat minum (ampul), pakan ayam, timbangan, plastik, spidol, listrik, lampu, dan lakban
3.3. Metode
Adapun metode yang digunakan pada praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler adalah sebelum pemeliharaan kandang yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian DOC yang berjumlah 200 ekor dibagi menjadi 10 ekor perkelompok, kemudian ayam diberikan nomor kaki menggunakan lakban, setelah itu ayam dimasukan ke kandang yang telah dilasi dengan koran  dan telah dipasang lampu sesuai dengan perlakuan (komersil), kemudian ayam diberikan pakan dan minum. Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu, setiap sabtu dihitung konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi pakan setiap ayam broiler



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 4 minggu kurang lebih selama 28 hari. Ayam yang digunakan pada praktikum ini adalah ayam broiler yang merupakan stain arbor acres. Ayam broiler merupakan aya yang memiliki pertumbuhan yang cepat. Gal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (2003), yang menyatakan ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Praktikum ini menggunakan fase stater yaitu selama 0-4 minggu
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah 100% pakan komersil. Tingkat konsumsi pakan selama pemeliharaan adalah sebagai berikut

Tabel 1. Konsumsi pakan
Minggu ke-
Pakan yang diberikan (gr)
Pakan sisa (gr)
Konsumsi pakan (gr)
1
2
3
4
1500
3250
3753
3600
325
503
600
-
1175
1847
3153
3600
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa  tingkat konsumsi berbeda tiap minggunya. Konsumsi tiap minggu meningkat. Sesuai dengan pendapat Anggorodi (2000) yang menyatakan bahwa ayam yang masih berumur rendah/muda, tingkat konsumsinya juga masih rendah. Sedangkan pada ayam yang berumur tinggi, maka tingkat konsumsinya juga akan tinggi, pertambahan bobot badan tergantug dari banyak pakan yang dikonsumsi dan factor lingkungan. Konsumsi pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Namun tidak semua ayam akan memiliki bobot yang relatif sama. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi salah satunya yaitu tingkat persaingan. Jika ayam mampu bersaing diantara temannya, maka ayam tersebut dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002) yang menyatakan bahwa ayam yang ukuran badannya relatif kecil dari yang lain, maka ayam tersebut akan kalah bersaing dalam mengkonsumsi pakan
Tabel 2. Hasil pengamatan pemeliharaan ayam broiler
No kaki
Bobot (gr)
PBB (gr)
Konversi
awal
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
203
45
110
215
540
800
65
105
325
260
1,80
2,61
0,97
1,38
149
45
115
250
510
775
70
135
260
265
1,67
2,03
1.21
1,35
142
45
140
265
590
930
95
125
325
340
1,23
2,19
0,97
1,05
117
40
155
355
715
930
115
200
360
215
1,02
1,37
0,87
1,67
122
40
130
190
390
690
90
60
200
300
1,30
4,5
1,57
1,2
161
40
165
375
720
1020
125
210
345
300
0,94
1,30
0,91
1,2
120
45
140
230
500
750
95
90
270
250
1,23
3,05
1,16
1,44
162
45
160
280
520
775
115
120
240
255
1,02
2,28
1,31
1,41
136
50
115
205
460
695
65
90
255
235
1,80
3,05
1,23
1,53
144
45
150
360
670
900
105
210
310
230
1,11
1,30
1,01
1,56
Rata rata
44
138
272,5
561,5
826,5
94
134,5
289
265
1.312
2,368
1,111
1,379

Pertambahan bobot badan merupkan selisih antara bobot badan akhir penimbangan yang dikurangkan dengan bobot sebelumnya. Dari tabel diatas diketahui bahwa selama pemeliharaan terjadi penambahan berat badan dari bobot awal sampai bobot minggu 4. Banyak hal yang memepengaruhi pertambahan bobot selama pemeliharaan seperti jumlah pakan, suhu lingungan, penanganan dalam pemeliharaan, bangsa ayam, persaingan, dan jenis pakan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (2003), yang menyatakan bahwa kisaran bobot badan dan waktu potong tergantung dari berbagai faktor, dimana bobot akhir dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa ayam, suhu lingkungan, energi metabolis ransum dan kadar protein dalam ransum.
Pertambahan bobot badan yang dipengaruhi oleh jumlah pakan akan mempengaruhi tingakat konversi pada ayam. Konversi ransum adalah kemampuan ayam dalam memanfaatkan makanan yang dikonsumsi untuk meningkatkan bobot badan. Konversi ransum merupakan banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju, (2003) yang menyatakan konversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk setiap pertambahan berat badan.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai konversi ransum berbeda. Tinggi rendahnya nilai konversi ransum sangat dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang semakin rendah pada tingkat konsumsi ransum yang sama akan menghasilkan nlai konversi ransum yang semakin besar (Scott, 2000).  Pada minggu kedua tingakat rata rata tingkat konversi pakan mencapai 2,368 hal tersebut menimbulkan kerugian karena konversi berpengaruh terhadap pertambahan bobot tubuh dari pakan yang dikonsumsi, sehingga apabila konversi rendah meunjukan tanda yan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Behrman,G.C., (2009), yang menyatakan bahwa semakin rendah konversi ransum adalah semakin baik karena ternak lebih efisien dalam penggunaan ransum. Fadillan (2004), menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit terutama terjangkit penyakit saluran pernapasan ,pakan banyak terbuang atau terjadi kebocoran kandungan gas amonia didalam kandang

BAB V
PENUTUP



5.1. Kesimpulan
            Kesimpulan pada praktiku pemeliharaan ayam broiler adalah bobot bada ayam akan meningkat bila diberikan pakan secara teratur. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler seperti pakan, kandang, kebersihan, penanganan, cahaya, dan pemeliharaan karena berpengaruh terhadap bobot badan yang akan dihasilkan
5.2. Saran
 Adapun saran penulis untuk praktikum selanjutnya adalaha diharapkan praktikan lebih tepat waktu sehinnga praktikum cepat dilaksanakan dan praktikum dapat berjalan lancar













DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. R. 2000. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.

Behrman, A. D., H., Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekodjo. 2009. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ewing, W. R. 2001. Poultry Nutrition. 5thEd. The Ray Ewing Company, Publisher. Division of Hoffman Rocche Inc. Pasadena. Cal;ifornia.

Fadillah. Roni. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Frandson, M. R. 2002. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

North, M. O. and D. D. Bell. 2004. Commercial Chicken Product Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold. New York.

Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Keemp[at Belas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 2000. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M. L. Scott and Associate. Ithaca. New York.

Wahju, J. 2003. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wiradisastran, G. dan W. J. A. Payne. 2006. Pengantar Peternakan di Daerah  Tropis. Gadjah Mada University. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...