BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Unggas adalah salah satu ternak yang diharapkan mampu
mencukupi kebutuhan protein di Indonesia karena harganya yang relatif murah dan
juga mengandung zat gizi yang lengkap dalam pemenuhan gizi masyarakat. Saat ini industri peternakan ayam
modern telah banyak berdiri khususnya untuk menghasilkan ayam pedaging meliputi
budi daya ayam broiler (forming operation) dan industi pengolahan daging ayam
yang semuanya ditujukan demi pmbangunandalam bidangpertanian maupun peternakan
Ayam pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu).
Bibit ayam yang baik memiliki ciri yaitu sehat dan lincah, tubuh gemuk (bentuk
tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam
dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan ayam pedaging untuk menghasilkan
daging seperti dari pakan, bibit, dan sistem pemeliharaan yang baik.
Pemeliharaan ayam broiler membutuhkan penanganan yang intensif karena sistim
pemeliharaan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan yang
optimal. Sistem pemeliharaan ini meliputi pemberian pakan dan minum, pencegahan
dan pengendalian penyakit serta perkandangan. Lokasi kandang Kandang ideal
terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana
transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur.
Formula pakan yang disusun sudah melalui
perhitungan yang cermat, sehingga pakan yang diberikan kaandungan zat pakan
atau makanan (nutrisi ) yang mencakupi kebutuhan ayam sesuai dengan tipe dan
strain, dengan ini produksi suatu usaha peternakan dapat dicapai dengan sangat
efisien
1.2
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum produksi ternak
unggas yaitu pemeliharaan ayam broiler ini adalah agar praktikan mengatahui
bagaimana cara dalam pemeliharaan ayam broiler dan faktor apa saja yang
berpengaruh selama pemeliharaan dan bagaimaimana cara menghitung konsumsi dn
konversi pakan ayam broiler
Sedangkan
manfaat dari praktikum pemeliharaan ayam broiler adalah praktikan mengetahui
bagaimana cara pemeliharaan ayam broiler, faktor apa saja yang berpengaruh
selama pemeliharaan dan mengetahui bagaimana cara menghitung jumlah konsumsi
dan konversi pakan ayam broiler
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anggordi (2000), menyatakan
bahwa ayam yang masih berumur rendah/muda, tingkat konsumsinya juga masih
rendah. Sedangkan pada ayam yang berumur tinggi, maka tingkat konsumsinya juga
akan tinggi, pertambahan bobot badan tergantug dari banyak pakan yang
dikonsumsi dan factor lingkungan
Anggordi (2003), menyatakan bahwa nilai konversi ransum dapat dipenuhi oleh
beberapa factor, diantaranya adalah suhu lingkungan, laju
perjalanan ransum melalui alat pencernaan, bentuk fisik, dan konsumsi ransum.
Anonimous,﴾2005﴿, yang menyatakan
bahwa konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikinsumsi
parsatuan PBB.
Behrman,G.C.,
(2009), yang menyatakan bahwa semakin rendah konversi ransum adalah semakin
baik karena ternak lebih efisien dalam penggunaan ransum.
Ewing (2001), menjelaskan bahwa
menambahkan bahwa ayam lebih menyukai bahan
–bahan makanan yang berwarna cerah.
Fadillan (2004), menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi
adalah ayam sakit terutama terjangkit penyakit saluran pernapasan ,pakan banyak
terbuang atau terjadi kebocoran kandungan gas amonia didalam kandang
Frandson (2002), yang menyatakan bahwa ayam broiler adalah istilah
untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomi, dengan ciri pertumbuhan pesat sebagai penghasil daging,
siap dipotong pada usia relatif muda, dan menghasilkan daging berserat lunak.
Mountney (2000), mejelaskan bahwa ayam broiler yang baik adalah
ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada
karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang
Murtidjo (2003),
yang menyatakan ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak
lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging
dalam waktu yang relatif cepat dan sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah
dapat dipasarkan atau dikonsumsi
North, (2004), yang menyatakan bahwa konversi ransum merupakan
suatu ukuran yang dapat digunkan untuk menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum
adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu.
Rasyaf
(2002), menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas yaitu faktor
keturunan, ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam amino
dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat. Oleh karena itu
semua zat-zat makanan yang dinamakan yang digunakan untuk hidup pada pokoknya
dahulu. Akibatnya pertambahan bobot badan akan terhambat.
Rasyaf (2002), menjelaskan bahwa ayam broiler merupaakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu.
Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu
sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic
dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperature
lingkungan dan pemeliharaan.
Rasyaf (2002), menyatakan bahwa pada umumnya di Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan
pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg walaupun
laju pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler
yang sudah berat sulit dijual.
Scott
(2000), Pertambahan bobot badan yang semakin rendah pada tingkat konsumsi
ransum yang sama akan menghasilkan nlai konversi ransum yang semakin besar
Wahju (2003), menyatakan bahwa kisaran bobot badan dan
waktu potong tergantung dari berbagai faktor, dimana bobot akhir dipengaruhi
oleh jenis kelamin, bangsa ayam, suhu lingkungan, energi metabolis ransum dan
kadar protein dalam ransum
Wahju (2003) yang menyatakan bahwa kandungan energi
ransum yang sama akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama pula. Begitu pula
penambahan ampas umbi garut produk fermentasi sampai dengan tingkat 20% dalam
ransum, tidak meningkatkan kandungan serat kasar ransum perlakuan yang nyata.
Wahju,
(2003) menyatakan konversi ransum
adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk setiap pertambahan berat badan
Wiradisastra (2006), menyatakan bahwa unggas
mengkonsumsi ransom kira-kira setara dengan 5% dari bobot badan.
Wiradisastra (2006), yang menyatakan bahwa semakin rendah angka
konversi ransum berarti
kualitas ransum semaikin baik.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum produksi ternak unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler
ini dilaksanakan setiap hari sabtu dimulai pada tanggal 25 April 2015 pada
pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai dan pemeliharan dilakukan setiap hari
dmulai tanggal 25 April 2015 sampai 23 Mei 2015 di kandang pemeliharaan ayam Faultas
Peternakan Universitas Jambi
3.2. Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum produksi ternak
unggas mengenai pemeliharaan ayam broiler adalah DOC 200 ekor, kandang
pemeliharaan, cangkul, sapu lidi, koran, tempat pakan dan tempat minum (ampul),
pakan ayam, timbangan, plastik, spidol, listrik, lampu, dan lakban
3.3. Metode
Adapun metode yang digunakan pada praktikum produksi ternak unggas
mengenai pemeliharaan ayam broiler adalah sebelum pemeliharaan kandang yang
akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian DOC yang berjumlah 200
ekor dibagi menjadi 10 ekor perkelompok, kemudian ayam diberikan nomor kaki
menggunakan lakban, setelah itu ayam dimasukan ke kandang yang telah dilasi
dengan koran dan telah dipasang lampu
sesuai dengan perlakuan (komersil), kemudian ayam diberikan pakan dan minum.
Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu, setiap sabtu dihitung konsumsi,
pertambahan bobot badan dan konversi pakan setiap ayam broiler
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeliharaan
ayam broiler dilaksanakan selama 4 minggu kurang lebih selama 28 hari. Ayam yang digunakan pada praktikum ini adalah
ayam broiler yang merupakan stain arbor acres. Ayam
broiler merupakan aya yang memiliki pertumbuhan yang cepat. Gal ini sesuai
dengan pendapat Murtidjo (2003),
yang menyatakan ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak
lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging
dalam waktu yang relatif cepat dan sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah
dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Praktikum ini menggunakan fase stater yaitu selama 0-4 minggu
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan
adalah 100% pakan komersil. Tingkat konsumsi pakan selama pemeliharaan adalah
sebagai berikut
Tabel 1. Konsumsi pakan
Minggu ke-
|
Pakan yang diberikan (gr)
|
Pakan sisa (gr)
|
Konsumsi pakan (gr)
|
1
2
3
4
|
1500
3250
3753
3600
|
325
503
600
-
|
1175
1847
3153
3600
|
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi berbeda tiap minggunya.
Konsumsi tiap minggu meningkat. Sesuai dengan pendapat Anggorodi
(2000) yang menyatakan bahwa ayam yang masih berumur rendah/muda, tingkat
konsumsinya juga masih rendah. Sedangkan pada ayam yang berumur tinggi, maka
tingkat konsumsinya juga akan tinggi, pertambahan bobot badan tergantug dari
banyak pakan yang dikonsumsi dan factor lingkungan. Konsumsi pakan akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Namun tidak semua ayam akan memiliki
bobot yang relatif sama. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi salah
satunya yaitu tingkat persaingan. Jika ayam mampu bersaing diantara temannya,
maka ayam tersebut dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002) yang menyatakan bahwa ayam yang ukuran badannya relatif kecil dari yang
lain, maka ayam tersebut akan kalah bersaing dalam mengkonsumsi pakan
Tabel 2. Hasil pengamatan pemeliharaan ayam broiler
No kaki
|
Bobot (gr)
|
PBB (gr)
|
Konversi
|
||||||||||
awal
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
|
203
|
45
|
110
|
215
|
540
|
800
|
65
|
105
|
325
|
260
|
1,80
|
2,61
|
0,97
|
1,38
|
149
|
45
|
115
|
250
|
510
|
775
|
70
|
135
|
260
|
265
|
1,67
|
2,03
|
1.21
|
1,35
|
142
|
45
|
140
|
265
|
590
|
930
|
95
|
125
|
325
|
340
|
1,23
|
2,19
|
0,97
|
1,05
|
117
|
40
|
155
|
355
|
715
|
930
|
115
|
200
|
360
|
215
|
1,02
|
1,37
|
0,87
|
1,67
|
122
|
40
|
130
|
190
|
390
|
690
|
90
|
60
|
200
|
300
|
1,30
|
4,5
|
1,57
|
1,2
|
161
|
40
|
165
|
375
|
720
|
1020
|
125
|
210
|
345
|
300
|
0,94
|
1,30
|
0,91
|
1,2
|
120
|
45
|
140
|
230
|
500
|
750
|
95
|
90
|
270
|
250
|
1,23
|
3,05
|
1,16
|
1,44
|
162
|
45
|
160
|
280
|
520
|
775
|
115
|
120
|
240
|
255
|
1,02
|
2,28
|
1,31
|
1,41
|
136
|
50
|
115
|
205
|
460
|
695
|
65
|
90
|
255
|
235
|
1,80
|
3,05
|
1,23
|
1,53
|
144
|
45
|
150
|
360
|
670
|
900
|
105
|
210
|
310
|
230
|
1,11
|
1,30
|
1,01
|
1,56
|
Rata rata
|
44
|
138
|
272,5
|
561,5
|
826,5
|
94
|
134,5
|
289
|
265
|
1.312
|
2,368
|
1,111
|
1,379
|
Pertambahan bobot badan merupkan selisih antara bobot badan akhir
penimbangan yang dikurangkan dengan bobot sebelumnya. Dari tabel diatas
diketahui bahwa selama pemeliharaan terjadi penambahan berat badan dari bobot
awal sampai bobot minggu 4. Banyak hal yang memepengaruhi pertambahan bobot
selama pemeliharaan seperti jumlah pakan, suhu lingungan, penanganan dalam
pemeliharaan, bangsa ayam, persaingan, dan jenis pakan yang diberikan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wahju (2003), yang menyatakan
bahwa kisaran bobot badan dan waktu potong tergantung dari berbagai faktor,
dimana bobot akhir dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa ayam, suhu
lingkungan, energi metabolis ransum dan kadar protein dalam ransum.
Pertambahan
bobot badan yang dipengaruhi oleh jumlah pakan akan mempengaruhi tingakat
konversi pada ayam. Konversi ransum adalah kemampuan ayam dalam memanfaatkan
makanan yang dikonsumsi untuk meningkatkan bobot badan. Konversi
ransum merupakan banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap
kilogram pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wahju, (2003) yang
menyatakan konversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk setiap
pertambahan berat badan.
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai konversi ransum berbeda. Tinggi
rendahnya nilai konversi ransum sangat dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan
pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang semakin rendah pada
tingkat konsumsi ransum yang sama akan menghasilkan nlai konversi ransum yang
semakin besar (Scott, 2000). Pada minggu
kedua tingakat rata rata tingkat konversi pakan mencapai 2,368 hal tersebut
menimbulkan kerugian karena konversi berpengaruh terhadap pertambahan bobot
tubuh dari pakan yang dikonsumsi, sehingga apabila konversi rendah meunjukan
tanda yan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Behrman,G.C., (2009), yang
menyatakan bahwa semakin rendah konversi ransum adalah semakin baik karena
ternak lebih efisien dalam penggunaan ransum. Fadillan (2004), menyatakan bahwa beberapa
penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit terutama terjangkit penyakit
saluran pernapasan ,pakan banyak terbuang atau terjadi kebocoran kandungan gas
amonia didalam kandang
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktiku pemeliharaan ayam broiler
adalah bobot bada ayam akan meningkat bila diberikan pakan secara teratur.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler seperti
pakan, kandang, kebersihan, penanganan, cahaya, dan pemeliharaan karena
berpengaruh terhadap bobot badan yang akan dihasilkan
5.2. Saran
Adapun saran penulis untuk praktikum selanjutnya
adalaha diharapkan praktikan lebih tepat waktu sehinnga praktikum cepat
dilaksanakan dan praktikum dapat berjalan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. R. 2000. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Behrman, A. D., H., Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo
dan S. Lebdosoekodjo. 2009. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ewing, W. R. 2001. Poultry Nutrition. 5thEd. The Ray Ewing Company,
Publisher. Division of Hoffman Rocche Inc. Pasadena. Cal;ifornia.
Fadillah. Roni.
2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Frandson, M. R. 2002. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit
Angkasa. Bandung.
Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius.
Yogyakarta.
North, M. O. and D. D. Bell. 2004. Commercial Chicken Product
Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold. New York.
Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Keemp[at Belas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 2000. Nutrition of The
Chicken. 3rd Ed. M. L. Scott and Associate. Ithaca. New York.
Wahju, J. 2003. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Wiradisastran, G. dan W. J. A. Payne. 2006. Pengantar Peternakan di
Daerah Tropis. Gadjah Mada University.
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar