BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu menghasilkan susu
melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau dan lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan
produksi susu. Industri ternak prah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia
untuk memproduksi susu melebih kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan
anaknya. Di
Indonesia banyak jenis sapi perah tetapi yang paling banyak berkembang adalah
sapi perah FH atau keturunanya PFH
Susu merupakan Susu adalah sekresi
susu yang praktis bebas dari kolesterum yang diperoleh dari pemerahan sempurna
dari seekor sapi atau lebih. Susu tidak
saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak kambing. Susu
merupakan hasil utama dari ternak selain daging dan telur yang sangat diminati
oleh masyarakat dan susu sangat bermamfaat bagi kebutuhan manusia tetapi
juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu sendiri
Sapi perah adalah suatu jenis
sapi yang dipelihara dengan tujuan untukm menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah
yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein Sapi-sapi perah di
Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah bangsa FH import dan
turunannya. Sapi
perah termasuk ternak homeostatis yang mana keadaan fisiologis tubuhnya
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara
dan radiasi sinar matahari. Keadaan ini yang menyebabkan sapi perah harus dipelihara dengan manajemen yang baik agar produksi
utamanya yaitu susu dapat dihasilkan maksimal baik secara kualitas maupun
kuantitas. Oleh karena itu manajemen
merupakan kunci kegiatan yang sepenuhnya bergabung pada kualitas manusianya
sebagai subyek pemeran utama. Aspek manajemen tidak dapat dihitung
jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum
manajemen ternak perah adalah agar praktikan mengetahui bangsa sapi
perah yang ada di fapet farm , sistem pemerahan, sistem perkandangan, makanan,
dan lingkungan sapi perah
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum
manajemen ternak perah adalah praktikan mengetahui bangsa sapi perah
yang ada di fapet farm , cara pemerahan,
sistem perkandangan, makanan yang diberikan, dan keadaan lingkungan sapi perah, dan manajemen
ternak perah
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Darmono
(2002), menyataan konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji-bijian
atau hasil samping dari pengolahan suatu produk, misalnya bungkil kacang,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, dan lain-lain
Ensminger
(2000), menyatakan pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi
kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar
kurang dari 18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan
didalam pakan keseluruhannya
Hidayat
(2001), menyatakan pemberian
konsentrat diberikan sebelum sapi diperah dengan jumlah 1-2 kg/ekor/hari atau
sebanyak 1-2% bobot badan sapi tersebut dan pakan hijauan yang diberikan
setelah pemerahan susu sebanyak 30-50 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot badan
sapi
Muljana (2005),
menyataan fase persiapan yang harus dilakukan antara lain sapi yang akan
diperah harus dibersihkan dari segala macam kotoran, tempat dan peralatan harus
telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih
Muljana
(2005), menyatakan pemerahan dengan tangan harus dilakukan dengan
memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita
tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara yang
mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya memegang
puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan baik
Nurdin (2011),
menyatakan kandang merupakan bagian penting yang harus ada dalam suatu
perusahaan peternakan sapi perah. kandang adalah bangunan sebagai tempat
tinggal ternak, yang ditujukan untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari
luar yang merugikan seperti terik matahari, hujan, angin, gangguan binatang
buas, serta untuk memudahkan dalam pengelolaan
Prihadi (2003), meyatakan
Pemerahan sapi
dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan mesin pemerah.
Putra
(2009), menyatakan tujuan dari pemerahan
adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila
pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu
cepat dan produksi total menjadi menurun
Siregar (2000),
menyatakan penyakit pada sapi perah akan dapat menimbulkan kerugian ekonomis
yang tidak sedikit yaitu terlambatnya pertumbuhan sapi muda dan kematian
Sudono
et al., (2003), menyatakan limbah
sapi dapat berupa kotoran/ feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang
dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyaraka hal ini disebabkan harga pupuk
kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi
kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan.
Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari
bahan tambahan yang digunakan
Sudono.,et al (2003), menyatakan sapi Fries Holland atau FH
berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi
ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat
Holstein dan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi
perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa
lainnya, tetapi kadar lemak susunya rendah.
Sebagai gambaran, rataan produksi susu sapi FH di Amerika
Serikat rata-rata 7.245 kg/laktasi dengan kadar lemak 3,65 %
Syarief dan Harianto
(2011), menyataan sebelum diperah sapi dimandikan
terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas
ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat
serta setiap puting dicek kesehatannya
Syarief dan Harianto
(2011), menyatakan selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang
telah dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali
dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam
cairan desinfektan selama 4 detik. Semua peralatan yang
digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan.
Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian
disaring agar kotoran saat pemerahan tidak
ikut masuk ke dalam susu
BAB III
MATERI DAN
METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Manajemen Ternak Perah dilaksanakan pada hari Sabtu sampai Rabu dimulai dari tanggal 18 April sampai 22 April
2015 yang dilaksanakan pada pukul 05.30 dan pukul 15.30 di Fapet Farm Fakultas
Peternakan Universitas Jambi
3.2. Materi
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum manajemen ternak perah adalah ember, baskom, sikat, sabun,
lotion, sapu lidi, sekop, troli, tali, arit,selang, lap, timbangan, dan karung
3.3. Metoda
Adapun metoda yang digunakan pada
praktikum manajemen ternak perah yaitu sanitasi adalah kandang dibersihkan dua
kali sehari yaitu pagi dan sore hari, kotoran sapi dibersihkan menggunakan
sekop kemudian kotoran yang sudah kering dipindahkan menggunakan troli,
kemudian sapi dimandikan menggunakan sikat dan air, semua bagian tubuh sapi dibersihkan
dari kotoran, kemudian kandang juga dibersihkan dari kotoran dan sisa pakan,
kemudian tempat pakan dibersihkan dari pakan hijauan yang tersisa, lantai
kandang dibersihkan menggunakan sapu lidi dan disiram air. Setelah semua
bersih, sapi diberi pakan hijauan sebanyak 1,5 kg dan konsentrat sebanyak 4,5
kg.
Pada pemerahan susu sapi metoda yang
digunakan adalah sapi dimandikan, setelah itu diberi pakan hijauan dan
konsentrat, lalu ekor sapi diikat dibagian kaki sapi. Bersihan ambing dan
bagian sekitar ambing menggunakan lap basah sampai bersih dari kotoran,
kemudian tangan pemerah diberi lotion untuk mempermudah pemerahan. Lalu perah
susu yang pertama keluar kemudian buang. Setelah itu susu sapi siap diperah
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Sanitasi
Sapi
perah yang ada di Fapet Farm Universitas Jambi merupakan sapi FH yang berjumlah
5 ekor. Sapi FH (Friesian Holstein/Fries Holland) merupakan sapi yang berasal dari provinsi Friesien negeri Belanda dan memiliki produksi susu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono.,et al (2003) yang menyatakan sapi Fries Holland atau FH
berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi
ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat
Holstein dan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi
perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa
lainnya, tetapi kadar lemak susunya rendah. Sebagai
gambaran, rataan produksi susu sapi FH di Amerika Serikat rata-rata
7.245 kg/laktasi dengan kadar lemak 3,65 % .
Sapi perah yang dipelihara atau
ditempatkan disuatu kandang bertipe head to head dengan jenis kandang individu.
Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak dari teriknya matahar, hujan,
binatang buas, dan gangguan lainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurdin
(2011), yang menyatakan kandang merupakan bagian penting yang harus ada dalam
suatu perusahaan peternakan sapi perah. kandang adalah bangunan sebagai tempat
tinggal ternak, yang ditujukan untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari
luar yang merugikan seperti terik matahari, hujan, angin, gangguan binatang
buas, serta untuk memudahkan dalam pengelolaan. Oleh karena itu kandang harus
sesuai untuk ternak baik lokasi, konstruksi dan kebersihan kandang.
Pada praktikum manejemen ternak perah setiap kelompok membersihkan sapi dan
kandang. Sapi dimandikan dan dibersihkan setiap dua kali dalam 1 hari yaitu
pagi dan sore. Pagi sekitar pukul 05.30 sampai selesai dan sore hari pada pukul
16.00 sampai selesai. Sapi dimandikan
menggunakan sikat dan air, semua bagian tubuh sapi dibersihkan dari kotoran.
Hal ini bertujuan agar sapi tetap bersih dan terhindar dari penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2000) yang menyatakan penyakit
pada sapi perah akan dapat menimbulkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit
yaitu terlambatnya pertumbuhan sapi muda dan kematian.
Selain
sapi, kebersihan kandang juga harus diperhatikan. Pada praktikum manejemn
ternak perah kandang dibersihkan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, kemudian tempat pakan juga dibersihkan dari kotoran dan sisa pakan
yang tertinggal. Kotoran sapi dibersihkan dengan menggunakan sekop, kemudian
kotoran yang sudah kering dipindahkan menggunakan troli ke penampungan feses untuk
dimanfaatan menjadi pupuk. Pemanfaatan feses menjadi pupuk organik sekarang
banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono et al., (2003) yang menyatakan limbah sapi dapat berupa kotoran/ feses dan air
seni. Saat ini, limbah sapi yang dijadikan kompos atau pupuk organik banyak
diminati masyarakat. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan
merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan
dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi
ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang
digunakan.
4.2. Manajemen Pakan
Pakan memiliki peran penting untuk
sapi perah yaitu untuk meningkatkan produksi susu, untuk memenuhi kebutuhan
pokok, pertumbuhan maupun untuk produksi lainya. Pemberian pakan pada sapi
perah di fapet farm diberi pakan hijauan sebanyak 1,5 kg dan konsentrat
sebanyak 4,5 kg. Pakan hijauan berupa rumput gajah, rumput raja, setaria, daun
ubi, rumput paitan, dan rumput kumpai. Sedangkan konsentrat yang diberikan
adalah ampas tahu, dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, top mix, dan air. Hal
ini sesuai dengan pendapat Darmono (2002) yang menyataan konsentrat adalah
pakan ternak yang berasal dari biji-bijian atau hasil samping dari pengolahan
suatu produk, misalnya bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak
padi, dan lain-lain. Konsentrat
diberikan dengan perbandingan 3:5:1:1 yaitu 3 kg ampas tahu, 500 gram dedak, 1
kg bungkil kelapa, dan 1 kg bungkil kedelai, garam diberikan sebanyak 1
genggaman tangan dan air secukupya. Pakan konsentrat dapat membantu menamba
kekurangan gizi pada pakan hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ensminger (2000) yang menyatakan pakan konsentrat merupakan komposisi pakan
yang dilengkapi kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan
serat kasar kurang dari 18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan
zat makanan didalam pakan keseluruhannya
Hijauan
diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore, sedangkan konsentarat diberikan 1 kali sehari yaitu sebelum pemerahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat
(2001) yang menyatakan pemberian konsentrat diberikan sebelum
sapi diperah dengan jumlah 1-2 kg/ekor/hari atau sebanyak 1-2% bobot badan sapi
tersebut dan pakan hijauan yang diberikan setelah pemerahan susu sebanyak 30-50
kg/ekor/hari atau 10% dari bobot badan sapi. Pakan hijauan diberikan setelah
pemerahan agar mikrobia dalam rumen dapat dimanfaatkan dan karbohidrat dapat
dicerna. Tersedianya pakan yang memenuhi standar kebutuhan sapi perah dapat
mendukung peningkatan produksi susu yang diinginkan. Oleh karena itu, untuk
memperoleh hasil produksi susu yang optimal dalam pemeliharaan sapi perah harus
memeperhatikan mengenai penyediaan pakan yang sesuai kebutuhan
4.3. Manajemen Pemerahan
Sapi
perha FH adalah jenis dapi yang mampu menghasilkan susu yang dengan jumlah yang
banyak. Sapi perah termasuk ternak homeostatis yang mana keadaan fisiologis tubuhnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
seperti suhu udara, kelembaban udara dan radiasi sinar matahari. Keadaan ini yang
menyebabkan sapi perah harus dipelihara
dengan manajemen yang baik agar produksi utamanya yaitu susu dapat dihasilkan
maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pemerahan adalah proses pengeluaran
susu dari ambing sapi yang dapat dimanfaatkan. Pemerahan
bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Putra (2009) yang menyatakan tujuan dari pemerahan adalah untuk
mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak
sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi
total menjadi menurun
Terdapat
tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan
pasca pemerahan. Pada tahap pra pemerahan hal-hal yang dilakuakan adalah
sebelum pemerahan dilakukan pembersihan kandang, sapi, dan alat yang akan
digunakan harus dibersihkan dan dihilangkan dari bau-bauan,
baik yang berasal dari kotoran sapi maupun dari makanan atau hijauan yang
berbau (silage), karena air susu sangat mudah menyerap bau bauan yang dapat mempengaruhi kualitas air susu yang akan
diperah. Hal ini sesuai dengan pendapat Muljana (2005) yang menyataan fase
persiapan yang harus dilakukan antara lain sapi yang akan diperah harus
dibersihkan dari segala macam kotoran, tempat dan peralatan harus telah
disediakan dan dalam keadaan yang bersih. Setelah itu sebelum pemerahan ,
pemerah juga harus dalam keadaan bersih, kemudian ekor sapi diikat dibagian
sapi agar tidak mengganggu dalam proses pemerahan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Syarief dan Harianto (2011) yang menyataan sebelum diperah
sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar
tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam
keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya. Kemudian
bagian di sekitar ambing sapi dibersihkan menggunakan air hangat, setelah itu
bagian tangan pemerah diberikan lotion agar mempermudah dalam proses pemerahan
dan tidak menyakiti sapi. Kemudian susu yang pertama dikeluarkan dari ambing.
Hal ini bettujuan untuk mengeluarkan susu yang yang kotor terlebih dahulu
sebelum susu selnjutnya di tampung. Sebelum pemerahan sapi terlebih dahulu
diberi pakan hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan konsentrat bertujuan untuk
menambah produksi susu yang akan dihasilkan
Kemudian
dilanjutkan tahap kedua yaitu pemerahan. Pemerahan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara langsung menggunakan tangan dan menggunakan alat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Prihadi (2003) yang meyatakan Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan
tangan ataupun dengan mesin pemerah. Pemerahan yang
dilakukan pada sapi perah fapet farm menggunkan sistem perah secara langsung
yaitu striping. Ada 3 jenis pemerahan menggunkan tangan secara langsung yaitu
whole hand, striping, dan knevlen. Pemerah dilakukan dengan menarik puting sapi
kebawah secara perlahan sehingga susu dapat keluar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Muljana (2005) yang menyatakan pemerahan dengan tangan harus dilakukan
dengan memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari
kita tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara yang
mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya memegang
puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan baik . Proses
pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan
dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas dengan
menggunakan prosedur sanitasi, serta efisien
Selanjutnya
pada tahap ketiga yaitu pasca pemerahan. Setelah pemerahan selesai, ambing
dibersihkan menggunkan kain dengan air hangat kemudian dikeringkan menggunakan
kain kering dan semua alat yang digunakan juga dibersihkan, bagian ekor sapi
yang diikat dilepas. Kemudian hasil produksi susu ditimbang dan dictat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Syarief dan Harianto (2011), yang menyatakan selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang
telah dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan
kain yang kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam cairan
desinfektan selama 4 detik. Semua peralatan yang digunakan
untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu
hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring
agar kotoran saat pemerahan tidak ikut
masuk ke dalam susu. Dari
hasil pemerahan yang dilakukan selama lima hari diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 1. Data hasil produksi susu sapi perah di Fapet Farm
No
|
Kelompok
|
Produksi /hari (liter)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
A1-A3
|
3,0
|
2,5
|
1,7
|
2,0
|
2,8
|
2
|
A4-A6
|
2,5
|
4,5
|
2,3
|
2,4
|
2,4
|
3
|
A7-B1
|
3,4
|
3,5
|
3,8
|
5,4
|
3,3
|
4
|
B2-B4
|
1,3
|
3,1
|
3,0
|
4,2
|
3,0
|
5
|
B5-B7
|
3,4
|
4,0
|
3,2
|
3,4
|
3,4
|
6
|
C1-C3
|
3,25
|
4,25
|
4,45
|
4,55
|
4,2
|
7
|
C4-C6
|
2,8
|
2,8
|
3,03
|
2,8
|
4,3
|
8
|
C7-D1
|
4,8
|
3,0
|
3,35
|
3,15
|
2,7
|
9
|
D2-D4
|
2,50
|
4,15
|
2,5
|
3,25
|
3,80
|
10
|
D5-D7
|
3,3
|
3,1
|
2,7
|
4,45
|
3,7
|
11
|
D8-E2
|
3,1
|
4,1
|
3,8
|
3,05
|
3,25
|
12
|
E3-E5
|
2,75
|
3,1
|
3,25
|
3,25
|
2,6
|
Dari
tebel diatas dapat dilihat bahwa produksi susu berbeda. Banyak faktor yag
mempengaruhi dari perbedaan hasil produksi susu tersebut selama pratikum
pemeraha di Fapet Fam seperti pemerah yang bergantian oleh praktikan,
Kebersihan yang kurang, cara pemerahan yang slah, dan sapi stres.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
praktikum manajemen ternak perah adalah
dalam pemeliharaan sapi perah, perlu adanya manajemen yang tertata, baik
sanitasi, pakan, maupun pemerahan. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah
untuk memperoleh produksi susu yang maksimal sehingga sangat diperlukan
sanitasi, kandang dan pakan yang baik karena berpegaruh terhadap produksi susu
yang dihasilkan
5.2. Saran
Adapun saran penulis untuk praktium
manajemen ternak perah adalah diharapkan dalam pelaksanaan praktikum tepat
waktu, kemudian diharapkan kekompakan setiap anggota kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, S. 2002. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Gajah
Mada. Puspaswara. Jakarta.
Ensminger, M. E. 2000. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State Printers Publisher,
Inc. Dancilles, Illionois.
Hadiyat. 2001. Ilmu
Pengelolaan Peternakan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Muljana, W. 2005. Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu. Semarang.
Nurdin, E., 2011. Manajemen Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta
Prihadi.
2003. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.
Putra, A.
2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi
Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro, Semarang
Siregar,
Soribasya, M.S. 2000. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudono, A., Rosdiana, F., Setiawan, B.S. 2000. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta Sudono, A. 1984. Pedoman Beternak Sapi
Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak
dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar