Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Semester Manajemen Ternak Perah (MTP) Fakultas Peternakan Universitas Jambi



BAB I
PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang


Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau dan lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu. Industri ternak prah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia untuk memproduksi susu melebih kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan anaknya. Di Indonesia banyak jenis sapi perah tetapi yang paling banyak berkembang adalah sapi perah FH atau keturunanya PFH
Susu merupakan Susu adalah sekresi susu yang praktis bebas dari kolesterum yang diperoleh dari pemerahan sempurna dari seekor sapi atau lebih. Susu tidak saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak kambing. Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging dan telur yang sangat diminati oleh masyarakat  dan susu sangat bermamfaat bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu sendiri
Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untukm menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein Sapi-sapi perah di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah bangsa FH import dan turunannya. Sapi perah termasuk ternak homeostatis yang mana keadaan fisiologis tubuhnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara dan radiasi sinar matahari. Keadaan ini yang menyebabkan sapi perah harus dipelihara dengan manajemen yang baik agar produksi utamanya yaitu susu dapat dihasilkan maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu manajemen merupakan kunci kegiatan yang sepenuhnya bergabung pada kualitas manusianya sebagai subyek pemeran utama.  Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen
1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum  manajemen ternak perah adalah agar praktikan mengetahui bangsa sapi perah yang ada di fapet farm , sistem pemerahan, sistem perkandangan, makanan, dan lingkungan sapi perah

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum  manajemen ternak perah adalah praktikan mengetahui bangsa sapi perah yang ada di fapet farm , cara  pemerahan, sistem perkandangan, makanan yang diberikan, dan  keadaan lingkungan sapi perah, dan manajemen ternak perah






























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Darmono (2002), menyataan konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji-bijian atau hasil samping dari pengolahan suatu produk, misalnya bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, dan lain-lain
Ensminger (2000), menyatakan pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan didalam pakan keseluruhannya
Hidayat (2001), menyatakan pemberian konsentrat diberikan sebelum sapi diperah dengan jumlah 1-2 kg/ekor/hari atau sebanyak 1-2% bobot badan sapi tersebut dan pakan hijauan yang diberikan setelah pemerahan susu sebanyak 30-50 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot badan sapi
Muljana (2005), menyataan fase persiapan yang harus dilakukan antara lain sapi yang akan diperah harus dibersihkan dari segala macam kotoran, tempat dan peralatan harus telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih
Muljana (2005), menyatakan pemerahan dengan tangan  harus dilakukan dengan memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara yang mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya memegang puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan baik
Nurdin (2011), menyatakan kandang merupakan bagian penting yang harus ada dalam suatu perusahaan peternakan sapi perah. kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggal ternak, yang ditujukan untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang merugikan seperti terik matahari, hujan, angin, gangguan binatang buas, serta untuk memudahkan dalam pengelolaan
Prihadi (2003), meyatakan Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan mesin pemerah.
Putra (2009), menyatakan tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi  menurun
Siregar (2000), menyatakan penyakit pada sapi perah akan dapat menimbulkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit yaitu terlambatnya pertumbuhan sapi muda dan kematian
Sudono et al., (2003), menyatakan limbah sapi dapat berupa kotoran/ feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyaraka hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan
Sudono.,et al (2003), menyatakan sapi Fries Holland  atau  FH  berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau  disingkat  Holstein dan di Eropa disebut Friesian.  Sapi  FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa lainnya,  tetapi  kadar  lemak  susunya  rendah.  Sebagai gambaran, rataan produksi  susu  sapi FH di Amerika Serikat rata-rata 7.245 kg/laktasi dengan kadar  lemak 3,65 %
Syarief dan Harianto (2011), menyataan sebelum  diperah  sapi  dimandikan  terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak  mengibas-ibas ketika diperah,  pemerah juga harus  dalam  keadaan  sehat serta setiap puting dicek kesehatannya
Syarief dan Harianto (2011), menyatakan selesai diperah, ambing dilap  menggunakan  kain  yang  telah dibasahi oleh  desinfektan.  Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting  juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik. Semua  peralatan  yang  digunakan  untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan.  Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian  disaring  agar  kotoran  saat  pemerahan  tidak  ikut  masuk ke dalam susu

BAB III
MATERI DAN METODA



3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Ternak Perah dilaksanakan pada hari Sabtu sampai Rabu  dimulai dari tanggal 18 April sampai 22 April 2015 yang dilaksanakan pada pukul 05.30 dan pukul 15.30 di Fapet Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi

3.2. Materi

            Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum manajemen ternak perah adalah ember, baskom, sikat, sabun, lotion, sapu lidi, sekop, troli, tali, arit,selang, lap, timbangan, dan karung

3.3. Metoda

            Adapun metoda yang digunakan pada praktikum manajemen ternak perah yaitu sanitasi adalah kandang dibersihkan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, kotoran sapi dibersihkan menggunakan sekop kemudian kotoran yang sudah kering dipindahkan menggunakan troli, kemudian sapi dimandikan menggunakan sikat dan air, semua bagian tubuh sapi dibersihkan dari kotoran, kemudian kandang juga dibersihkan dari kotoran dan sisa pakan, kemudian tempat pakan dibersihkan dari pakan hijauan yang tersisa, lantai kandang dibersihkan menggunakan sapu lidi dan disiram air. Setelah semua bersih, sapi diberi pakan hijauan sebanyak 1,5 kg dan konsentrat sebanyak 4,5 kg.
            Pada pemerahan susu sapi metoda yang digunakan adalah sapi dimandikan, setelah itu diberi pakan hijauan dan konsentrat, lalu ekor sapi diikat dibagian kaki sapi. Bersihan ambing dan bagian sekitar ambing menggunakan lap basah sampai bersih dari kotoran, kemudian tangan pemerah diberi lotion untuk mempermudah pemerahan. Lalu perah susu yang pertama keluar kemudian buang. Setelah itu susu sapi siap diperah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Sanitasi


       Sapi perah yang ada di Fapet Farm Universitas Jambi merupakan sapi FH yang berjumlah 5 ekor. Sapi FH (Friesian Holstein/Fries Holland) merupakan sapi yang berasal dari provinsi Friesien negeri Belanda dan memiliki produksi susu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono.,et al (2003) yang menyatakan sapi Fries Holland  atau  FH  berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau  disingkat  Holstein dan di Eropa disebut Friesian.  Sapi  FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa lainnya,  tetapi  kadar  lemak  susunya  rendah.  Sebagai gambaran, rataan produksi  susu  sapi FH di Amerika Serikat rata-rata 7.245 kg/laktasi dengan kadar  lemak 3,65 % .
  Sapi perah yang dipelihara atau ditempatkan disuatu kandang bertipe head to head dengan jenis kandang individu. Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak dari teriknya matahar, hujan, binatang buas, dan gangguan lainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurdin (2011), yang menyatakan kandang merupakan bagian penting yang harus ada dalam suatu perusahaan peternakan sapi perah. kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggal ternak, yang ditujukan untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang merugikan seperti terik matahari, hujan, angin, gangguan binatang buas, serta untuk memudahkan dalam pengelolaan. Oleh karena itu kandang harus sesuai untuk ternak baik lokasi, konstruksi dan kebersihan kandang.
Pada praktikum manejemen ternak perah setiap kelompok membersihkan sapi dan kandang. Sapi dimandikan dan dibersihkan setiap dua kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Pagi sekitar pukul 05.30 sampai selesai dan sore hari pada pukul 16.00 sampai selesai. Sapi dimandikan menggunakan sikat dan air, semua bagian tubuh sapi dibersihkan dari kotoran. Hal ini bertujuan agar sapi tetap bersih dan terhindar dari penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2000) yang menyatakan penyakit pada sapi perah akan dapat menimbulkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit yaitu terlambatnya pertumbuhan sapi muda dan kematian.
Selain sapi, kebersihan kandang juga harus diperhatikan. Pada praktikum manejemn ternak perah kandang dibersihkan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, kemudian tempat pakan juga dibersihkan dari kotoran dan sisa pakan yang tertinggal. Kotoran sapi dibersihkan dengan menggunakan sekop, kemudian kotoran yang sudah kering dipindahkan menggunakan troli ke penampungan feses untuk dimanfaatan menjadi pupuk. Pemanfaatan feses menjadi pupuk organik sekarang banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono et al., (2003) yang menyatakan limbah sapi dapat berupa kotoran/ feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyarakat. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan.

4.2. Manajemen Pakan


            Pakan memiliki peran penting untuk sapi perah yaitu untuk meningkatkan produksi susu, untuk memenuhi kebutuhan pokok, pertumbuhan maupun untuk produksi lainya. Pemberian pakan pada sapi perah di fapet farm diberi pakan hijauan sebanyak 1,5 kg dan konsentrat sebanyak 4,5 kg. Pakan hijauan berupa rumput gajah, rumput raja, setaria, daun ubi, rumput paitan, dan rumput kumpai. Sedangkan konsentrat yang diberikan adalah ampas tahu, dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, top mix, dan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono (2002) yang menyataan konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji-bijian atau hasil samping dari pengolahan suatu produk, misalnya bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, dan lain-lain. Konsentrat diberikan dengan perbandingan 3:5:1:1 yaitu 3 kg ampas tahu, 500 gram dedak, 1 kg bungkil kelapa, dan 1 kg bungkil kedelai, garam diberikan sebanyak 1 genggaman tangan dan air secukupya. Pakan konsentrat dapat membantu menamba kekurangan gizi pada pakan hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ensminger (2000) yang menyatakan pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan didalam pakan keseluruhannya
Hijauan diberikan 2 kali sehari  yaitu pagi dan sore, sedangkan konsentarat diberikan 1 kali sehari yaitu sebelum pemerahan. Hal ini sesuai dengan pendapat  Hidayat (2001) yang menyatakan pemberian konsentrat diberikan sebelum sapi diperah dengan jumlah 1-2 kg/ekor/hari atau sebanyak 1-2% bobot badan sapi tersebut dan pakan hijauan yang diberikan setelah pemerahan susu sebanyak 30-50 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot badan sapi. Pakan hijauan diberikan setelah pemerahan agar mikrobia dalam rumen dapat dimanfaatkan dan karbohidrat dapat dicerna. Tersedianya pakan yang memenuhi standar kebutuhan sapi perah dapat mendukung peningkatan produksi susu yang diinginkan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil produksi susu yang optimal dalam pemeliharaan sapi perah harus memeperhatikan mengenai penyediaan pakan yang sesuai kebutuhan

4.3. Manajemen Pemerahan


            Sapi perha FH adalah jenis dapi yang mampu menghasilkan susu yang dengan jumlah yang banyak. Sapi perah termasuk ternak homeostatis yang mana keadaan fisiologis tubuhnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara dan radiasi sinar matahari. Keadaan ini yang menyebabkan sapi perah harus dipelihara dengan manajemen yang baik agar produksi utamanya yaitu susu dapat dihasilkan maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pemerahan adalah proses pengeluaran susu dari ambing sapi yang dapat dimanfaatkan. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2009) yang menyatakan tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi  menurun
            Terdapat  tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan,  pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan. Pada tahap pra pemerahan hal-hal yang dilakuakan adalah sebelum pemerahan dilakukan pembersihan kandang, sapi, dan alat yang akan digunakan harus dibersihkan dan dihilangkan dari bau-bauan, baik yang berasal dari kotoran sapi maupun dari makanan atau hijauan yang berbau (silage), karena air susu sangat mudah menyerap bau bauan yang dapat mempengaruhi kualitas air susu yang akan diperah. Hal ini sesuai dengan pendapat Muljana (2005) yang menyataan fase persiapan yang harus dilakukan antara lain sapi yang akan diperah harus dibersihkan dari segala macam kotoran, tempat dan peralatan harus telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih. Setelah itu sebelum pemerahan , pemerah juga harus dalam keadaan bersih, kemudian ekor sapi diikat dibagian sapi agar tidak mengganggu dalam proses pemerahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief dan Harianto (2011) yang menyataan sebelum  diperah  sapi  dimandikan  terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak  mengibas-ibas ketika diperah,  pemerah juga harus  dalam  keadaan  sehat serta setiap puting dicek kesehatannya. Kemudian bagian di sekitar ambing sapi dibersihkan menggunakan air hangat, setelah itu bagian tangan pemerah diberikan lotion agar mempermudah dalam proses pemerahan dan tidak menyakiti sapi. Kemudian susu yang pertama dikeluarkan dari ambing. Hal ini bettujuan untuk mengeluarkan susu yang yang kotor terlebih dahulu sebelum susu selnjutnya di tampung. Sebelum pemerahan sapi terlebih dahulu diberi pakan hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan konsentrat bertujuan untuk menambah produksi susu yang akan dihasilkan
            Kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu pemerahan. Pemerahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung menggunakan tangan dan menggunakan alat. Hal ini sesuai dengan pendapat Prihadi (2003) yang meyatakan Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan mesin pemerah. Pemerahan yang dilakukan pada sapi perah fapet farm menggunkan sistem perah secara langsung yaitu striping. Ada 3 jenis pemerahan menggunkan tangan secara langsung yaitu whole hand, striping, dan knevlen. Pemerah dilakukan dengan menarik puting sapi kebawah secara perlahan sehingga susu dapat keluar. Hal ini sesuai dengan pendapat Muljana (2005) yang menyatakan pemerahan dengan tangan  harus dilakukan dengan memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara yang mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya memegang puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan baik . Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan  dengan kelembutan,  pemerahan dilakukan sampai tuntas dengan  menggunakan  prosedur  sanitasi,  serta  efisien
            Selanjutnya pada tahap ketiga yaitu pasca pemerahan. Setelah pemerahan selesai, ambing dibersihkan menggunkan kain dengan air hangat kemudian dikeringkan menggunakan kain kering dan semua alat yang digunakan juga dibersihkan, bagian ekor sapi yang diikat dilepas. Kemudian hasil produksi susu ditimbang dan dictat. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief dan Harianto (2011),   yang menyatakan selesai diperah, ambing dilap  menggunakan  kain  yang  telah dibasahi oleh  desinfektan.  Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting  juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik. Semua  peralatan  yang  digunakan  untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan.  Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian  disaring  agar  kotoran  saat  pemerahan  tidak  ikut  masuk ke dalam susu. Dari hasil pemerahan yang dilakukan selama lima hari diperoleh hasil sebagai berikut





Tabel 1. Data hasil produksi susu sapi perah di Fapet Farm
No
Kelompok
Produksi /hari (liter)
1
2
3
4
5
1
A1-A3
3,0
2,5
1,7
2,0
2,8
2
A4-A6
2,5
4,5
2,3
2,4
2,4
3
A7-B1
3,4
3,5
3,8
5,4
3,3
4
B2-B4
1,3
3,1
3,0
4,2
3,0
5
B5-B7
3,4
4,0
3,2
3,4
3,4
6
C1-C3
3,25
4,25
4,45
4,55
4,2
7
C4-C6
2,8
2,8
3,03
2,8
4,3
8
C7-D1
4,8
3,0
3,35
3,15
2,7
9
D2-D4
2,50
4,15
2,5
3,25
3,80
10
D5-D7
3,3
3,1
2,7
4,45
3,7
11
D8-E2
3,1
4,1
3,8
3,05
3,25
12
E3-E5
2,75
3,1
3,25
3,25
2,6


           














Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa produksi susu berbeda. Banyak faktor yag mempengaruhi dari perbedaan hasil produksi susu tersebut selama pratikum pemeraha di Fapet Fam seperti pemerah yang bergantian oleh praktikan, Kebersihan yang kurang, cara pemerahan yang slah, dan sapi stres.













BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan

            Adapun kesimpulan dari praktikum  manajemen ternak perah adalah dalam pemeliharaan sapi perah, perlu adanya manajemen yang tertata, baik sanitasi, pakan, maupun pemerahan. Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah untuk memperoleh produksi susu yang maksimal sehingga sangat diperlukan sanitasi, kandang dan pakan yang baik karena berpegaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan


5.2. Saran

            Adapun saran penulis untuk praktium manajemen ternak perah adalah diharapkan dalam pelaksanaan praktikum tepat waktu, kemudian diharapkan kekompakan setiap anggota kelompok















DAFTAR PUSTAKA

Darmono, S. 2002. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Puspaswara. Jakarta.

Ensminger, M. E. 2000. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State Printers Publisher, Inc. Dancilles, Illionois.

Hadiyat. 2001. Ilmu Pengelolaan Peternakan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Muljana, W. 2005. Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu. Semarang.

Nurdin, E., 2011. Manajemen Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta

Prihadi. 2003. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan   Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.

Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang

Siregar, Soribasya, M.S. 2000. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudono, A., Rosdiana, F., Setiawan, B.S. 2000. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta Sudono, A. 1984. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.


           














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...