Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Semester Teknologi Pengolahan Limbah untuk Pakan (TPLP)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Lamtoro Minaral Blok (LMB)
Lamtoro mineral blok adalah pakan suplemen tambahan yang bertujuan untuk menyediakan pakan suplemen mineral dan nitrogen yang murah bagi ternak ruminansia. Untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal, ternak membutuhkan asupan nutrien yang lengkap dan seimbang. Defisiensi dan tidak keseimbangan nutrient akan meneyebabkan gangguan metabolisme, pertumbuhan dan produksi. Karbohidrat protein dan mineral merupakan nutrien yang berperan penting dalam menunjang pertumbuhan dan produksi ternak. Pemenuhan kebutuhan nutrien tersebut bagi ternak ruminansia  umunya berasal dari rumput alam ataupun limbah pertanian yang rendah kualitasnya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan ternak. Daun ubi kayu, dan daun leguminosa seperti daun lamtoro, daun gamal, daun sengon mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput alam karena itu dapat digunakan sebagai komponen penyusun pakan bagi terna ruminansia 
Silase
Salah satu kendala pada peternakan ruminansia adalah ketersediaan pakan kasar. Ketersediaan pakan kasar berkualitas bagi ternak ruminansia di Indonesia sangatlah fluktuatif. Pada musim hujan, hijauan berproduksi tinggi sehingga melimpah. Sedangkan pada musim kemarau, hijauan merupakan pakan yang sulit didapat.  Salah satu cara untuk mengawetkan hijauan adalah dengan membuat silase. Silase adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi didalam silo secara anaerob, yang mengandung bahan kering sebesar 30-40%. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan silase adalah hijauan (jagung, rumput, dan lain-lain) yang diperam selama masa tertentu, misalnya 21 hari. Silase komplit merupakan teknologi pengolahan bahan pakan yang masih segar yang bertujuan untuk memanfaatkan kelebihan produksi pada musim tertentu yang nanatinya bisa digunakan pada saat hijauan berkurang. Prinsip pembuatan silase adalah agar tercapainya keadaan hampa udara dan juga mempercepat kondisi asam sesegera mungkin. Pembuatan silase ransum komplit cukup menguntungkan baik secara teknis maupun kualitasnya karena bila diberikan kepada ternak maka ternak tersebut cukup mengkonsumsi silase tersebut tanpa ada tambahan bahan lain.
Wafer
Wafer merupakan  salah satu bentuk pakan olahan yang dibentuk sedemikian rupa dari bahan konsentrat dan hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Wafer pakan merupakan pakan alternatif sebagai pakan cadangan pengganti dari pakan hijauan bagi trnak ruminansia. Banyak pakan alternatif sebagai pengganti hijauan pada musim kering, tetapi wafer sayuran ini merupakan inovasi terbaru dalam pemanfaatan limbah pertanian yang berupa sampah sayur di pasar sebagai pakan ternak kambing, apabila dibiarkan akan mencemari lingkungan maka terdapat ide untuk memanfaatkan sampah menjadi keuntungan yaitu wafer limbah sayuran. kandungan sayur kaya akan serat. Dengan penerapan teknologi  pengolahan pakan seperti pencacahn rumput  dan atau limbah pertanian  yang diolah menjadi wafer dapat meningkatkan kualitas dan palatabilitas serta mempermudah pengangukan . Wafer merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan, terutama pada musim kemarau.
1.2            Tujuan dan Manfaat

          Adapun tujuan dari dilaksanakanya praktikum  Lamtoro Mineral Blok (LMB) adalah untuk menyediakan pakan suplemen mineral dan nitrogen yang murah bagi ternak ruminansia dan agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pebuatan lamtoro mineral blok. Tujuan dari dilaksanakanya praktikum silase adalah untuk memanfaatkan  kelebihan produksi pada musim tertentu yang nantinya dapat digunakan pada saat hijauan berkurang dan agara praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan silase. Sedangkan tujuan diadakanya praktikum wafer adalah untuk mengurangi keambaan pakan  dengan memanfaatkan limbah  dan diharpak dapat menjaga kontinuitas  ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau

          Manfaat dari dilaksanaknya praktikum  teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan adalah praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan lamtoro mineral blok (LMB), cara pembuatan silase, dan cara pembuatan wafer serta praktikan dapat mengetahui cara analisis proksimat dan analisis vans soest

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Coleman and lawrence (2000) menjelaskan tentang keuntungan pakan olahan adalah 1) mningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan. 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer. 3) mencegah “de-mixing” yaitu peruraian kembali komponen penyusun pakan sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar.
          Coleman and Lawrance (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah 1)pemberian kepada ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat badan maupun gangguan pencernaan. 2) gudang penyimpanan wafer memerlukan area dan penanganan khusus untuk menghindari kelembapan udara. 3)pengolahan bahan pakan menjadi wafer membutuhkan biaya tambahan yang akan mempengaruhi biaya produksi.
          Furqaanida (2004)kerapatan menentukan bentuk fisik dari wafer ransum komplit yang dihasilkan dan menunjukkan kepadatan wafer ransum komplit dalam teknik pembuatannya.
Jayusmar (2000). Wafer ransum komplit adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan.
          Lalitya (2004) ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan konsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat. Berdasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi nutrisinya.
          Noviagama (2002) wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu.
          Noviagama (2000) teknologi CCFB sangat potensial untuk usaha efisiensi limbah pertanian dan peningkatan daya guna hasil samping agroindustri termasuk sisa pengolahan dengan biaya rendah dan dapat dihunakan untuk memenuhi kebutuhan  ruminansia saat mengalami kekurangan pakan yang terjadi akibat banjir dan musim kemarau.
          Nursita (2005) kerapatan wafer ransum komplit dapat mempengaruhi palatabilitas ternak. Pakan atau wafer yang terlalu keras dngan kerapatan yang tinggi akan menyebabkan sulitnya ternak dalam mengkonsumsi wafer secara langsung sehingga perlu ditambahkan air pada saat akan diberikan dan ternak pada umumnya menyukai pakan atau wafer dengan kerapatan yang rendah.
          Syamsu et al (2003) salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi biskuit dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun,sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau.
          Syananta (2009) kerapatan bahan baku sangat tergantung pada besarnya kempa yang diberikan selama proses pembutan

Menurut Rukmana ( 2005) Silase yang baik biasanya berasal dari pemotongan hijauan tepat waktu (menjelang berbunga), pemasukan ke dalam silo dilakukan dengan cepat, pemotongan hijauan dengan ukuran yang memungkinkannya untuk dimampatkan, penutupan silo secara rapat (tercapainya kondisi anaerob secepatnya) dan tidak sering dibuka.   Silase yang baik beraroma dan berasa asam, tidak berbau busuk. Silase hijauan yang baik berwarna hijau kekuning-kuningan, dipegang terasa lembut dan empuk tetapi tidak basah (berlendir). Silase yang baik juga tidak menggumpal dan tidak berjamur. Kadar keasamanya (pH) apabila dilakukan analisa lebih lanjut adalah 3,2-4,5. Silase yang berjamur, warna kehitaman, berair dan aroma tidak sedap adalah silase yang mempunyai kualitas





BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Waktu Dan Tempat
          Praktikum Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan ini dilaksanakan pada hari sabtu dari bulan oktober hingga bulan november 2014 . praktikum ini dilaksanakan di laboratorium fakultas peternakan Universitas Jambi
3.2. Materi
          Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Lamtoro Mineral Blok (LMB) yaitu tepung daun lamtoro, tepung daun gamal, tepung daun ubi kayu, tepung daun sengon, molases, onggok, garam dapur, mineral mix, urea, semen, air.
          Adapun pada praktikum silase komplit alat dan bahan nya yaitu, jerami jagung, kulit buah jagung, urea, molases, mineral/multipremix, dedak padi, ampas tahu, onggok, timbangan dan silo.
          Sedangkan pada pada praktikum pembuatan wafer adalah pipa paralon, triplex, botol, plastik hitam ukuran 1m, hijauan(limbah sayur-sayuran), dedak padi, jagung, bungkil kelapa, urea, molases, premix, minyak sayur, garam dan tapioka.



3.3. Metoda
          Cara kerja pembuatan LMB yaitu, siapkan semua bahan yang diperlukan. Untuk campuran 1: tepung daun lamtoro dan onggok dicampurkan hingga merata. Campuran 2: mineral mix,urea dan semen dicampur hingga merata, siapkan air sesuai keburuhan tambahkan garam dapur dan aduk hingga larut,air garam ditambahkan ke dalam campuran 1 sedikit demi sedikit diaduk hingga merata kemudian tambahkan molases,setelah itu campurkan adonan ini kedalam campuran 2 dan diaduk merata,adonan siap dicetak menjadi LMB. LMB dikeringkan pada suhu 60º C selama 24 jam.
          Cara kerja pembuatan silase yaitu,siapkan semua alat yang dibutuhkan,cincang atau potong-potong kulit jagung, timbang bahan untuk silase sesuai kapasitas silo dengan perbandingan limbah jagung:konsentrat:aditif=6:3:1. Jangan lupa silo dan tutupnya juga harus ditimbang. Komponen pakan aditif dicampurkan dengan konsentrat  diaduk hingga merata, kemudian campuran aditif dengan konsentrat ini dicampurkan kebahan pakan sumber serat,lalu aduk hingga merata. Selanjutnya kedalam tiap-tiap silo diinokulasikan mikroba sesuai dengan perlakuan. Isi silo di padatkan secara sempurna kemudian silo ditutup rapat, sebaiknya diberi silotoip lalu ditimbang dan dicatat bobotnya, silo beserta isinya disimpan selama 3 minggu, masing-masing kelompok mengerjakan 3 ulangan. Setelah selesai proses ensilase (sebelum dibuka) silo beserta isinya ditimbang kembali dan dicatat bobotnya.
          Sedangkan cara kerja untuk pembuatan wafer,limbah pertanian dicuci bersih lalu dicacah dengan ukuran 3-5cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran dengan bahan perekat. Limbah pertanian yang sudah dicacah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 24 jam. Leguminosa yang sudah kering kemudian digiling. Limbah pertanian yang sudah kering dicampur dengan bahan perekat dan konsentrat lalu diaduk hingga homogen. Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah disiapkan untuk dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama 2 minggu. Setelah ibenar-benar kering, digiling halus untuk dianalisis secara proksimat
Adapun metoda yang digunakan pada penentuan Kadar Air adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan didalam oven selama ± 1 jam pada suhu 1050C. Cawan kemudian didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang (C). Sampel ditimbang sebanyak 0.5 – 1 g (D) dan dimasukkan kedalam cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam oven 1050C selama ± 12 – 16 jam. Cawan dan sampel (E) dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama 10 -20 menit sampai diperoleh berat yang tetap. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar Air,%  =
Bahan Kering,  % = 100% - Kadar Air %


Metoda yang digunakan pada penentuan Kadar Abu adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan didalam oven selama ± 1 jam pada suhu 1050C. Cawan kemudian didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang dengan teliti (F). Sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 3 g untuk sampel hijauan atau 5 gram untuk konsentrat (G) dan dimasukkan kedalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen diatas pembakar bunsen hingga tak berasap. Selanjutnya bakar cawan porselin berisi sampel dalam tanur bersuhu 600 . Biarkan sampel terbakar selama 4-5 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih semua. Matikan tombol tanur, lalu biarkan cawan di dalam tanur hingga suhu turun mencapai 120  sebelum dipindahkan kedalam eksikator. Setelah dingin cawan ditimbang dengan teliti (H). Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar abu, % =

Metoda yang digunakan pada penentuan Serat Kasar adalah Keringkan kertas saring Whatman No. 41 di dalam oven 105 selama satu jam dan timbang (O). Timbang dengan teliti 1 g (P) sampel dan masukkan kedalam gelas piala. Tambahkann 50 mL H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, tambahkan dengan cepat 50 mL NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya didalam corong Buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vakum. Kertas saring bersama residu dicuci berturut-turut dengan 50 mL H2O panas, 50 mL H2SO4 0,3 N, 50 mL H2O panas dan aceton. Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan kering oven. Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven 105  sampai didapat berat yang konstan ± 12–24 jam, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (Q). Pijarkan sampel dalam cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan kedalam tanur 600  selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu yang berwarna putih, cawan lalu dikeluarkan dari tanur, didinginkan dala eksikator, dan ditimbang (R). Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Serat Kasar, % =












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


Lamtoro Minaral Blok (LMB)
Lamtoro mineral blok adalah pakan suplemen tambahan yang bertujuan untuk menyediakan pakan suplemen mineral dan nitrogen yang murah bagi ternak ruminansia. Setelah dilaksanakan praktikum pembuatan Lamtoro mineral blok hasil yang didapat berdasarkan peubah yang diamati adalah
Kondisi fisik
a.     Warna
Berdasarkan hasil  praktikum lamtoro mineral blok yang di buat yaitu menggunakan daun sengon, Warna yang didapati adalah warna hijau kehitaman, hal ini disebabkan oleh pigmen hijau yang berasal dari daun sengon itu sendiri
b.    Bau
Bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, terdapat aroma  atau bau yang menyengat
c.      Tekstur
Bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, teksturnya adalah keras sehingga sulit untuk dihancurkan


d.    Ketahanan
Bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, pengujian ketahanan menggunakan fibrator

Sifat Kimiawi
Kadar Air, %  =
Bahan Kering,  % = 100% - Kadar Air %
Ket :  C = Berat Cawan (Oven)
D = Berat Sampel
E = Berat Cawan + Sampel
Kelompok
Daun

C (gr)
D (gr)
E (gr)
KA (%)
BK (%)
1
Lamtoro
37.6
1
38,2
40
60
2
Gamal
37,1
1
37,8
30
70
        3    
Ubi kayu
42,6
1
43,4
20
80
4
Sengon
32,5
1
33,5
20
80
5
Lamtoro
29.8
1
30,5
30
70
6
Gamal
37,1
1
37,8
30
70
7
Ubi kayu
42.6
1
43.4
20
80
8
Sengon
34.4
1
35.3
10
90
9
Lamtoro
37.6
1
38.2
40
60
10
Ubi kayu
39.1
1
39.9
20
80
11
Sengon
32.5
1
33.3
20
80
12
Lamtoro
29.8
1
30.5
30
70
13
gamal
37.1
1
37.8
30
70
Tabel 1. Kadar Air LMB

Kadar abu, % =
Keterangan :
H = Berat cawan + sampel (tanur)
F = Berat cawan (oven)
G = berat sampel
Kelompok
Limbah
H (gr)
G (gr)
F (gr)
Kadar Abu
1
lamtoro

1
37,4

2
gamal

1
37,3

3
Ubi kayu
39,3
1
39,1
20
4
sengon
32,7
1
32,4
30
5
lamtoro

1
29,9

6
gamal

1
37,3

7
Ubi kayu
42,8
1
42.6
20
8
sengon
34,7
1
34.4
30
9
lamtoro
37,6
1
37.4
20
10
Ubi kayu
39,3
1
39.1
20
11
sengon
32,7
1
32.5
20
12
lamtoro

1
29.9

13
gamal

1
37.3

Tabel 2. Kadar Abu LMB

Serat Kasar, % =
Keterangan :
Q = BERAT CAWAN + SAMPEL (OVEN)
R = BERAT CAWAN + SAMPEL (TANUR)
O = BERAT KERTAS WHATMAN
P = BERAT SAMPEL

KEL.
Limbah
Q (GR)
R (GR)
O (GR)
P (GR)
SK (%)
1
lamtoro
40,6
39,5

1

2
gamal



1

3
Ubi kayu



1

4
sengon



1

5
lamtoro



1

6
gamal



1

7
Ubi kayu
23.9
22.9
1
1

8
sengon
41.4
40.4
1.1
1

9
lamtoro
40.6
39.5
1.1
1

10
Ubi kayu
44.6
43.6
1
1

11
sengon
37.6
36.5
1
1

12
lamtoro
38.3
37.3
1
1

13
gamal
40.3
39.2
1.1
1

Tabel 3. Serat kasar LMB

Serat Kasar Van Soest
ADF % & NDF %  =
Ket : H = Berat Cawan + Gelas timbang (Oven)
F = Berat Gelas Timbang
O = Berat Kertas Whatman
P = Berat Sampel

ADF (Acid Detergen Fiber)
Kelompok
Limbah

H (gr)
F (gr)
O (gr)
P (gr)
SK Van Soest %
1
lamtoro
30,6
29,5
1
1
10
2
gamal
30,2
29,1
1
1
10
3
Ubi kayu
31,1
30,0
1
1
10
4
sengon
31,4
30,1
1
1
20
5
lamtoro
30,6
29,5
1
1
10
6
gamal
30,2
29,1
1
1
10
7
Ubi kayu
31.4
30.2
1
1
20
8
sengon
31.4
30.1
1.1
1
20
9
lamtoro
30.6
29.5
1
1
10
10
Ubi kayu
31.1
29.9
1
1
20
11
sengon
31.1
30.0
1
1
10
12
lamtoro
32.5
31.4
1
1
10
13
gamal
30.2
29.1
1
1
10
Tabel 4 . ADF analisis vans soest

NDF (Netral Detergen Fiber)
Kelompok
Limbah

H (gr)
F (gr)
O (gr)
P (gr)
SK Van Soest %
1
lamtoro
31,3
30,1
1
1
20
2
gamal
31,0
29,7
1
1
30
3
Ubi kayu
32,3
31,0
1,1
1
20
4
sengon
30,3
29,1
1
1
20
5
lamtoro
32,2
30,9
1,1
1
20
6
gamal
31,0
9,7
1
1
30
7
Ubi kayu
31.1
29.8
1
1
25
8
sengon
30.3
29.1
1
1
20
9
lamtoro
31.3
30.1
1
1
20
10
Ubi kayu
32.3
31.0
1.1
1
20
11
sengon
30.6
29.4
1
1
11
12
lamtoro
32.2
30.9
1.1
1
20
13
gamal
31.0
29.7
1
1
30
Tabel 5. NDF analisis Vans soest
Silase
Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian atau bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Penyimpanan pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase.
Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi (Febrisiantosa, 2007 Tujuan pembuatan silase adalah untuk mengawetkan hijauan atau bijian yang berlimpah untuk digunakan pada saat kesulitan untuk mendapatkan hijauan tersebut. Di negara yang memiliki 4 musim silase sangat popular bagi peternak ruminansia karena tanaman hanya berproduksi pada musim tertentu. Jadi silase bisa menjadi cadangan pakan untuk ternak mereka. Setelah dilaksanakan praktikum pembuatan Silase hasil yang didapat berdasarkan peubah yang diamati adalah
Kondisi fisik
a.     Warna
Berdasarkan hasil  praktikum silase yang di buat yaitu menggunakan daun kelobot jagung, Warna yang didapati adalah warna coklat kehitaman
b.    Bau
Bardasaran hasil praktikum silase, bau yang didapati adalah bau wangi dari kelobot jagung
c.      Tekstur
Bardasaran hasil praktikum silase, teksturnya adalah sama seperti saat dilakukan percobaaan, sedikit lembab



Kadar Air,%  =
Bahan Kering,  % = 100% - Kadar Air %
Ket : C = Berat Cawan (Oven)
D = Berat Sampel
E = Berat Cawan + Sampel
Kelompok
Limbah
C (gr)
D (gr)
E (gr)
K. Air (%)
BK (%)
1
Kol
21.20
1
22.13
7
93
2
Bayam
26.20
1
26.88
32
68
3
Kangkung
18.60
1
19.49
11
89
4
Kelobot jagung
20.65
1
21.58
7
93
5
Sawi
39.11
1
40.02
9
91
6
Kol
37.42
1
38.16
26
74
7
bayam
34.47
1
35.46
1
99
8
Kangkung
37.19
1
38.15
4
96
9
Kelobot jagung
39.16
1
40.12
4
96
10
Sawi
39.47
1
40.39
8
92
11
Kol
36.43
1
37.34
9
91
12
Bayam
40.41
1
41.31
10
90
13
kangkung
19.35
1
20.13
22
78
Tabel 6. Kadar air silase


Amonia
Mgrat N-NH3/Liter =
mM N – NH3 =
dimana N = 0.0051

Sampel
H2SO4  ml
Kelobot Jagung
1.25
Kol
6.5
Bayam
8.8
Kangkung
4.2
Sawi
5.1
Tabel 7. Hasil perhitungan amonia silase

pH Silase
Sampel
pH
Kelobot Jagung
7.39
Kangkung
5.42
Sawi
6.99
Kol
4.82
Bayam
8.48





Tabel 8. Perhitungan Ph silase

Wafer
Wafer merupakan salah satu bentuk pakan olahan yang dibentuk sedemikian rupa dengan alat kusus, berbahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Stevent (1981)



a.     Fisik
Berdasarkan hasil  praktikum wafer, wafer yang dibuat dari kelobot jagung sedikit sulit karena susah untuk dipadatkan
b.    Tekstur
Bardasaran hasil praktikum wafer, teksturnya renyah sehingga bentuk fisik bagus
c.      Warna
Bardasaran hasil praktikum wafer,wafer dari kelobot jagung berwarna hitam kecoklatan

d.    Aroma
Bardasaran hasil praktikum wafer, tercium aroma khas karamel, dan tercium bau molaseses

e.      Kerapatan
Bardasaran hasil praktikum wafer, kurang sedikit rapat, hal ini disebabkan akibat penggunaan bahan dari kelobot jagung yang sulit dipadatkan

Kadar Air, %  =
Bahan Kering,  % = 100% - Kadar Air %
Ket : C = Berat Cawan (Oven)
D = Berat Sampel
E = Berat Cawan + Sampel

Kelompok
Limbah

C (gr)
D (gr)
E (gr)
K. Air (%)
BK (%)
1
Kol

1
21.35


2
Bayam

1
26.23


3
Kangkung

1
18.73


4
Kelobot jagung

1
20.68


5
Sawi

1
39.29


6
Kol

1
37.50


7
bayam

1
34.71


8
Kangkung

1
37.31


9
Kelobot jagung

1
39.19


10
Sawi

1
39.63


11
Kol

1
36.55


12
Bayam

1
40.62


13
kangkung

1
19.46


Tabel 9. Kadar air wafer

Kadar abu, % =
Keterangan :
H = Berat cawan + sampel (tanur)
F = Berat cawan (oven)
G = berat sampel

Kelompok
Limbah

H (gr)
G (gr)
F (gr)
K. Abu (%)
1
Kol

1
19.35

2
Bayam

1
40.32

3
Kangkung

1
36.42

4
Kelobot jagung

1
39.16

5
Sawi

1
37.18

6
Kol

1
39.48

7
bayam

1
37.42

8
Kangkung

1
34.47

9
Kelobot jagung

1
21.20

10
Sawi

1
20.65

11
Kol

1
18.61

12
Bayam

1
39.12

13
kangkung

1
26.03


Tabel 10. Kadar air abu
Serat Kasar, % =
Keterangan :
Q = BERAT CAWAN + SAMPEL (OVEN)
R = BERAT CAWAN + SAMPEL (TANUR)
O = BERAT KERTAS WHATMAN
P = BERAT SAMPEL
KEL.
Limbah

Q (GR)
R (GR)
O (GR)
P (GR)
Sk %
1
Kol
37,61
36,43
1,03
1
19
2
Bayam
41,48
40,34
0,98
1
16
3
Kangkung
35,64
34,48
1,02
1
14
4
Kelobot jagung
38,38
37,18
1,01
1
19
5
Sawi
20,50
19,36
1,06
1
8
6
Kol
37.61
36.42
1.03
1
16
7
bayam
41.48
40.34
0.98
1
16
8
Kangkung
35.64
34.48
1.02
1
14
9
Kelobot jagung
38.38
37.18
1.01
1
19
10
Sawi
20.50
19.36
1.06
1
8
11
Kol
37,61
36,42
1,03
1
16
12
Bayam
41,48
40,34
0,98
1
16
13
kangkung
35,64
34,48
1,02
1
14
Tabel 11. Kadar serat kasar wafer




BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
          Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan LMB, Silase dan Wafer pada praktikum teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan adalah salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah untuk pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi biskuit pakan (wafer). Pengolahan hijauan segar menjadi wafer dimaksudkan  untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun, sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau. Banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh apabila melakukan alternatif dari praktikum ini,akan tetapi tidak terlepas dari kelemahannya pula. Hasil yang diperoleh kurang akurat,hal ini disebabkan perlakuan pada saat analisis.
5.2. Saran
          Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat  lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akam cepat selesai dan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti ,semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua

DAFTAR PUSTAKA



 Chuzaemi, S. dan M.Soejono. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Ternak Sapi Peranakan Onggole. Dalam : Proceedings Limbah Pertanian sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya, Grati.
Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production Guide. Mac. Arthur Press Parramata.
New South Wales.
Anonimous, 2012. Determine The Characteristics of Good Silage and The Steps in Producing It.  http://forages.oregonestate.edu/nfgc/eo/onlineforagecurriculum /instructurmaterials/availabletopics/mechaninalharvest/silage
Cullison, A.E. & Lowrey, R. S. 1987.  Feeds and Feeding. Fourth Edition. (Page 234-245) A Resto Book Prentice Hall. Englewood Cliffs.
Drake, D.J. Nader, G., Forero, L. 2011.   Feeding Rice Straw to Cattle. University of California.
 Ensminger, M.E.  1990.  Animal Science. 8th Ed. Interstate Publisher, Inc. Dannville
Ensminger, M.E., et al. 1992. Feed and Nutrition. Second Edition. The Ensminger  Publishing Company. Clovis. California.
Hanafi, ND. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Universitas Sumatera Utara.
Kartasudjana, D.  2001. Mengawetkan Hijauan Pakan Ternak. Modul Keahlian Budidaya Ternak. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. http://files.ictpamekasan.nett/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-ternakruminansia/mengawetkan-hijauan-pakan.pdf
McDonald, P, et al.  1987. Animal Nutrition. Fourth edition.  (Page 404-415) Longman Group,LTd.
Nista, D. dkk. 2007.  Teknologi Pengolahan Pakan: UMB, fermentasi jerami,amoniasi jerami, silage, hay. http://bptu_sembawa.net/VI/data/download/20090816160949.pdf.
Parakkasi, A. 1999.  Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant.  UI Press. Jakarta.
Rukmana, R. 2005.  Budi Daya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak.  (hal 51-57) Kanisius. Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GIFTBOUQUET.JBI

guysss yang cari hadiah untuk wedding, graduation, birthday, anniversary, ataupun moment lainya bisa order di goftbouquet.jbi yaa kepoin in...